Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Tampilkan postingan dengan label My Life. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label My Life. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Januari 2013

Makam, Sejarah Kota yang Jarang Diperhatikan

Menjelang tutup tahun 2012, saya sempat mengantarkan pakdhe saya pindah rumah, dari kampung Jaranan ke Giri Loyo. Ya, pakdhe saya baru saja menempuh kehidupan baru, jadinya beliau harus pindah rumah, terpisah dari keluarga yang di Jaranan sekarang. Di kompleks rumah pakdhe saya yang baru, suasananya serba kelam, sepi dan tidak tampak tanda kehidupan, kecuali mereka yang bertugas membersihkan kompleks itu.

Jumat, 21 Desember 2012

Harga Tiket Kereta Semakin Menggila

Seperti biasa, semua jenis angkutan mengalami musim panen menjelang hari libur. Tidak terkecuali angkutan jalan rel, yang di negeri ini hanya dioperasikan oleh PT Kereta Api (Persero). Momentum ini tidak disia-siakan dengan menerapkan tarif batas atas untuk kelas komersial.

Selasa, 18 Desember 2012

5 cm, van der Steur, dan Eksploitasi Wisata

Beberapa hari ini, jagad perfilman di negeri ini dihebohkan dengan tayangnya film '5 cm' di jaringan bioskop di berbagai kota. Entahlah film apa ini, karena aku sendiri tidak tertarik. Menurut beberapa teman yang sudah menonton maupun membaca novelnya, ini mengambil latar pendakian gunung. Dan komentar mereka yang telah menonton film ini hampir seragam, 'Pengen mendaki gunung (lagi)'.

Minggu, 15 Januari 2012

Autis #3

Duluuuuuuu banget pas kata "autis" belum begitu dikenal dengan baik, orang seenaknya saja memberikan atribut "autis" ke orang yang dianggap rada-rada aneh. Orang yang menyendiri dan terlampau asyik dengan dunianya sendiri dengan mudahnya disebut autis. Entahlah, yang memberikan dan diberikan atribut itu mengenal dengan betul arti kata "autis" atau tidak.

Kamis, 02 Juni 2011

International Reply Coupon

Tampak depan IRC
Sekitar tahun 2003, aku dikirimi beberapa lembar IRC oleh Radio Korea International. Harapan mereka, dengan IRC ini aku dapat mengirimkan laporan penerimaan langsung ke Korea.

Sayangnya, harapan tinggal harapan. Ketika akan menggunakan IRC ini di kantor pos Magelang, ternyata otoritas pos menolaknya. Begitu juga ketika mencoba menggunakan di kantor pos Mampang. 


Kamis, 17 Maret 2011

Pulau-pulau Bompa dan Sondonesia

Carriedas-160 menjelang mendarat di Pulau-pulau Bompa

Buat penggemar petualangan Tintin pasti tahu kalau Tintin pernah menginjakkan kaki di Indonesia. Di album Flight 714 memang diceritakan Tintin, Profesor Calculus, Kapten Haddock dan Snowy sempat transit di Kemayoran (waktu itu masih aktif) dalam perjalanannya menuju Sydney untuk mengikuti kongres Astronotika Internasional di Sydney. Di Kemayoran, mereka bertemu milyuner Lazslo Carriedas. Singkat cerita, mereka beralih dari maskapai Qantas penerbangan 714 ke pesawat pribadi milik Carriedas. Mereka mengalami petualangan di dekat Indonesia, tepatnya di Pulau-pulau Bompa, wilayah Sondonesia

Rabu, 09 Maret 2011

Kita Putus ....

"Dear Tommy, sejak malam ini kita putus hubungan. Hampir dua tahun kita bersama, banyak masa-masa indah maupun masa-masa kelam yang kita lalui bersama. Sayang sekali, hubungan kita cukup sampai di sini. Suka tidak suka, terhitung malam ini, kita harus menjalani hidup kita sendiri-sendiri. Memang berat ... tapi inilah kehidupan. Semoga engkau mendapatkan pengganti diriku ...."

Rabu, 23 Februari 2011

Autis #2

Berawal dari info dari Heny, kalau sore ini trending topic di Twitter kembali tidak bermutu. Trending topic sore ini "COWO AUTIS". Dan saya sangat yakin kalau ini hanya lucu-lucuan saja awalnya. Sayangnya, ini sama sekali tidak lucu. 

Tepat dugaanku, ternyata berawal dari akun cumanNANYA yang menanyakan pilihan COWO AUTIS / IDIOT. Dari sinilah COWO AUTIS melejit di twitter. Boleh dibilang ini kebodohan dari penanya pertama maupun mereka yang di belakang akun cumanNANYA karena kicauannya ditweet ulang oleh bot. Penggunaan kata autis yang tidak pada tempatnya hanya melukai pengidap autis dan lingkungan terdekat mereka.

Minggu, 06 Februari 2011

Ironis

Ironis, inilah kata yang pertama kali keluar ketika membaca berita dari sebuah portal berita. Sekelompok mahasiswa Indonesia berunjuk rasa menuntut Hosni Mubarak untuk turun dari jabatannya. Mereka berdalih pemerintahan Mubarak terlalu diintervensi asing. Konyol. Mereka, yang notabene orang asing bagi pemerintah Mesir, menuntut pemerintah yang berkuasa saat ini turun karena adanya intervensi asing. Bukankah demo atau apapun namanya itu suatu bentuk intervensi asing juga?

Sabtu, 18 Desember 2010

Narimo ing Pandum

Yippie .... akhir tahun sudah tiba. Pasti banyak yang menunggu-nunggu bonusnya. Buat yang dapat bonus, saya ucapkan selamat. Buat yang ndak dapat, ya sabar dulu saja semoga di tahun mendatang menjadi tahun yang berkelimpahan, sukur sukur bonusnya dirapel sama yang tahun ini. Tapi, kalau ambtenar macam saya ini, ndak pernah ada yang namanya bonus akhir tahun, begitu juga THR.

Jumat, 17 Desember 2010

He Hath Made Every Thing Beautiful in His Time

Nggak ngerti kenapa, kok jadi pengen nulis yang serius terus. Sebenernya sih nggak serius-serius amat. Cuma ini terjadi pada seorang teman dekat, jadinya terasa spesial.

Awalnya sih kita cuma ngobrol ngalor ngidul, mulai dari topik politik, ekonomi, sosial, budaya dan 1001 topik lainnya. Tiba-tiba obrolan beralih ke topik yang berat dan serius, soal biaya sekolah yang melangit.

Rabu, 15 Desember 2010

Natal


Ah .. sudah Desember lagi. Tak terasa setahun hampir berlalu. Waktu terasa begitu cepat, seolah baru kemarin aku merasakan atmosfer yang sama. Dan suasana seperti itu kembali terulang tahun ini

Minggu, 12 Desember 2010

Dear Problem ....

Sebenernya, pagi ini udah dapat mood buat nulis sesuatu. Sesi berburu bahan sudah dilakukan, dan tinggal diramu menjadi suatu tulisan, yang setidaknya cukup bermutu buat saya. Mendadak datang kabar, yang setidaknya cukup buruk dan lumayan menghancurkan mood. Soal masalah apa, tidak perlu diungkap di sini, ini urusan dalam negeri saya.

Rabu, 08 Desember 2010

Gunakan Lampu Depan

Pernahkah terpikir kalau lampu depan sepeda itu penting? Mungkin anda berpendapat tidak perlu memasang lampu depan sepeda, toh masih ada bantuan dari lampu penerangan jalan umum, atau cahaya dari kendaraan di belakang anda. Yakin dengan pendapat anda? Atau pengalaman saya ini dapat mengubah cara pikir anda?

Awalnya, 081210, hari yang biasa saja, tidak ada istimewanya. Pulang dengan sepeda di tengah guyuran hujan lebat yang melanda Bandung beberapa hari belakangan ini. Seperti biasa, ritual menembus hujan selalu diawali dengan memakai jas hujan atasan orange terang dan bawahan biru tua. Penutup tas berwarna kuning terang dan helm juga tidak ketinggalan. Lampu depan dan belakang dicek dan menyala dengan baik dan dipasang dengan modus berkedip konstan.

Selasa, 07 Desember 2010

WorldSpace dan Gelombang Pendek

Dulu, pas masih suka dengerin radio gelombang pendek, pengen banget punya receiver yang bagus. Maklum, radio gelombang pendek siarannya banyak interferensi. Receiver bagus, katanya sih, bisa meminimalkan interferensi yang ada. Apalagi digital receiver, gelombang yang kita terima bisa bener bener pas dengan gelombang yang dipancarkan, jadinya hasilnya lebih baik. Memang, ada rupa ada harga. Harga receiver digital pada masa itu cukup mahal, dan mungkin nggak akan terjangkau kantungku, yang masa itu masih sekolah.

Minggu, 28 November 2010

Untitled #5

Kadang aku merasa heran, ada orang yang selalu ambil pusing terhadap pilihan yang diambil seseorang. Mulai dari keputusan melanjutkan studi, saat menikah dan punya anak, dan bermacam pilihan lainnya.

"Eh, kok milih kuliah di kampus ABC sih? Kan di kampus XYZ masa depannya lebih menjanjikan?"
"Kok belum punya pacar sih, kan temen SMA udah pada punya pacar"
"Belum nikah yah? yang seumuran udah pada nikah lho ... malah udah ada yang punya anak"
"Kok cuma punya buntut 1, nambah lagi dong ..."

Pertanyaan semacam itu yang paling benci kudengar. Entah kenapa, aku merasa pertanyaan semacam itu tidak lebih dari basa basi busuk yang sangat menyebalkan. Mengapa sebagian orang selalu merepotkan diri dengan urusan orang lain, sedangkan dia sendiri juga memiliki masalah yang tidak kalah besarnya.

Haloooo ... dirimu tidak lebih dari penonton, yang tidak berhak mengatur jalan cerita hidup kami. Kami tahu, jalan yang kami pilih, itu jalan yang terbaik buat kami. Hidup yang saya jalani, saya sendiri yang menikmati. Percuma kami berlelah hanya untuk menyenangkan anda. Kami yang menjalaninya ... bukan ANDA!!! Ketahuilah itu ....

Jumat, 24 September 2010

Sayangilah Leher Anda

Seperti biasa, kalau kembali dari Jakarta lebih suka mengambil KA 30, karena bisa beli tiket go show dan cenderung sepi. Mungkin karena berangkat dari Gambir udah jam 2025, sampai Bandung nyaris ganti hari. Setelah membeli tiket, aku langsung naik ke peron 3 - 4. Sambil menunggu masuknya KA 27, liatin kereta yang seliweran lewat. Ternyata, di lantai 2 sudah banyak calon penumpang KA 42 Taksaka II tujuan Yogyakarta, malah lebih banyak. Dan keberangkatan KA 30 dan KA 42 hanya terpaut 15 menit saja.

Pukul 2025, KA 30 siap diberangkatkan. PAP sudah memberikan semboyan 40 dan disambut dengan semboyan 41 oleh KP. Masinis KA 30 belum merespon dengan semboyan 35. Mungkin masinis tidak mendengar dengan jelas semboyan 41. Setelah PAP paging masinis, barulah masinis merespon dengan semboyan 35.

Ketika rem dilepas, throttle dinaikkan, keretapun mulai berjalan perlahan-lahan. Dari sinilah petaka itu bermula. Saat kereta sudah bergerak, seorang penumpang langsung mencoba masuk. Wew ... berhasil masuk ke sebuah kereta. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara, ternyata ia salah naik kereta. Kereta yang seharunsya ia naiki adalah KA 30 Taksaka II yang berangkat 15 menit di belakang KA 30. Makin kacau KA 30 tidak berhenti di Jatinegara, melainkan berjalan langsung.

Dengan setengah panik, dia berusaha kembali turun dari kereta yang semakin cepat berjalan. Touchdown berhasil dengan baik. Tetapi ketika landing rollout, nampaknya kehilangan keseimbangan, dan akhirnya crash di peron. Beruntung ia tidak jatuh ke sepur 3. Bisa jadi akan lebih fatal lagi, menginggat tingginya peron di Gambir.

Pelajaran yang kita ambil dari kejadian ini, pertama, datanglah ke stasiun minimal 30 menit sebelum jadwal keberangkatan kereta. Dengan datang lebih awal, kita bisa mencari tahu dengan tenang di mana kereta yang  akan kita tumpangi dengan tenang. Kedua, jangan terburu-buru kita naik ke kereta yang ada di hadapan kita. Pastikan terlebih dahulu kereta yang di depan kita benar-benar kereta yang akan kita tumpangi.

Terakhir, melompat ke luar dari kereta yang sudah mulai berjalan adalah perbuatan yang cukup bodoh. Mungkin anda berpendapat, para tokoh di film laga bisa melakukannya dengan aman. Tapi ingat, itu hanya kejadian di film, ini dunia nyata kawan. Kalaupun anda terbawa di kereta yang salah, turunlah di perhentian berikutnya. Hangusnya karcis karena kereta yang seharusnya anda tumpangi berjalan langsung di stasiun tempat anda turun setelah terbawa kereta yang adalah harga yang harus anda bayar karena kebodohan anda sendiri.

Pesan dari seorang teman railfan, jangankan melompat dari kereta yang berjalan, salah turun dari kereta yang berhenti saja bisa fatal akibatnya. Salah langkah pas turun kereta, bisa patah leher anda ....

Sabtu, 11 September 2010

Jelajah Jalur Mati Seputar Magelang

Berhubung nggak ada kerjaan di lebaran hari kedua, aku memutuskan untuk menjelajahi jalur mati seputar Magelang. Rute yang dipilih, dari Halte Magelang Alun-Alun (MGL) ke arah utara sampai Stasiun Payaman (PYM, 3315), kira-kira sejauh 7 km. Karena nggak sanggup kalau harus jalan kaki sejauh itu, dipilihlah Urbano 3.0 untuk menemani jelajah jalur mati. Selain rutenya seliable, sisi kiri dan kanan baan juga sudah berubah menjadi pemukiman padat. Selain itu, kalau sewaktu-waktu harus putar arah karena rutenya buntu juga nggak terlalu ribet.

Penjelajahan bekas jalur NIS yang dibuka tanggal 15 Mei 1903 ini dimulai pukul 0800 dari halte MGL menuju Stasiun Magelang Kota (MG, 3320). Bekas baan  telah berubah menjadi jalur lambat. Menjelang Stasiun MG, tepatnya di perempatan Kodim 0705, dari arah barat terlihat tiang bekas andreas cross. Tepat di bawah lampu lalu lintas, terlihat pulley, entah pulley bekas kawat sinyal, atau PJL.

Menjelang emplasemen MG dari arah selatan, di sebelah timur terdapat kantor Distrik Jalan Rel Dinas Jalan dan Bangunan Seksi 65 Distrik 65A Magelang. Di belakang kantor distrik jalan rel 65A, masih terdapat dua buah rumah dinas PJKA yang sekarang entah dihuni siapa. Emplasemen MG kini berubah menjadi terminal angkutan kota dan pangkalan travel. Di barat laut emplasemen, masih terdapat bekas sub dipo yang kini difungsikan sebagai bengkel las.

Kereta CR yang menjadi peringatan pernah ada jalur kereta di Magelang, keadaannya semakin memprihatinkan. Selain catnya semakin kusam, dinding kayunya semakin lapuk. Kondisi dalamnya kotor dan tidak terawat, karena saat ini menjadi tempat tinggal gelandangan. Sebenarnya, konumen ini menjadi tanggung jawab siapa untuk merawatnya? Apakah monumen ini dibiarkan hancur pelan-pelan? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.

Semakin ke utara, menyeberang Jl. Urip Sumoharjo, jalur memasuki kampung Menowo. Tidak jauh dari sana, masih terlihat sinyal masuk MG dari pihak Payaman (PYM, 3315). Semakin ke utara, rel menyeberang sungai Manggis. Jembatan ini telah berubah dari bentuk aslinya. Semula berupa jembatan rasuk, tapi setelah digunakan untuk lalu-lintas warga, ditambahkan railing di kedua sisinya.

Perjalanan menyusuri petak MG - PYM pun berlanjut. Kiri kanan bekas jalur sudah menjadi pemukiman padat. Terkadang batangan rel terlihat muncul dari jalan. Satu-satunya petunjuk bahwa di sini bekas rel adalah jajaran tiang dan kawat telegrap yang masih tersisa. Selepas rel memotong jalan Barito, rel tidak dapat disusuri lagi dan harus mengambil jalan memutar. Sebenarnya, rel menyusuri tepian sungai Manggis hingga memotong sungai Manggis di depan RSJ.

Setelah mengambil jalan memutar, kembali menyusuri rel menuju PYM. Bekas rel sekarang ditutup aspal dan digunakan sebagai jalan warga. Uniknya, nama jalan ini adalah jalan Lokomotif. Mungkin dijadikan peringatan, kalau dulu pernah ada lokomotif berjalan hilir mudik di sini. Menurut data yang ada, di antara MG dan PYM terdapat halte Magelang Kramat (MGK, dahulu Gesticht). Sayangnya, jejaknya tidak ditemukan, di mana lokasi pastinya.

Lewat belakang SPBU Sambung, jalur mulai membelah persawahan. Di berbagai titik, besi rel masih terlihat jelas, berikut dengan sambungannya. Terkadang tampak bantalan kayu yang sudah lapuk. Batuan yang berserakan di sini, mungkin bekas kricak yang dulu digunakan di lintas ini.

Menjelang masuk PYM, sinyal masuk dari pihak MG terlihat masih berdiri, meski kondisinya tidak sebagus sinyal masuk MG dari pihak PYM. Tidak seberapa jauh, nampak tiang, mungkin bekas papan perintah semboyan 35. Memasuki wesel dari arah MG, kedudukan terakhir wesel masih dapat dilihat menuju sepur lurus. Di sekitar emplasemen, juga masih terlihat bekas pulley untuk wesel atau sinyal masuk.

Emplasemen PYM yang terdiri dari 2 jalur dan 1 sepur badug ini sekarang digunakan sebagai lahan parkir warga setempat. Sayang sekali, wajah stasiun PYM telah mengalami perubahan. Warga membangun tembok di bagian depan dan mengganti jendela di sisi utara stasiun sehingga agak menyamarkan bentuk aslinya.

Berjalan arah Secang (SCA, 3314) didapati dua buah percabangan wesel bandul layan setempat. Wesel terdekat dari arah PYM menuju ke sepur badug, sedangkan wesel berikutnya adalah wesel ke jalur 2. Wesel ke arah sepur badug ini terlihat menggantung. Mungkin pematang relnya sudah digali, sehingga terlihat menggantung. Sedikit ke utara, penelusuran tidak dapat diteruskan ke arah SCA karena lintasan sukar dilalui, dan kembali lagi ke arah MG lewat jalan raya.

Melewati MG, perjalanan diteruskan ke stasiun Magelang Pasar (MGP, 3330) melalui MGL. Lintas MG - MGP kini telah berubah menjadi jalur lambat di sepanjang Jl. Ahmad Yani dan Jl. Pemuda. Sisa-sisa peninggalan jalur hanyalah tiang telegrap dan kawarnya, karena jalur sudah ditimbun dengan aspal. Stasiun MGP sudah tidak terlihat lagi bentuk aslinya, karena sudah berubah menjadi kompleks pertokoan PJKA.

Sesampai MGP, aku berusaha menelusuri jalur masuk MGP dari arah stasiun Banyurejo (BNJ, 3331). Dari MGP terlebih dahulu mengambil jalur jalan raya sampai ke titik pertemuan dengan jalur rel di daerah Soka. Di Soka, berbalik ke utara, ke arah MGP menelusuri rel. Lagi-lagi petunjuk yang didapati hanyalah jajaran tiang dan kawat telegrap. Di beberapa tempat, besi bekas rel digunakan warga sebagai pembatas jalan kampung. Jalur ini hanya dapat aku telusuri sampai persimpangan di Jl. Beringin IV, karena bekas jalur ini tertutup aktivitas warga.

Ah, capek tapi cukup puas menelusuri sedikit lin Magelang dengan lintas Ngombak - Kricak - Parakan. Banyak pertanyaan yang belum terjawab, seperti lokasi pasti halte MGK, seperti apa sub dipo MG, lokomotip apa yang melayani jalur ini, dan pertanyaan lainnya. Semoga di lain waktu ada literatur yang bisa mengungkapnya ....

Selasa, 24 Agustus 2010

Nearer, My God, to Thee

Buat yang pernah nonton Titanic, pasti hapal, atau minimal tahu adegan ini. Sesaat sebelum Titanic tenggelam, pemain band di dek berpisah, dan pemimpin band RMS Titanic, Wallace Hartley berkata kepada anggota bandnya, "Gentlemen. It has been a privilege playing with you tonight." Band pun berpisah dan Hartley memainkan "Nearer, My God, to Thee". Nggak lama kemudian, anggota band kembali bergabung bersama Hartley memainkan lagu tersebut. Dan mereka berhenti bermain sesaat sebelum kapal tenggelam.

Lagu Nearer, My God, to Thee, dalam bahasa Indonesia terdapat di KJ 401. Menurut kisahnya, lagu ini menceritakan kisah Yakub yang serba sulit ketika lari dari kejaran kakaknya. Di Betel, ia mengambil batu sebagai alas kepala, dan bermimpi melihat tangga di mana malaikat-malaikat Allah turun naik. Yakub pun sadar, kalau Tuhan senantiasa besertanya.

Tiap kali mendengar lagu ini, aku merasa Tuhan itu dekat. Meski dihimpit dari sana-sini, kehidupan terasa sulit, tapi Ia tidak jauh. Ia ada di dekatku. Dan kerinduan setiap orang percaya adalah makin dekat dengan Tuhan.

video courtesy: www.youtube.com
sejarah lagu Nearer, My God, to Thee: http://www.gkigadser.org/

Minggu, 22 Agustus 2010

Kelas 1-7 Tinggal Kenangan

Pagi ini, seperti biasa, sehabis ibadah pagi di GKJ Magelang, mampir sarapan di Pak Trimo, lalu pulang lewat SMA 1. Ketika lewat di depan SMA 1, ada pemandangan yang cukup menyedihkan. Kelas 1-7, kelasku dulu dibongkar. Hilang sudah kelas yang pernah kuhuni 11 tahun yang lalu.

Mungkin buat sebagian orang, pikiran saya berlebihan. Toh itu cuma kelas saja yang sudah lama ditinggalkan. Itu juga barang millik negara. Terserah negara dong kalo mau diapain. Kasarnya, kalau itu kelas mau dibakar sama negara, situ ndak usah protes.



Yang jelas, pas dibongkar, merasa ada yang hilang. Karena posisinya yang terpisah dari kelas lain, menjadikan kelas ini unik. Penghuninya sampai menyebut kelas ini sebagai villa. Kelas yang unik yang pernah ditinggali beberapa angkatan di atasku dan dibawahku, menjadi bagian dari mereka yang pernah menghuninya. Banyak kenangan tak terlupakan selama menghuni villa yang satu ini. Kelas ini hanya menyisakan cerita, bahwa dulu, pernah ada kelas yang unik di SMA 1.

Ah, meski villa sudah tidak ada lagi di sekolah ini, tapi kenangan kelas villa tetap ada di hati.

Foto atas: kelas 1-7 yang tinggal kenangan, diambil tanggal 22 Agustus 2010, courtesy Tommy Aditya
Foto bawah: kelas 1-7 semasa masih ada, courtesy Nur Azizah Eka Wardhani