Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Senin, 25 Agustus 2008

Trekking JAKK - TPK: 240808

Akhirnya jadi juga ikutan trekking JAKK - TPK. Acara yang digagas oleh PT KA (Persero) dan bekerja sama dengan berbagai komunitas pecinta/pengguna kereta api seperti IRPS, KRL Mania, Kompak (Komunitas Pecinta Kereta Api) dll, bertujuan menghidupkan kembali jalur JAKK - TPK yang terputus setelah sekian lama mati. Lagian trekking yang ini gak mahal-mahal amat biayanya. Cukup 20 ribu aja, dapat kaos, topi, makan siang, snack dan naik KLB TPK - JAKK lewat PSE.

Acara dimulai 240808 pagi jam 0800 dengan daftar ulang peserta. Setelah daftar ulang beres, dilanjutkan dengan pembukaan di pelataran dalam JAKK, sebelum dilepas secara resmi. Nggak tahu kenapa, kok peserta dilepas pakai semboyan 40 (40 apa 2c ya?). Detil acara pembukaannya gimana nggak gitu paham sih, soalnya lagi disibukkan angkut air ke luar, buat dibagiin ke peserta.

Kelar angkut air, ikut gabung di tim advance buat buka jalan. Katanya sih tim advance berangkat bareng PKD, tapi kok PKD malah beberapa detik di depan peserta ya? Malah bareng sama peserta.

Sepanjang rute JAKK - KPB lumayan rame, maksudnya kiri kanan rel udah jadi pemukiman liar. Tapi nggak berapa lama lagi akan digusur .... Lagian peserta juga membagikan selebaran tentang pemberitahuan kalau akan ada penertiban sisi rel, dua bulan ke depan. Jadi nggak ada cerita penggusurannya mendadak, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Di beberapa tempat tampak rel yang mleyot, sebagai sisa kebakaran beberapa waktu lalu.

Tiba di KPB, peserta dibelokkan untuk turun ke sisi bawah, bukan menyeberang jembatan KPB ke arah TPK, dengan pertimbangan keselamatan. Gak lucu kalo ada yang terjun bebas, langsung "diselamatkan" kawat LAA. Tapi ada juga yang berani nyeberang jembatan ini, at their own risk.

Lepas KPB, peserta tiba di belakang mangga dua, pas di rel yang dipotong oleh Mangga Dua. Menurut panitia yang bersama Dirjen Perkeretaapian, beliau terlihat mengurut dada melihat kenyataan yang ada di depannya, rel yang dipotong hanya untuk kepentingan bisnis semata.

Menuju Halte Ancol, peserta menyeberangi kali (sori gak tahu namanya) lewat jembatan kecil, lewat parkir mangga dua. Beberapa memilih menyeberang lewat eks jembatan KA, dengan risiko terjun, kali ini ke air dan jalan raya. Dalam perjalanan ke halte Ancol, tampak 2 eks PJL yang mangkrak. Yang di dekat halte Ancol lebih baik keadaannya. Genta masih ada (entah deh kondisinya) dan beralih fungsi menjadi pos keamanan.

Di Ancol, peserta rehat sejenak dan dipersilakan mengambil air minum yang telah disediakan. Maklum perjalanan masih lumayan panjang. Perjalanan halte Ancol - PJL 11C biasa aja, boleh dibilang monoton. Di beberapa tempat, banyak yang kasih tahu, jangan lewat sepur aktif, siapa tahu ada kereta lewat. Makasih banyak buat peringatannya, tapi kalo yang punya kereta lagi jalan-jalan di track, kan keretanya gak mungkin boleh lewat ... hehehe.

Lewat PJL 11C cukup menegangkan. Sisi kanan rel baru saja ditertibkan (halah, bahasanya) Pemda DKI, dan paginya terjadi bentrokan. Wah, bisa mati konyol nih kalo nekat melintas dalam keadaan kacau. Sempat terpikir untuk mengalihkan rute ke tepi jalan raya, tapi setelah ada jaminan keamanan dan pengawalan, rute tetap berada di jalur Ancol - Priok.

Menjelang Priok, masih ada bekas sinyal muka dan sinyal masuk Priok. Masih bagus kelihatannya, cuma kawat penggerak sinyal raib entah kemana. Menjelang masuk TPK, peserta dibelokkan ke kiri, batal melewati rumah sinyal. Maklum aja, di sekitar rumah sinyal banyak "batu muda" alias sisa metabolisme manusia. Beberapa peserta sempat melewati ladang ranjau tersebut. Entahlah, semua selamat atau ada yang menginjak ranjau secara sah dan meyakinkan.

Sampai TPK, terlihat ada gerobak TTW, PPCW, GGW, GR dan GL berdiam di sepur 5 dan 6. Entah sudah berapa lama berdiam di sana. Semoga saja tidak dijarah, mengingat di atas PPCW ada batangan rel yang menggiurkan bagi kolektor besi. Lumayan, kalo dijual buat beli banyu londo. Bayangin aja kalo R42 sebatang aja, dah dapet berapa duit tuh ....

Setiba di TPK, peserta diberikan snack dan makan siang. Sambil makan siang, peserta menonton klip seputar jalur JAKK - TPK dan ada pembacaan puisi oleh mas Setiyo Bardono. Sebelum kembali ke JAKK, dilakukan pengundian door prize berupa abonemen KRL, tiket Parahyangan, dan Argo Gede.

Sekitar jam 1200, peserta kembali ke JAKK dengan KLB yang ditarik CC 201 dengan 3 kereta K3. Lumayan juga sih pake K3 baru, buatan 2007. KLB menempuh rute TPK - Ancol - Rajawali - Kemayoran - PSE. KLB sempat BLB di Rajawali, entah siapa yang naik/turun. Maklum aja lagi backriding.

Di PSE, lok pindah posisi, soalnya KLB berjalan kembali ke arah Kemayoran - Rajawali - KPB dan akhirnya tiba di JAKK. Dengan tibanya KLB di JAKK, berakhirlah trekking JAKK - TPK.

Sori gak banyak poto yang diupload. Udah banyak yang di upload. Soal poto, bisa ditengok di MP mas Setiyo. Sori juga kalo ada data yang nggak akurat, soalnya cuma bermodal ingatan aja, nggak pake catet mencatet.

---semboyan21---

Kamis, 21 Agustus 2008

Semboyan No. 1

Semboyan No. 1 termasuk jenis semboyan jalan, dan bagian dari semboyan tangan, bersama dengan Semboyan No. 2A, 2B, 2C dan 3.

Semboyan No. 1 memiliki arti Aman, Kereta Api boleh berjalan sebagai biasa dengan kecepatan yang ditetapkan dalam peraturan perjalanan.

Untuk siang hari, semboyan No. 1 diberikan dengan cara:
a. Tiada Semboyan
b. Bendera Putih
c. Papan Putih Bundar
Dalam posisi a, Pegawai berdiri mengawaskan kereta api yang sedang lewat sambil memperhatikan semua semboyan kereta api yang terlihat. Selain itu, ia harus berdiri di tempat yang mudah terlihat oleh pegawai dalam kereta api.

Pada malam hari, posisi a sama pegawai berdiri sama seperti siang hari, dan memperlihatkan lentera berwarna putih atau obor ke arah kereta api, di tempat yang mudah terlihat oleh pegawai dalam kereta api. Lentera atau obor tersebut tidak digerak-gerakkan (diam). Untuk keadaan b dan c, semboyan No. 1 diberikan dalam bentuk lentera berwarna putih.

sumber gambar: pics.livejournal.com/trainsignal

Rabu, 20 Agustus 2008

Lagi-lagi PLH ....

Duh sedihnya .... Menjelang HUT RI ke-63, kok jagad persepuran Indonesia diwarnai PLH. Baru aja sampai dari YK, naik KA 78 dari BD, tiba-tiba ada email masuk, yang mengabarkan kalau ada PLH di Divre III SS. KA BBR 12 adu kepala dengan KA 6001 Limex di petak jalan TNK - LAR. Dari kabar yang beredar, 9 nyawa melayang dan puluhan lainnya luka-luka.

Belakangan, hasil investigasi sementara menyebutkan kalau PLH terjadi akibat kelalaian PPKA LAR, memasukkan KA 6001 ke sepur isi. Akibatnya, PPKA LAR yang juga merangkap KS LAR dicopot dari jabatannya dan bersiap menjadi pesakitan.

Nggak lama kemudian, ada berita PLH lagi. Argo Bromo Anggrek menghantam Suzuki APV di PJL tak berpintu di TG. Kalau untuk yang ini no comment dah. Korban mengemudi sambil menggunakan ponselnya, sehingga tidak waspada ketika mas argo melintas. Akibatnya APV nyaris tak berbentuk, meski sopirnya lolos dari maut.

Malam ini, baca dari JawaPos, KA 164 alias Jeng Sri makan korban. Lagi-lagi terjadi di PJL tak berpintu. Kali ini terjadi di Sidoarjo. Tiga nyawa melayang sia-sia karena dihantam CC 201. Entah mengapa, 2 PLH tadi terjadi di tanggal 170808.

Semoga rangkaian PLH tadi mengakhiri catatan buruk jagad persepuran Indonesia. Sudah cukup banyak orang yang mati konyol gara-gara PLH.

---semboyan 21---

Rabu, 13 Agustus 2008

Mau Bener Kok Susah

Sebenernya sih nggak pengen nulis apa-apa, cuma kepikiran aja, di Bandung, pengen bener kok susah banget. Cari tempat sampah susahnya minta ampun ....

Beberapa waktu lalu, John Pantau mengulas tentang perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Untuk kawasan Bandung, Bro John, beroperasi di kawasan Alun-alun dan aliran Cikapundung (sori Bro, kalo ada yang kurang disebut, ingetnya cuma itu). Bro John berhasil menangkap oknum satpol PP yang membuang puntung rokok sembarangan, oknum petugas dinas kebersihan yang membuang sampah ke sungai, dan perilaku ngawur lainnya. Pokoknya, yang tertangkap tangan sama Bro John, dijamin jadi tenar, tapi malunya ... mana tahaaan.

Sayangnya, Bro John nggak membahas langkanya tempat sampah yang ada di Bandung. Memang sih beberapa waktu yang lalu dipasang tempat sampah berwarna biru dan orange di berbagai titik, tapi sekarang, nyaris tak bersisa. Tempat sampah yang katanya seharga ratusan ribu per bijinya cuma berumur beberapa bulan aja. Nggak tau apa alasannya kok jadi hilang sama sekali. Entah nggak pernah diangkut sampahnya, vandalisme, atau tidak ada dana buat merawat.

Sepanjang Braga, (dulu) ada beberapa tempat sampah yang terpasang. Mulai dari di Canary, seberang London Bakery, PGN, Duta Nada, Braga Permai, Amsterdam, sampai persimpangan Braga - Lembong. Sebelum benar-benar hilang, ada beberapa tempat sampah yang "disegel", karena sampah yang ada tidak pernah diangkut oleh petugas. Sekarang, sama sekali tak bersisa. Entah siapa yang mengambilnya ....

Duh ... ternyata pengen bener aja susah. Cari tempat sampah aja susahnya setengah mati. Pokoknya biasakan yang benar ... buanglah sampah pada tempatnya, atau tertangkap kamera Bro John ....

Salam Damai ....

Selasa, 12 Agustus 2008

Ruwetnya Pemilihan Adipati

Nggak tahu kenapa, kok tiba-tiba kepikiran sebuah cerita dari negeri antah berantah tentang ribetnya pemilihan adipati di suatu negeri.

Di suatu negeri yang masih dirundung kegelapan, mangsa depan akan mengadakan pemilihan adipati yang baru. Para calon adipati saling berlomba mengajukan pemikirannya dan angan-angannya tentang suatu negeri yang gemah dipah loh jinawi tata tentrem kerta raharja, apabila calon adipati tersebut diberikan kesempatan memimpin negeri antah berantah tersebut.

Seolah tak mau kalah, para punggawa calon adipati tersebut yang kini tergabung dalam pengageng negeri berlomba-lomba mendukung calon adipati masing-masing dan mengajukan 1001 syarat untuk menjadi adipati. Syarat itu bukan tanpa tujuan, ini sengaja dibuat untuk meloloskan calon adipati yang didukungnya dan (diharapkan) akan mengganjal calon adipati lainnya.

Pertama, calon adipati harus lulusan pawiyatan luhur, kalau perlu pawiyatan luhur kasta ketiga. Kalau sekedar padhepokan biasa saja nggak boleh jadi adipati. Rasa-rasanya aneh juga, masa harus lulusan pawiyatan luhur. Kemampuan jadi adipati nggak bisa diukur dari hal ini. Banyak lulusan pawiyatan luhur yang menggunakan ilmunya untuk memplekotho rakyatnya. Lulusan pawiyatan luhur juga bukan jaminan bahwa calon adipati bersangkutan sanggup membawa pencerahan negeri ini. Mereka selama ini hanya bisa berangan-angan menjadi adipati, karena belum diberi kesempatan.

Wacana berikut, adipati berikut setidaknya berasal dari desa dimana kedhaton berada. Dengan syarat ini, diharapkan adipati yang baru mendapatkan dukungan dari warga sekitar kedhaton. Apabila adipati yang baru bukan warga sekitar kedhaton, dikhawatirkan akan timbul kecemburuan dari warga sekitar kedhaton. Hmm ... ketakutan yang berlebihan.

Syarat yang masuk akal, adipati tidak pernah bermasalah dengan bhayangkarapraja, baik urusan maling, madat, minum, madon, maupun main. Gimana mau jadi adipati kalau hobinya malima.

Nggak kalah pentingnya, adipati kudu ngerti ilmu tatapraja. Dengan bekal ilmu ini, adipati diharapkan mampu membawa negeri ini ke dalam pencerahan, bukan malah tambah mblusukke.

Dan masih banyak syarat yang diajukan para pendukung calon adipati masing-masing. Dari syarat yang bisa diterima akal sehat, setengah sehat, seperempat sehat, sampai yang nggak sehat dan sama sekali absurd.

Merasa sanggup menjadi adipati kembali, adipati lama mengagung-agungkan pengalamannya memimpin negeri. Jangan serahkan negeri pada calon adipati yang belum berpengalaman. Mau dibawa kemana negeri ini kalau dipimpin adipati yang tidak berpengalaman. Jangankan memimpin negeri, lha membina biduk rumah tangga saja gagal ....

Calon adipati yang masih muda juga nggak mau kalah. Lha selama adipati lama memimpin, sampeyan sengsara terus. Kalau negeri ini dipimpin adipati ini lagi, makin berpengalaman sengsara. Itu namanya goblok, sengsara kok mau terus diulang ....

Pemain ludruk juga nggak mau ketinggalan, pengen juga jadi adipati. Pemain ludruk ini sangat terkenal seantero negeri, nggak ada di negeri ini yang nggak kenal. Soal ilmu tatapraja, tau deh, ngerti apa nggak. Yang jelas, pemain ludruk pernah jadi adipati, di atas panggung ludruk. Turun dari panggung ludruk, jadi balungan kere lagi. Pokoknya si pemain ludruk ini merasa dirinya sudah memenuhi 1001 syarat untuk menjadi adipati.

Edan, rame banget yang mau jadi adipati. Siapapun yang nantinya jadi adipati diharapkan aja lamis, aja mblenjani janjine serta sanggup membawa negeri ini kepada pencerahan, negeri sing gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja. Dan, yang gagal jadi adipati jangan sampai ilang warase. Di negeri seberang sudah kejadian, gagal jadi adipati, utange akeh, ditinggal bojo, dadi gendheng. Wis cupet pikirane, milih mati wae ... nanging iso digagalke karo para bhayangkarapraja.

Yo wis ... sing kepingin lan arep dadi adipati, monggo maju, tapi jangan sampai lupa aturan main. Sing arep milih adipati, padha pilihana sak senengmu. Sing wegah milih adipati, ya ora usah milih, tapi jangan mempengaruhi mereka yang mau milih, untuk tidak memilih adipati.

Salam damai ....

Apabila ada kesamaan waktu, tempat dan pelaku dalam cerita ini dengan kejadian nyata, cerita ini hanya dimirip-miripkan saja dengan kejadian nyata di negeri seberang.

Senin, 04 Agustus 2008

Semboyan

Nggak kenapa, kok tiba-tiba pengen nulis kaya gini. Mungkin gara-gara kemaren nggak ikutan ke INKA di MN, jadinya penyakitku kambuh. Ya udah nulis soal semboyan aja. Semboyan jangan dicari di sini, meski udah dialihkan, tetep bukan yang itu.

Semboyan yang dimaksud adalah semboyan menurut Reglemen 3, suatu benda atau suara yang mempunyai arti atau maksud menurut bunyi, wujud, dan warnanya, tetapi tidak menurut tulisan atau angka yang dapat terbaca pada benda itu.

Semboyan dibagi menjadi:
  1. Semboyan Jalan: Semboyan Tangan, Semboyan Tetap dan Semboyan Wesel;
  2. Semboyan Kereta Api: Semboyan Terlihat dan Semboyan Suara;
  3. Semboyan Langsir;
  4. Semboyan Genta
Pokoknya Semboyan akan dibahas satu-satu, tinggal tunggu aja gilirannya

Makasih banyak buat Pak Santo, yang gambar koleksinya di album pribadinya boleh dipakai di sini, untuk menularkan penyakit edan sepur.

---semboyan21---

Sabtu, 02 Agustus 2008

Bersepeda: Peduli Lingkungan Apa Cari Sensasi?

Setelah beberapa saat lalu keisenganku menanggapi soal kampanye pilgub Jawa Tengah, kali ini aku iseng lagi. Tetep masih soal kampanye lagi. Kali ini kampanye pilwalkot Bandung.

Ketika melihat Kompas Lembar Jawa Barat tanggal 02 Agustus 2008, ada foto yang agak aneh. Kalau dari captionnya, seorang kandidat melakukan kampanye dengan sepeda sebagai simbol ajakan mengurangi pencemaran udara.

Idenya sih bagus, tapi bukan itu yang mau aku komentari. Yang bikin aku ketawa, perilaku pendukungnya. Ketika si kumendan mengangkat isu peduli lingkungan dengan ngonthel, tapi malah pendukung yang setia dengan penuh percaya diri mengawal dengan sepeda motor, yang notabene menghasilkan emisi gas buang pencemar udara. Sesuatu yang bertolak belakang dengan misi yang diusungnya.

Bagiku ini hanyalah sebuah upaya cari sensasi melalui isu peduli lingkungan. Namanya juga lagi jualan. Trik promosi paling jitu yang dipakai, dan semoga saja laris manis tanjung kimpul dagangannya. Kalo emang peduli sama lingkungan, pasti wadyabalanya juga naik velocipede, kagak ada yang naik brompit. Lain kali kalo mau ngangkat isu kaya gini, tolong diperhatikan dong pak, biar kagak kelihatan konyol ....

Bagi yang suka maupun tidak suka dengan tulisan saya, silakan kasih pendapat. Ini cuma yang ada di kepalaku.

Salam damai ....