Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Senin, 15 Desember 2008

Tempat Belanja dan Makan yang Enak di Bandung

Beberapa hari lalu, seorang teman kirim pesan singkat. Sebenernya sih pertanyaannya biasa aja. Cuma tanya di mana tempat belanja yang murah dan tempat makanan yang enak. Tapi buatku, ini pertanyaan yang kelewat susah dijawab. Atau, malah mungkin gak bisa jawab sama sekali.

Memang sih udah sejak Juni 2006 tinggal di Bandung. Tapi soal belanja baju or apparel lainnya di FO di Bandung, yang kata orang jadi tempat surga belanja, bisa dibilang hampir gak pernah. Pernah sekali ke FO, tapi cuma nganter adiknya si Tyas ke FO di seputaran Maulana Yusuf dan di dekat Trunojoyo.

Gak tau kenapa, bener-bener gak minat soal belanja kaya gitu. Apalagi ditanya barang yang murah di FO sebelah mana. Jawabnya gak tau. Tapi kalo ditanya tempat jual pakaian ada di mana, paling cuma bisa jawab di Martadinata a.k.a Riouw Straat; Juanda alias Dago Straat, sama di Setiabudi - Cihampelas. Selebihnya, soal barang bagus dan murah adanya di mana, gak tau.

Begitu juga soal tempat makan yang murah dan enak. Jawabnya tetap sama, gak tau. Paling-paling kalo tau, cuma ada di beberapa tempat. Itu juga karena diajak maen sama temen-temen PPGKJ. Kalo gak pernah diajak, ya mana tahu. Soal murah apa enak buat orang lain, relatif.

Emang sih, beberapa waktu lalu sempat beli buku "Jendela Bandung; Pengalaman Bersama Kompas" yang mengupas seluk-beluk Parijs van Java, tapi tetep aja nggak membantu buatku. Soalnya bener-bener gak selera buat belanja dan berburu makanan yang unik. Paling-paling cuma buat tahu tempatnya aja, kali aja ada yang tanya. Kalo cuma jadi guide ke sana boleh lah, tapi nggak bisa kasih referensi harus ke mana yang dituju.

Banyak yang bilang aneh, parah, dan 1001 sumpah serapah lainnya, tapi sebodo amat. Emang udah setelan dari sana, gak selera sama yang gituan. Pokoknya yang tanya soal tempat makan sama belanja di Bandung, siap-siap kecewa aja. Habis, jawabnya pasti gak tau. Mendingan tentuin dulu mau kemana, baru bisa diantar. Itu juga kudu liat primbon dulu. Kalo gak ada primbon, dijamin jawaban tidak memuaskan.

Jadi, mau belanja dan makan di mana?

Rabu, 26 November 2008

Melihat dari Sisi Lain

Selasa, 251108, menjelang balik, ada pengumuman pencabutan liburan. Sial!!! Ternyata ini orang yang bikin keputusan lebih kejam dari Kapten Herbert M. Sobel, C.O. Easy Company, 506th P.I.R, 101st Airborne Division. Liburan akhir pekan selama Desember dicabut, tanpa kecuali. Kepikiran juga sih buat A.W.O.L. Tapi setelah dipikir-pikir, jadi desertir risikonya cukup besar. Bakalan repot kalo ketahuan desersi dan berurusan sama "Internal Affair".

Rabu, 261108, masih gondok karena liburan dicabut oleh "Sobel", ada sms masuk dari My Luply Sistah. Cukup memberikan harapan sih .... Tapi tetep aja masih sebel. Travel itinerary yang udah disusun, kacau balau. Tiket yang sudah dibeli in advance terancam hangus. Kalaupun dibatalkan, cancelation feenya lumayan juga. Memundurkan jadwal keberangkatan, belum masuk pilihan.

Setelah pikirian agak tenang, mulai terpikir buat rescheduling liburan. Hmm ... ternyata si "Sobel" ini memberikan sesuatu yang istimewa. Karena libur dicabut, bisa ikutan maen bareng PP. Konsekuensinya, trip 051208 - 081208 dibatalkan. Biar nggak terlalu banyak duit yang ilang, tiket di refund, meski cancelation feenya cukup mencekik leher. Sementara tiket tanggal 081208, direschedule ke tanggal 040109. Satu masalah selesai.

Masalah berikutnya, trip 191208 dimundurkan sehari, karena "perampasan" liburan tanggal 201208. Apa yang bisa dilakukan setelah tanggal keberangkatan dimundurkan sehari, menjadi pertanyaan berikutnya. Setelah tanya sana-sini, ternyata di tanggal 191208 ada perayaan Natal di GKJB. What a coincidence!!! Hanya dengan memundurkan jadwal sehari, semua urusan terselesaikan. Urusan kerjaan kelar, bisa dateng pas natal GKJ, pelesiran jalan terus.

Wew ... ternyata semua masalah bisa diselesaikan dengan sederhana. Kuncinya, hanya mau melihat masalah tersebut dari sisi lain.

Salam ....

Senin, 20 Oktober 2008

Jika Aku Menjadi ....

Sebelum kembali ke BD naik KA 77, iseng-iseng nonton acara di sebuah stasiun TV. Judulnya "Jika Aku Menjadi ...." Kalo yang kemaren sih ceritanya menjadi petani tembakau di Temanggung.

Dasar edan sepur, tiba-tiba kepikiran, gimana kalau tema yang diangkat berhubungan sama sepur, menjadi masinis. Bakal dikasih nggak ya? Mungkin nggak ya ... terlalu besar risikonya. Paling kalo dikasih, ya jadi asisten stoker. Dan jalan di lintas, paling lintas cabang, atau KRD lokal. Minimal bawa langsiran deh. Tapi kalau dikasih, pengalaman tak terlupakan buat kaum edan sepur. Kapan lagi bisa cabriding legal.

Kalo nggak bawa lok, ya jadi baan schouwer alias JPJ. Lumayan sehat, jalan-jalan sepetak sambil bawa satu set kunci. Kalo dari BD ke Ciroyom sih enteng, coba ke arah Cikudapateuh, pasti seru .... Yang penting masih berhubungan dengan sepur.

Mentok, jadi tukang cuci kereta, sekaligus ngisi air buat toilet kereta. Yang ini pake acara panjat kereta segala, sambil main air. Kalo yang beginian lebih mungkin dikasih, daripada yang diatas. Paling kecil risikonya, dibanding jadi asisten stoker atau baan schouwer. Paling parah jatuh dari atap kereta.

Sayangnya, ini acara hanya untuk WANITA!!! Yang edan sepur kaya Rizz atau Wulan, boleh dicoba tuh buat daftar, sapa tau kesampaian buat bawa lok CC, terlebih si cepek (CC 201 100).

-----semboyan 21------

Senin, 29 September 2008

Kado Pahit di Hari Kereta Api

Minggu, 280908, di sela-sela tugas, iseng-iseng cek email. Dari sekian banyak milis yang diikuti, rata-rata sepi, maklum sudah masuk libur panjang lebaran.

Ternyata ada satu berita yang menyedihkan dari milis penggila sepur. Argo Bromo Anggrek anjlok di Manggarai (MRI). Duh, ada apa lagi dengan persepuran Indonesia. Setelah kemarin ada serentetan Peristiwa Luarbiasa (PL)/Peristiwa Luarbiasa Hebat (PLH) di lintas Cipeundeuy (CPD) - Bumiwaluya (BMW), pelemparan terhadap masinis, eh sekarang si Argo Bromo Anggrek yang bikin ulah. Ironisnya, hal ini terjadi bertepatan dengan Hari Kereta Api.

Awalnya sih berita yang didapat, cuma anjlokan aja. Yah, kalo anjlokan saja sih, kemungkinan dapat segera dibereskan. Tapi kok crane Kirow milik Dipo Lokomotif Bandung (BD) sampai dikirim. PLH kali ini pasti parah. Belakangan muncul kabar, kalau di MRI sinyal blank, semua perjalanan dilayani secara manual. Pas lihat liputan PLH ini, ternyata kereta begasi dan pembangkit (BP), serta kereta penumpang (K1) yang anjlok, posisinya miring dan menghantam boks sinyal. Pantas, kalau Kirow sampai dinas ke MRI, dengan ditarik lok CC 204 12 dari BD. Kabranya juga, crane Gottwald datang jauh-jauh dari Cirebon (CN) buat membantu evakuasi 2 kereta yang celaka.

Akibat PLH ini, MRI lumpuh beberapa jam, karena boks sinyal rusak berat. Perjalanan KA ke Gambir (GMR) sempat dialihkan ke Pasar Senen (PSE). Ternyata efek PLH ini sampai BD juga. KA 114 Mutiara Selatan tertunda keberangkatannya, karena harus meminjam kereta kelas bisnis milik KA Ekspres Lodaya. KA 38 Turangga harus menunggu lok yang belum datang. KA 78 Ekspres Malam Lodaya menunggu rangkaian KA Parahyangan, karena kekurangan kereta. Rangkaian KA Harina juga telat diberangkatkan karena rangkaian KA Argo Gede yang meminjam, belum tiba di BD.

Ternyata "kado" Hari Kereta Api belum berakhir di sini. Malam harinya, KA 154 Bengawan relasi Tanah Abang (THB) - Solo Jebres (SK) menghantam mobil di PJL tak berpintu di seputar Kertasemaya. Lima nyawa melayang sia-sia akibat kejadian ini.

Sedihnya ... mengapa Hari Kereta Api tahun ini diberikan "kado" yang pahit. Apalagi bertepatan dengan hajatan angkutan lebaran 2008. Tak tahu lah .... Pertanyaan yang kelewat tinggi .... Semoga hari-hari berikutnya nggak ada PL maupun PLH lagi

Salam damai

-----semboyan21-----

Jumat, 26 September 2008

Masinis Jadi Korban Pelemparan Batu

Kamis siang, 250908, ada email masuk dari milis keretapi. Bukan hanya berita buruk, tapi menyedihkan. Dari subjectnya aja, udah amat sangat miris. [Kecelakaan] - Masinis JNG ditimpuk di Rawa Bebek.

Sedikit kutipan dari email yang menyedihkan tadi:
Informasi dari Mas Saleh PWT, seorang masinis JNG, nama Yaya Sutarya alias Kakek yang sedang dinas, terkena lemparan batu oleh orang tidak bertanggung jawab (teroris) di sekitar Rawa Bebek.
Saat ini beliau sedang menjalani operasi mata sebelah kanan akibat terkena batu dan pecahan kaca.

Sedih juga berita kaya gini .... Emang sih, secara pribadi, aku nggak kenal sama Kang Yaya. Bukan saudara dekat, bukan juga teman main. Kang Yaya seorang masinis, sedangkan aku cuma seneng sama sepur.

Kabar terakhir, operasi mata Kang Yaya telah dilakukan, tapi kemungkinan besar kehilangan fungsi sebelah matanya. Ini artinya, beliau nggak akan jadi masinis lagi, di-grounded. Dan di mana beliau akan mengabdi setelah menjalani masa perawatan, putusan ada di tangan manajemen PT KA.

Hanya karena sebuah batu di tangan oknum yang sangat tidak bertanggung jawab, banyak orang yang harus merasakan akibatnya. Kereta yang dibawanya harus terlambat, untuk memberikan kesempatan tim medis mengevakuasi rekan kita. Belum lagi beban psikologis rekan kita yang kehilangan setengah penglihatannya. Yang aku belum tahu, apakah rekan kita ini akan terlempar dari jajaran PT KA, setelah kehilangan sebelah penglihatannya. Semoga saja tidak.

Seandainya hal buruk itu terjadi, ada berapa jiwa yang kehilangan sumber pencaharian. Mungkin anak dan istri Kang Yaya, mungkin orang tua beliau, mungkin juga saudara-saudara yang menjadi tanggungan beliau. Memang sih gaji seorang masinis tidak terlampau besar, tapi ini sangat berarti bagi Kang Yaya. Hanya karena sebuah batu yang dilayangkan ke arah kabin lokomotif oleh seorang yang sangat tolol, kebahagiaan Kang Yaya sekeluarga, musnah seketika

Nggak tahu, apa aku berpikir terlalu jauh, apakah hal ini sudah menjadi perhatian kita semua. Ketika kereta api mengalami Peristiwa Luarbiasa (PL) maupun Peristiwa Luarbiasa Hebat (PLH), diekspos media besar-besaran, seakan-akan operator kereta api sebegitu bebalnya, sampai-sampai sering sekali melakukan kesalahan. Tetapi ketika rekan-rekan operator kereta api mengalami kecelakaan, yang bukan karena kesalahannya, nggak ada yang memperhatikan .... Padahal kejadian ini bukan yang pertama kali terjadi.

Ah, tak tahu lah .... Tampaknya negeri ini belum berpihak kepada wahana transportasi massal yang satu ini.

Salam damai

-----semboyan21-----

Selasa, 23 September 2008

Semboyan No. 7

Semboyan berikut, Semboyan 7 berarti berbahaya, tidak aman, kereta api harus berhenti. Semboyan ini biasa digunakan sebagai sinyal masuk setasiun maupun sinyal keluar.

Bentuk semboyan 7 berupa papan bundar berwarna merah pada tiang sinyal (a), dan lengan mendatar di sebelah kanan tiang sinyal, baik satu lengan (b) maupun dua lengan (c). Kesemuanya diberikan pada siang hari.

Pada malam hari, semboyan 7 diberlakukan dengan memasang lentera bercahaya merah ke arah kereta api, dan berwarna putih ke arah sebaliknya (a dan b). Untuk sinyal berlengan dua, semboyan 2 diberikan dengan lentera bersusun dua, berwarna merah ke arah kereta api, dan berwarna putih di sisi sebaliknya.

Sebagai catatan, semboyan 7 berupa sinyal mekanik berlengan 2 biasa digunakan di stasiun yang memiliki sepur belok. Untuk sinyal keluar, dipakai sinyal mekanik berlengan 1 (b).

gambar semboyan 7: pics.livejournal.com/trainsignal

Minggu, 21 September 2008

Semboyan No. 6

Semboyan tetap berikutnya, Semboyan 6. Semboyan ini berarti aman, kereta api boleh masuk dengan kecepatan terbatas.

Pada siang hari, semboyan 6 diberikan dalam bentuk lengan tegak pada papan sinyal (a), lengan bawah pada sinyal mekanik terangkat (b), papan bundar hijau pada tiang sinyal (c), atau lengan pada sinyal muka menyerong ke bawah (d).

Pada malam hari, semboyan 6 diberikan dengan isyarat cahaya, yaitu lentera hijau pada tiang sinyal ke arah datangnya kereta api, dan lentera berwarna putuh di sisi sebaliknya (a, c, dan d). Untuk sinyal lengan, isyarat berupa lentera hijau pada tiang sinyal ke arah datangnya kereta api dan lentera berwarna hijau di bawah lentera putih di sisi sebaliknya.

Semboyan 6 diberikan sebagai sinyal muka (a dan d) sebagai isyarat bahwa sinyal masuk di belakangnya menunjukkan aspek tidak aman (semboyan 7), sehingga masinis bersiap-siap untuk menghentikan kereta api di depan sinyal masuk.

Untuk sinyal mekanik berlengan dua (b), semboyan 6 merupakan isyarat bahwa kereta api diperbolehkan masuk ke sepur belok, baik untuk berjalan langsung melalui sepur belok, maupun berhenti di depan sinyal keluar untuk persilangan maupun susulan.

gambar semboyan 6: pics.livejournal.com/trainsignal

Rabu, 17 September 2008

Semboyan No. 5

Setelah semboyan tangan (semboyan 1, 2A, 2B, 2C dan 3) dikupas, kini giliran Semboyan 5 yang dikupas. Bersama dengan Semboyan 6, 7 dan 8, semboyan 5 termasuk semboyan jalan yang bersifat tetap.

Semboyan 5 memiliki arti aman, kereta api boleh masuk. Semboyan ini biasanya digunakan untuk sinyal masuk dan keluar setasiun.

Pada siang hari, semboyan 5 diperlihatkan dalam bentuk papan merah pada semboyan tidak terlihat (a), lengan pada papan sinyal terlihat menyerong (b).

Untuk sinyal mekanik berlengan satu (c), lengan terlihat terangkat ke atas. Sinyal berlengan satu biasa digunakan untuk sinyal keluar. Sedangkan sinyal mekanik berlengan dua (d), semboyan 5 ditunjukkan dengan terangkatnya lengan atas. Sinyal berlengan dua jamak dipakai untuk sinyal masuk stasiun. Dengan memberikan semboyan 5 dengan sinyal berlengan dua, kereta api diperbolehkan masuk setasiun melalui sepur lurus, dan kemungkinan besar akan berjalan langsung.

Pada malam hari, semboyan 5 diberikan dengan cahaya lentera berwarna putih ke arah kereta api, dan berwarna hijau ke arah belakang sinyal (a, b, dan c). Untuk sinyal mekanik berlengan dua (d), ditunjukkan dengan cahaya lentera berwarna putih ke arah kereta api, sedangkan di sisi sebaliknya, lentera berwarna hijau di atas putih.

gambar Semboyan 5: pics.livejournal.com/trainsignal

Senin, 15 September 2008

Semboyan No. 3

Semboyan berikut adalah Semboyan 3. Semboyan 3 berarti berbahaya, tidak aman, kereta api harus berhenti. Semboyan ini digunakan untuk menutup bagian jalan agar tidak dilalui karena rusak atau membahayakan.

Pada siang hari, semboyan 3 diberikan dalam bentuk bendera merah, papan bundar merah, atau pegawai berdiri tegak menghadap arah datangnya kereta sambil mengangkat kedua lengannya ke atas.

Untuk malam hari, semboyan 3 berupa lentera merah, baik ditancapkan pada sebuah tiang atau dibawa oleh pegawai. Dapat juga dengan menggerakan lentera berwarna selain merah dengan cepat ke kanan dan ke kiri.

KETENTUAN PEMASANGAN SEMBOYAN 3
Semboyan 3 harus dipasang pada jarak sekurang-kurangnya 500 m (B-C) dari bagian jalan yang tidak boleh dilalui, dan semboyan harus dapat dilihat oleh masinis dari tempat sekurang-kurangnya sejauh 600 meter (A-B). Apabila bagian jalan yang ditutup telah diketahui oleh masinis bersangkutan, maka jarak 500 meter dapai diperpendek menjadi 200 meter (B-C).

Apabila jarak terlihat 600 meter tidak tercapai karena lengkung jalan, maka pemasangan semboyan 3 digeser ke muka, sehingga semboyan 3 dapat terlihat oleh masinis dari tempat sejauh paling sedikit 1100 meter dari bagian jalan yang tidak boleh dilalui (B-C). Jarak 1100 meter dapat diperpendek menjadi 800 meter apabila masinis telah mengetahui bagian jalan yang ditutup sebelumnya.

Sedapat mungkin, semboyan 3 dilengkapi dengan semboyan muka berupa semboyan 2A dan 2B. Semboyan 2B dipasang sejauh 100 meter (C-D) dari Semboyan 3, dan Semboyan 2A dipasang 300 meter (B-D) dari semboyan 3, dengan syarat semboyan 2A dapat dilihat oleh masinis dari jarak paling sedikit 300 meter (A-B).

Apabila jarak terlihat 300 meter tidak terpenuhi karena lengkung jalan, maka semboyan 2A digeser ke depan hingga dapat terlihat oleh masinis pada jarak paling sedikit 600 meter (B-D) dari tempat semboyan 3 dipasang.

Pada malam hari, susunan semboyan 3 yang memakai semboyan muka berupa semboyan 2A dan 2B, adalah sama dengan siang hari. Pada lokasi di mana semboyan muka semboyan 2A dan 2B dipasang, dipasang lentera berwarna hijau.

gambar semboyan 3: pics.livejournal.com/trainsignal

Minggu, 14 September 2008

Semboyan No. 2C

Melanjutkan tulisan tentang semboyan, kali ini giliran semboyan 2C yang diulas. Seperti semboyan 2A dan 2B yang memberikan pembatasan kecepatan, semboyan 2C memberikan pembatasan kecepatan, kereta api harus berjalan dengan kecepatan orang berjalan kaki, atau 5 km per jam.

Pada siang hari, semboyan 2C oleh pegawai diberikan dengan lambaian bendera hijau atau papan bundar hijau ke arah kanan dan kiri.

Pada malam hari, semboyan 2C diberikan dengan cara menghentikan kereta api terlebih dahulu dengan semboyan 3. Setelah kereta api berhenti, pegawai memerintahkan kereta api berjalan kembali dengan kecepatan 5 km per jam.

KETENTUAN PEMASANGAN SEMBOYAN 2C
Semboyan 2C diperlihatkan pada jarak 100 meter (D-E) dari bagian jalan yang hanya boleh dilalui dengan kecepatan 5 km/jam (E-F). Sebagai semboyan muka, semboyan 2B harus dipasang pada jarak 200 meter (C-E) dari bagian jalan yang dilindungi semboyan 2C, dan semboyan 2A dipasang pada jarak 400 meter (B-E) dari bagian jalan yang hanya boleh dilalui dengan kecepatan 5 km/jam. Semboyan 2A harus dapat terlihat oleh masinis dari jarak 300 meter (A-B).

Apabila jarak terlihat 300 meter tidak tercapai karena lengkung jalan, maka pemasangan semboyan muka (Semboyan 2A) digeser ke depan, sehingga dapat dilihat oleh masinis sekurang-kurangnya 700 meter (B-E) dari bagian jalan yang dilindungi semboyan 2C.

Pegawai yang bertugas memperlihatkan semboyan 2C harus menunjukkan tanda semboyan 2C pada tempat yang telah ditentukan, mulai pada saat kereta api terlihat hingga keseluruhan rangkaian melewati bagian jalan yang dilindungi semboyan 2C (E-F). Ketika akhir rangkaian telah melewati bagian jalan yang dilindungi, pegawai memberikan tanda semboyan 1 kepada masinis, sebagai tanda bahwa kereta api telah melewati bagian jalan tersebut dan boleh berjalan dengan kecepatan yang semestinya.

Apabila bagian jalan yang dibatasi kecepatannya (E-F) lebih dari 25 meter, pegawai yang bertugas memberikan semboyan 2C diharuskan berjalan di sisi kanan lokomotif hingga penghabisan jalan tersebut. Ketika ujung rangkaian melewati akhir bagian jalan yang dilindungi (F), pegawai tersebut memberikan tanda kepada masinis bahwa rangkaian telah melewati bagian jalan yang dilindungi.

Apabila keadaan tidak mengijinkan pegawai untuk berjalan di sisi kanan lokomotif, maka pada penghabisan bagian jalan yang dilindungi (F) ditempatkan pegawai kedua. Pegawai kedua inilah yang memberikan tanda kepada masinis bahwa rangkaian telah melewati bagian jalan yang dibatasi kecepatannya.

Pada malam hari, di tempat semboyan 2C diberikan (D) dipasang semboyan 3 untuk menghentikan kereta api. Setelah kereta api berhenti, pegawai yang memberikan semboyan 2C akan naik ke tangga lokomotif sebagai pandu dan memerintahkan masinis untuk menjalankan kembali kereta api secepat orang berjalan (5 km/jam). Di penghabisan bagian jalan yang dilindungi (F), kereta api berhenti sebentar untuk menurunkan pegawai yang menjadi pandu, untuk turun dari lokomotif. Kemudian kereta api berjalan perlahan-lahan, hingga masinis melihat semboyan 1 yang ditunjukkan pegawai yang berada di penghabisan bagian jalan yang dilindungi (F), sebagai tanda bahwa kereta api boleh berjalan pada kecepatan yang semestinya.

Semua jarak harus ditambah dengan 50% apabila semboyan dipasang di jalan turun dengan kemiringan 1% (10 permil) atau lebih.

Gambar Semboyan 2C: pics.livejournal.com/trainsignal

Jumat, 12 September 2008

Semboyan No. 2B

Kali ini pelajaran ilmu persepuran membahas semboyan No. 2B. Semboyan No. 2B memiliki arti pembatasan kecepatan, kereta api tidak boleh berjalan dengan kecepatan lebih dari 20 km/jam.

Di siang hari, semboyan 2B diberikan dalam bentuk
  1. bendera hijau dua buah, dipasang bersusun
  2. dua buah papan bulat hijau bersusun
  3. pegawai berdiri tegak menghadap ke arah kedatangan kereta api sambil mengangkat salah satu lengannya mendatar ke arah kanan atau kiri
Di malam hari, pemberian semboyan 2B berupa lentera berwarna hijau, baik dipasang pada sebuah tiang atau ditunjukkan oleh pegawai

KETENTUAN PEMASANGAN SEMBOYAN 2B
Semboyan 2B harus dipasang pada jarak minimal 100 meter (C-D) dari bagian jalan yang hanya boleh dilalui dengan kecepatan setinggi-tingginya 20 km sejam (D-E), dan harus didahului dengan semboyan 2A yang dipasang sejauh 200 meter (B-C) dari semboyan 2B. Semboyan 2A harus terlihat oleh masinis minimal dari jarak 300 meter (A-B).

Apabila jarak terlihat 300 meter tidak terpenuhi karena lengkung jalan, semboyan 2A digeser ke muka hingga dapat dilihat oleh masinis sejauh paling sedikit 600 meter (B-D) dari bagian jalan yang dilindungi oleh semboyan 2B.

Jarak tersebut harus ditambah dengan 50% apabila semboyan dipasang di jalan yang memiliki gradien 10 permil (1%) atau lebih.

Di malam hari, tempat semboyan 2A dan 2B dipasang lentera berwarna hijau.

sumber gambar: pics.livejournal.com/trainsignal

CC 204 13 Datang .....

Baru aja kemaren posting soal CC 204 12 yang datang, eh ... nggak tahunya malam ini CC 204 13 datang ke Bandung (BD). Nggak ada hujan, nggak ada angin, eh ... dia datang.

Sebenernya sih nggak sengaja pergokin ini lok masuk BD. Soalnya di milis kaum edan sepur, nggak ada kabar soal pengiriman batch 13, makanya pada nggak waspada, dan nggak ada yang nyegat ini lok.

Jumat malam, 120908, pas mau balik dari Setrasari, di PJL 163 Braga ketahan sama sepur yang mau lewat. Heran juga, jam 2030, kereta apa yang mau liwat. Kalo ke arah timur, KA 78 pasti udah lewat. Tapi, ini kok si sepur nggak lewat juga. Lama banget.

Tiba-tiba ada sorotan semboyan 20 dari arah timur. Nggak dinyana, itu dobel traksi CC 204 13 dengan CC 203 dan menarik 2 kereta kelas bisnis (K2) eks PLH Mutiara Selatan kemarin. Pertama sih nggak percaya kalo dia datang. Apa mataku udah nggak awas. Tapi kok depannya gak ada logo Dephubnya, dan masih bersih. Setelah si 13 lewat, dari arah barat, berjalan lok dinas ke arah Gedebage, untuk angkutan kurs kontainer.

Begitu lok dinas lewat dan palang naik, berhenti sejenak selepas PJL. Tanya sama temen2, ada nggak yang menyambut adik baru yang satu ini. Ternyata nggak ada yang tahu!!! Balik arah dikit, ngobrol bentar sama petugas PJL, dan dikonfirmasi yang lewat barusan CC 204 13. Ternyata mataku masih awas. Info lain yang diperoleh, crane Kirow dan gerbong penolong NR 16 sudah balik lagi ke dipo. Semoga aja duet Kirow dan NR 16 gak keluar lagi.

Rencana balik diubah, tujuan berikut ke dipo lokomotif BD. Setelah parkir tunggangan, langsung lari-lari kecil ke Dipo. Nggak lupa juga beli karcis peron. Dari ujung sepur 6, tampak duet 204 11 dan 203 xx (01 kayaknya) dilangsir masuk dipo. Gila ... sampe gemetaran lihat ini lok masuk BD, soalnya belum ada saksi mata yang konfirmasi akan penampakan makhluk yang satu ini. Setidaknya sampai saat ini.

Setelah ijin sama pengawas buat to foto, langsung ambil beberapa gambar. Nggak banyak sih, tapi cuma dua aja yang layak muat. Mau ambil banyak, nggak enak sama kru Dipo. Soalnya si adik harus check up dulu.

Yah lumayan puas bisa pergoki si adik baru. Kayaknya ini gantinya pas nyambut si kakaknya, 204 12. pas dia datang, cuma aku yang nggak liat kedatangannya. Kali ini, pas si adik masuk, nggak ada yang tahu, dan cuma daku seorang. Wuahahahaha ... puasnya.

Selamat bertugas adik CC 204 13, jangan bikin banyak masalah ya ....

-----semboyan21-----

Senin, 08 September 2008

Duh ... PL lagi ....

Gak tau kenapa, menjelang hajatan akbar PT KA, angkutan lebaran 2008, kok terjadi Peristiwa Luarbiasa (PL) di Daop II BD. Yang bikin miris, itu hanya berselang hitungan jam saja, di hari yang sama, 060908.

Pertama, PL KA 6 Argo Wilis di antara Cipeundeuy dan Bumiwaluya. Akibat anjloknya kereta nomor 4, sejumlah perjalanan kereta api menjadi terganggu. Akhirnya crane Kirow dan gerbong penolong NR 16 milik dipo lokomotif Bandung (BD) harus terjun ke lokasi PL.

Eh ... si kirow belum berangkat ke TKP, tiba-tiba ada kabar KRD Bandung Raya anjlok menjelang stasiun Ciroyom. Lok CC 201 98 dan 1 kereta K3 anjlok. Dua PL ini sempat membuat bingung kru kirow. Mana yang akan ditolong lebih dahulu.

Dengan serangkaian pertimbangan, akhirnya KA 6 ditolong lebih dahulu, karena lokasi berada di jalur utama BD - YK (Yogyakarta). Apabila tidak segera ditangani, dapat mengganggu perjalanan lintas selatan. Setelah itu, baru KRD yang ditolong.

Kalo kasusnya kaya gini, jadi ingat PL tanggal 280608 yang melibatkan KA 20 Argo Gede dan gerbong penolong NR 17 Purwakarta (PWK). Kejadiannya juga di Daop II BD. Yang jelas, sangat menyedihkan.

Entah apa yang salah di jagad persepuran negeri ini. Yang jelas, pada hajatan akbar Angkutan Lebaran 2008 yang suudah sangat dekat ini, semoga tidak terjadi PL maupun PLH (Peristiwa Luarbiasa Hebat). Semoga saja ......

-----semboyan21-----

masih sedih karena banyak PL dan PLH

Semboyan No. 2A

Setelah tertunda agak lama, kali ini tulisan tentang Semboyan Kereta Api (Reglemen 3) dilanjutkan lagi. Setelah semboyan No. 1 diulas, kini berlanjut ke Semboyan No. 2A.

Semboyan No. 2A memiliki arti Pembatasan kecepatan. Kereta api tidak boleh berjalan dengan kecepatan lebih dari 40 km/jam.

Pemberian semboyan No. 2A pada siang hari dilakukan dengan:
a. Bendera hijau
b. Papan bundar berwarna hijau, baik bertepi putih atau tidak

Pada malam hari, dipasang lentera hijau setinggi lebih kurang 2 meter dari rel. Untuk jelasnya, lihat Semboyan No. 2B

KETENTUAN PEMASANGAN SEMBOYAN 2A
Semboyan 2A dipasang pada jarak 100 meter (jarak B-C) dari bagian jalan yang hanya boleh dilalui dengan kecepatan paling tinggi 40 km/jam (bagian C-D). Semboyan 2A harus terlihat oleh masinis pada jarak sekurang-kurangnya 300 meter (jarak A-B).

Apabila karena lengkung jalan (A-B) jarak terlihat 300 meter tidak tercapai, maka pemasangan semboyan digeser ke muka, hingga masinis dapat melihat semboyan dari tempat sejauh paling sedikit 400 meter (B-C) dari bagian jalan yang dilindungi oleh semboyan tersebut (C-D)

Jarak tersebut harus ditambah dengan 50% apabila semboyan 2A dipasang pada jalan turun dengan kemiringan 10 permil atau lebih.

Semboyan harus dipasang di kanan jalan. Perkecualian dapat dipasang di kiri jalan apabila dapat terlihat lebih terang dari tempat masinis.

gambar semboyan 2A: pics.livejournal.com/trainsignal

Kamis, 04 September 2008

Selamat Datang CC 204 12

Hari ini, 040908, Dipo Lokomotif Bandung (BD) kedatangan anggota baru. Lok terbaru milik PT Kereta Api (Persero) yang dirakit di PT INKA telah sampai di BD dengan diikutkan rangkaian KA 173 Kutojaya Selatan, dengan relasi Kutoarjo (KTA) - Kiaracondong (KAC).

Sebenernya sih info kedatangan anggota keluarga baru sudah lama. Sejak kunjungan IRPS ke PT INKA, sudah ada bocorannya, kalau CC 204 12 sedang dalam pengerjaan. Tinggal pengiriman kapan, yang belum ada kabar. Diharapkan lok sudah dapat berdinas untuk angkutan lebaran. Selain itu, ada juga pengiriman kereta kelas 3 (K3) untuk melayani angkutan lebaran.

Beberapa waktu yang lalu, milis keretapi diramaikan dengan kabar dikirimnya lok ini menuju BD. Ternyata si 4 12 dikirim ke BD tanggal 040908, setelah menginap semalam di KTA. Sebelumnya, 4 12 dobel traksi dengan KA 151 Kahuripan dari Madiun (MN), markasnya PT INKA

Mengapa BD yang dipilih? Kata begawan jagad persepuran, medan di Daop II BD memang yang paling berat. Ke arah timur dan barat, sama-sama berkontur pegunungan. Jadi boleh dibilang, Daop II BD jadi Kawah Candradimuka para lok yang melayani di pulau Jawa. Alasan lain, Kantor Pusat PT KA (Persero) ada di BD. Kalau ada apa-apa dengan anggota keluarga yang baru, mudah dipantau.

Sebelumnya, ada niat buat menyambut di sepur 3, jalur kedatangan KRD dari arah timur. Ternyata aku telat. Limabelas menit sebelum aku datang, dia sudah masuk dipo, berbaris dengan kakak-kakaknya. Di kiri ada BB 301 31, dan di kanannya CC 203 41. Uniknya lagi, si kakak, CC 203 41, juga batch terakhir di kelasnya, seperti sang adik (hingga saat ini). Ternyata, di ketiga lok tersebut liverynya beda. Si BB 301 ada marking PT KA di penutup semboyan. Logo Dephub tergambar di hidung CC 203. Sedangkan adik baru ini polos tanpa lambang

Iseng-iseng lihat plakat lok ini, ternyata belum ditentukan lok ini menjadi milik dipo mana. Masih polos. Bisa jadi, si 4 12 milik BD, dan lok CC 201 milik Dipo Lokomotf BD ada yang dimutasi ke Dipo lain, seperti Jember (JR) yang sama sekali nggak punya lok jenis CC. Paling-paling tinggal dicat aja, "DIPO INDUK BD". Dan ini bisa dikerjakan di Dipo BD, setelah ada keputusan dari kantor pusat

Pas melongok ke kabin masinis, ternyata masih sama dengan kakaknya. Tuas rem lokomotif, throttle, rem dinamik, reverser, suling lokomotif, masih sama. Begitu juga dengan indikator perabaran, speedometer dan amperemeter. Tampak di belakang, komputer manajemen sistem, The BrightStar™ Control System keluaran GE Transportation.

Yah, cuma bisa ngucapin selamat bertugas aja buat si 4 12. Semoga gak ada masalah dengan dirimu. Pokoknya berikan yang terbaik buat jagad persepuran Indonesia. Selamat bekerja .......

-----semboyan21-----

Soal data teknis CC 204, nunggu primbon dulu, biar nggak ada salah kutip ... Kalo udah dapat, tar ditulis

Senin, 25 Agustus 2008

Trekking JAKK - TPK: 240808

Akhirnya jadi juga ikutan trekking JAKK - TPK. Acara yang digagas oleh PT KA (Persero) dan bekerja sama dengan berbagai komunitas pecinta/pengguna kereta api seperti IRPS, KRL Mania, Kompak (Komunitas Pecinta Kereta Api) dll, bertujuan menghidupkan kembali jalur JAKK - TPK yang terputus setelah sekian lama mati. Lagian trekking yang ini gak mahal-mahal amat biayanya. Cukup 20 ribu aja, dapat kaos, topi, makan siang, snack dan naik KLB TPK - JAKK lewat PSE.

Acara dimulai 240808 pagi jam 0800 dengan daftar ulang peserta. Setelah daftar ulang beres, dilanjutkan dengan pembukaan di pelataran dalam JAKK, sebelum dilepas secara resmi. Nggak tahu kenapa, kok peserta dilepas pakai semboyan 40 (40 apa 2c ya?). Detil acara pembukaannya gimana nggak gitu paham sih, soalnya lagi disibukkan angkut air ke luar, buat dibagiin ke peserta.

Kelar angkut air, ikut gabung di tim advance buat buka jalan. Katanya sih tim advance berangkat bareng PKD, tapi kok PKD malah beberapa detik di depan peserta ya? Malah bareng sama peserta.

Sepanjang rute JAKK - KPB lumayan rame, maksudnya kiri kanan rel udah jadi pemukiman liar. Tapi nggak berapa lama lagi akan digusur .... Lagian peserta juga membagikan selebaran tentang pemberitahuan kalau akan ada penertiban sisi rel, dua bulan ke depan. Jadi nggak ada cerita penggusurannya mendadak, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Di beberapa tempat tampak rel yang mleyot, sebagai sisa kebakaran beberapa waktu lalu.

Tiba di KPB, peserta dibelokkan untuk turun ke sisi bawah, bukan menyeberang jembatan KPB ke arah TPK, dengan pertimbangan keselamatan. Gak lucu kalo ada yang terjun bebas, langsung "diselamatkan" kawat LAA. Tapi ada juga yang berani nyeberang jembatan ini, at their own risk.

Lepas KPB, peserta tiba di belakang mangga dua, pas di rel yang dipotong oleh Mangga Dua. Menurut panitia yang bersama Dirjen Perkeretaapian, beliau terlihat mengurut dada melihat kenyataan yang ada di depannya, rel yang dipotong hanya untuk kepentingan bisnis semata.

Menuju Halte Ancol, peserta menyeberangi kali (sori gak tahu namanya) lewat jembatan kecil, lewat parkir mangga dua. Beberapa memilih menyeberang lewat eks jembatan KA, dengan risiko terjun, kali ini ke air dan jalan raya. Dalam perjalanan ke halte Ancol, tampak 2 eks PJL yang mangkrak. Yang di dekat halte Ancol lebih baik keadaannya. Genta masih ada (entah deh kondisinya) dan beralih fungsi menjadi pos keamanan.

Di Ancol, peserta rehat sejenak dan dipersilakan mengambil air minum yang telah disediakan. Maklum perjalanan masih lumayan panjang. Perjalanan halte Ancol - PJL 11C biasa aja, boleh dibilang monoton. Di beberapa tempat, banyak yang kasih tahu, jangan lewat sepur aktif, siapa tahu ada kereta lewat. Makasih banyak buat peringatannya, tapi kalo yang punya kereta lagi jalan-jalan di track, kan keretanya gak mungkin boleh lewat ... hehehe.

Lewat PJL 11C cukup menegangkan. Sisi kanan rel baru saja ditertibkan (halah, bahasanya) Pemda DKI, dan paginya terjadi bentrokan. Wah, bisa mati konyol nih kalo nekat melintas dalam keadaan kacau. Sempat terpikir untuk mengalihkan rute ke tepi jalan raya, tapi setelah ada jaminan keamanan dan pengawalan, rute tetap berada di jalur Ancol - Priok.

Menjelang Priok, masih ada bekas sinyal muka dan sinyal masuk Priok. Masih bagus kelihatannya, cuma kawat penggerak sinyal raib entah kemana. Menjelang masuk TPK, peserta dibelokkan ke kiri, batal melewati rumah sinyal. Maklum aja, di sekitar rumah sinyal banyak "batu muda" alias sisa metabolisme manusia. Beberapa peserta sempat melewati ladang ranjau tersebut. Entahlah, semua selamat atau ada yang menginjak ranjau secara sah dan meyakinkan.

Sampai TPK, terlihat ada gerobak TTW, PPCW, GGW, GR dan GL berdiam di sepur 5 dan 6. Entah sudah berapa lama berdiam di sana. Semoga saja tidak dijarah, mengingat di atas PPCW ada batangan rel yang menggiurkan bagi kolektor besi. Lumayan, kalo dijual buat beli banyu londo. Bayangin aja kalo R42 sebatang aja, dah dapet berapa duit tuh ....

Setiba di TPK, peserta diberikan snack dan makan siang. Sambil makan siang, peserta menonton klip seputar jalur JAKK - TPK dan ada pembacaan puisi oleh mas Setiyo Bardono. Sebelum kembali ke JAKK, dilakukan pengundian door prize berupa abonemen KRL, tiket Parahyangan, dan Argo Gede.

Sekitar jam 1200, peserta kembali ke JAKK dengan KLB yang ditarik CC 201 dengan 3 kereta K3. Lumayan juga sih pake K3 baru, buatan 2007. KLB menempuh rute TPK - Ancol - Rajawali - Kemayoran - PSE. KLB sempat BLB di Rajawali, entah siapa yang naik/turun. Maklum aja lagi backriding.

Di PSE, lok pindah posisi, soalnya KLB berjalan kembali ke arah Kemayoran - Rajawali - KPB dan akhirnya tiba di JAKK. Dengan tibanya KLB di JAKK, berakhirlah trekking JAKK - TPK.

Sori gak banyak poto yang diupload. Udah banyak yang di upload. Soal poto, bisa ditengok di MP mas Setiyo. Sori juga kalo ada data yang nggak akurat, soalnya cuma bermodal ingatan aja, nggak pake catet mencatet.

---semboyan21---

Kamis, 21 Agustus 2008

Semboyan No. 1

Semboyan No. 1 termasuk jenis semboyan jalan, dan bagian dari semboyan tangan, bersama dengan Semboyan No. 2A, 2B, 2C dan 3.

Semboyan No. 1 memiliki arti Aman, Kereta Api boleh berjalan sebagai biasa dengan kecepatan yang ditetapkan dalam peraturan perjalanan.

Untuk siang hari, semboyan No. 1 diberikan dengan cara:
a. Tiada Semboyan
b. Bendera Putih
c. Papan Putih Bundar
Dalam posisi a, Pegawai berdiri mengawaskan kereta api yang sedang lewat sambil memperhatikan semua semboyan kereta api yang terlihat. Selain itu, ia harus berdiri di tempat yang mudah terlihat oleh pegawai dalam kereta api.

Pada malam hari, posisi a sama pegawai berdiri sama seperti siang hari, dan memperlihatkan lentera berwarna putih atau obor ke arah kereta api, di tempat yang mudah terlihat oleh pegawai dalam kereta api. Lentera atau obor tersebut tidak digerak-gerakkan (diam). Untuk keadaan b dan c, semboyan No. 1 diberikan dalam bentuk lentera berwarna putih.

sumber gambar: pics.livejournal.com/trainsignal

Rabu, 20 Agustus 2008

Lagi-lagi PLH ....

Duh sedihnya .... Menjelang HUT RI ke-63, kok jagad persepuran Indonesia diwarnai PLH. Baru aja sampai dari YK, naik KA 78 dari BD, tiba-tiba ada email masuk, yang mengabarkan kalau ada PLH di Divre III SS. KA BBR 12 adu kepala dengan KA 6001 Limex di petak jalan TNK - LAR. Dari kabar yang beredar, 9 nyawa melayang dan puluhan lainnya luka-luka.

Belakangan, hasil investigasi sementara menyebutkan kalau PLH terjadi akibat kelalaian PPKA LAR, memasukkan KA 6001 ke sepur isi. Akibatnya, PPKA LAR yang juga merangkap KS LAR dicopot dari jabatannya dan bersiap menjadi pesakitan.

Nggak lama kemudian, ada berita PLH lagi. Argo Bromo Anggrek menghantam Suzuki APV di PJL tak berpintu di TG. Kalau untuk yang ini no comment dah. Korban mengemudi sambil menggunakan ponselnya, sehingga tidak waspada ketika mas argo melintas. Akibatnya APV nyaris tak berbentuk, meski sopirnya lolos dari maut.

Malam ini, baca dari JawaPos, KA 164 alias Jeng Sri makan korban. Lagi-lagi terjadi di PJL tak berpintu. Kali ini terjadi di Sidoarjo. Tiga nyawa melayang sia-sia karena dihantam CC 201. Entah mengapa, 2 PLH tadi terjadi di tanggal 170808.

Semoga rangkaian PLH tadi mengakhiri catatan buruk jagad persepuran Indonesia. Sudah cukup banyak orang yang mati konyol gara-gara PLH.

---semboyan 21---

Rabu, 13 Agustus 2008

Mau Bener Kok Susah

Sebenernya sih nggak pengen nulis apa-apa, cuma kepikiran aja, di Bandung, pengen bener kok susah banget. Cari tempat sampah susahnya minta ampun ....

Beberapa waktu lalu, John Pantau mengulas tentang perilaku masyarakat yang membuang sampah sembarangan. Untuk kawasan Bandung, Bro John, beroperasi di kawasan Alun-alun dan aliran Cikapundung (sori Bro, kalo ada yang kurang disebut, ingetnya cuma itu). Bro John berhasil menangkap oknum satpol PP yang membuang puntung rokok sembarangan, oknum petugas dinas kebersihan yang membuang sampah ke sungai, dan perilaku ngawur lainnya. Pokoknya, yang tertangkap tangan sama Bro John, dijamin jadi tenar, tapi malunya ... mana tahaaan.

Sayangnya, Bro John nggak membahas langkanya tempat sampah yang ada di Bandung. Memang sih beberapa waktu yang lalu dipasang tempat sampah berwarna biru dan orange di berbagai titik, tapi sekarang, nyaris tak bersisa. Tempat sampah yang katanya seharga ratusan ribu per bijinya cuma berumur beberapa bulan aja. Nggak tau apa alasannya kok jadi hilang sama sekali. Entah nggak pernah diangkut sampahnya, vandalisme, atau tidak ada dana buat merawat.

Sepanjang Braga, (dulu) ada beberapa tempat sampah yang terpasang. Mulai dari di Canary, seberang London Bakery, PGN, Duta Nada, Braga Permai, Amsterdam, sampai persimpangan Braga - Lembong. Sebelum benar-benar hilang, ada beberapa tempat sampah yang "disegel", karena sampah yang ada tidak pernah diangkut oleh petugas. Sekarang, sama sekali tak bersisa. Entah siapa yang mengambilnya ....

Duh ... ternyata pengen bener aja susah. Cari tempat sampah aja susahnya setengah mati. Pokoknya biasakan yang benar ... buanglah sampah pada tempatnya, atau tertangkap kamera Bro John ....

Salam Damai ....

Selasa, 12 Agustus 2008

Ruwetnya Pemilihan Adipati

Nggak tahu kenapa, kok tiba-tiba kepikiran sebuah cerita dari negeri antah berantah tentang ribetnya pemilihan adipati di suatu negeri.

Di suatu negeri yang masih dirundung kegelapan, mangsa depan akan mengadakan pemilihan adipati yang baru. Para calon adipati saling berlomba mengajukan pemikirannya dan angan-angannya tentang suatu negeri yang gemah dipah loh jinawi tata tentrem kerta raharja, apabila calon adipati tersebut diberikan kesempatan memimpin negeri antah berantah tersebut.

Seolah tak mau kalah, para punggawa calon adipati tersebut yang kini tergabung dalam pengageng negeri berlomba-lomba mendukung calon adipati masing-masing dan mengajukan 1001 syarat untuk menjadi adipati. Syarat itu bukan tanpa tujuan, ini sengaja dibuat untuk meloloskan calon adipati yang didukungnya dan (diharapkan) akan mengganjal calon adipati lainnya.

Pertama, calon adipati harus lulusan pawiyatan luhur, kalau perlu pawiyatan luhur kasta ketiga. Kalau sekedar padhepokan biasa saja nggak boleh jadi adipati. Rasa-rasanya aneh juga, masa harus lulusan pawiyatan luhur. Kemampuan jadi adipati nggak bisa diukur dari hal ini. Banyak lulusan pawiyatan luhur yang menggunakan ilmunya untuk memplekotho rakyatnya. Lulusan pawiyatan luhur juga bukan jaminan bahwa calon adipati bersangkutan sanggup membawa pencerahan negeri ini. Mereka selama ini hanya bisa berangan-angan menjadi adipati, karena belum diberi kesempatan.

Wacana berikut, adipati berikut setidaknya berasal dari desa dimana kedhaton berada. Dengan syarat ini, diharapkan adipati yang baru mendapatkan dukungan dari warga sekitar kedhaton. Apabila adipati yang baru bukan warga sekitar kedhaton, dikhawatirkan akan timbul kecemburuan dari warga sekitar kedhaton. Hmm ... ketakutan yang berlebihan.

Syarat yang masuk akal, adipati tidak pernah bermasalah dengan bhayangkarapraja, baik urusan maling, madat, minum, madon, maupun main. Gimana mau jadi adipati kalau hobinya malima.

Nggak kalah pentingnya, adipati kudu ngerti ilmu tatapraja. Dengan bekal ilmu ini, adipati diharapkan mampu membawa negeri ini ke dalam pencerahan, bukan malah tambah mblusukke.

Dan masih banyak syarat yang diajukan para pendukung calon adipati masing-masing. Dari syarat yang bisa diterima akal sehat, setengah sehat, seperempat sehat, sampai yang nggak sehat dan sama sekali absurd.

Merasa sanggup menjadi adipati kembali, adipati lama mengagung-agungkan pengalamannya memimpin negeri. Jangan serahkan negeri pada calon adipati yang belum berpengalaman. Mau dibawa kemana negeri ini kalau dipimpin adipati yang tidak berpengalaman. Jangankan memimpin negeri, lha membina biduk rumah tangga saja gagal ....

Calon adipati yang masih muda juga nggak mau kalah. Lha selama adipati lama memimpin, sampeyan sengsara terus. Kalau negeri ini dipimpin adipati ini lagi, makin berpengalaman sengsara. Itu namanya goblok, sengsara kok mau terus diulang ....

Pemain ludruk juga nggak mau ketinggalan, pengen juga jadi adipati. Pemain ludruk ini sangat terkenal seantero negeri, nggak ada di negeri ini yang nggak kenal. Soal ilmu tatapraja, tau deh, ngerti apa nggak. Yang jelas, pemain ludruk pernah jadi adipati, di atas panggung ludruk. Turun dari panggung ludruk, jadi balungan kere lagi. Pokoknya si pemain ludruk ini merasa dirinya sudah memenuhi 1001 syarat untuk menjadi adipati.

Edan, rame banget yang mau jadi adipati. Siapapun yang nantinya jadi adipati diharapkan aja lamis, aja mblenjani janjine serta sanggup membawa negeri ini kepada pencerahan, negeri sing gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja. Dan, yang gagal jadi adipati jangan sampai ilang warase. Di negeri seberang sudah kejadian, gagal jadi adipati, utange akeh, ditinggal bojo, dadi gendheng. Wis cupet pikirane, milih mati wae ... nanging iso digagalke karo para bhayangkarapraja.

Yo wis ... sing kepingin lan arep dadi adipati, monggo maju, tapi jangan sampai lupa aturan main. Sing arep milih adipati, padha pilihana sak senengmu. Sing wegah milih adipati, ya ora usah milih, tapi jangan mempengaruhi mereka yang mau milih, untuk tidak memilih adipati.

Salam damai ....

Apabila ada kesamaan waktu, tempat dan pelaku dalam cerita ini dengan kejadian nyata, cerita ini hanya dimirip-miripkan saja dengan kejadian nyata di negeri seberang.

Senin, 04 Agustus 2008

Semboyan

Nggak kenapa, kok tiba-tiba pengen nulis kaya gini. Mungkin gara-gara kemaren nggak ikutan ke INKA di MN, jadinya penyakitku kambuh. Ya udah nulis soal semboyan aja. Semboyan jangan dicari di sini, meski udah dialihkan, tetep bukan yang itu.

Semboyan yang dimaksud adalah semboyan menurut Reglemen 3, suatu benda atau suara yang mempunyai arti atau maksud menurut bunyi, wujud, dan warnanya, tetapi tidak menurut tulisan atau angka yang dapat terbaca pada benda itu.

Semboyan dibagi menjadi:
  1. Semboyan Jalan: Semboyan Tangan, Semboyan Tetap dan Semboyan Wesel;
  2. Semboyan Kereta Api: Semboyan Terlihat dan Semboyan Suara;
  3. Semboyan Langsir;
  4. Semboyan Genta
Pokoknya Semboyan akan dibahas satu-satu, tinggal tunggu aja gilirannya

Makasih banyak buat Pak Santo, yang gambar koleksinya di album pribadinya boleh dipakai di sini, untuk menularkan penyakit edan sepur.

---semboyan21---

Sabtu, 02 Agustus 2008

Bersepeda: Peduli Lingkungan Apa Cari Sensasi?

Setelah beberapa saat lalu keisenganku menanggapi soal kampanye pilgub Jawa Tengah, kali ini aku iseng lagi. Tetep masih soal kampanye lagi. Kali ini kampanye pilwalkot Bandung.

Ketika melihat Kompas Lembar Jawa Barat tanggal 02 Agustus 2008, ada foto yang agak aneh. Kalau dari captionnya, seorang kandidat melakukan kampanye dengan sepeda sebagai simbol ajakan mengurangi pencemaran udara.

Idenya sih bagus, tapi bukan itu yang mau aku komentari. Yang bikin aku ketawa, perilaku pendukungnya. Ketika si kumendan mengangkat isu peduli lingkungan dengan ngonthel, tapi malah pendukung yang setia dengan penuh percaya diri mengawal dengan sepeda motor, yang notabene menghasilkan emisi gas buang pencemar udara. Sesuatu yang bertolak belakang dengan misi yang diusungnya.

Bagiku ini hanyalah sebuah upaya cari sensasi melalui isu peduli lingkungan. Namanya juga lagi jualan. Trik promosi paling jitu yang dipakai, dan semoga saja laris manis tanjung kimpul dagangannya. Kalo emang peduli sama lingkungan, pasti wadyabalanya juga naik velocipede, kagak ada yang naik brompit. Lain kali kalo mau ngangkat isu kaya gini, tolong diperhatikan dong pak, biar kagak kelihatan konyol ....

Bagi yang suka maupun tidak suka dengan tulisan saya, silakan kasih pendapat. Ini cuma yang ada di kepalaku.

Salam damai ....

Minggu, 27 Juli 2008

Dunia Memang Sempit

Gak tau kenapa, kok kayaknya sejarah berulang. Kejadian yang hampir sama di awal tahun ini, bertemu teman di kereta, yang di gapeka lama masih pake nomor KA 75. Lokasi juga sama persis, di YK.

Awalnya sih ketemu Donny, yang sama-sama naik KA 77 di gapeka baru, dan berada di kereta yang sama pula, kereta nomer 1. Kebetulan yang tidak disangka-sangka. Bertemu di tempat sejauh 399 km dari tempat biasa kita ketemu.

Teman berikut yang ditemui sih biasa aja. Sering ketemu di kereta. Sama-sama anggota PJKA, Pergi Jumat Kembali Ahad. Biasanya sih cuma bareng kalo balik BD aja, sama-sama pakai KA 77. Kalo ke arah YK, kadang berbeda, aku pake KA 78, dia pake KA 38.

Yang agak mengherankan, ketemu teman angon bocah di PDL. Bisa-bisanya kita ketemuan di YK. Padahal selama di BD, kita nggak pernah ketemu lagi sejak evaluasi trekking. Konyolnya, aku lupa siapa namanya.

Sebenernya udah curiga kalo ini anak dulu jadi partner angon bocah. Pas dia nyeberang sepur 3, aku lagi siap-siap nyegat KA 143 yang berjalan langsung di YK di sepur 5. Kecurigaan terbukti ketika dia tiba-tiba tanya, "masih ingat aku?"

Tentu aja masih ingat mbak ... kita kan sama di kelompok 1. Penampilan boleh ganti tapi wajah masih tetep dikenali. Tapi tetep aja, soal nama masih belum keinget .... Setelah ngobrol sedikit, ternyata dia ada di kereta 5. Artinya, dia nggak mungkin naik KA 77, pasti naik KA 113. Alasan lain yang menguatkan, dia menunggu di peron utara.

Ah, sudahlah. Kadang dunia terasa sempit. Bisa-bisanya bertemu orang yang tidak pernah kita duga di tempat dan saat yang tidak terduga pula.

@KA 77

--- semboyan 21---

Rabu, 16 Juli 2008

Trekking Lagi Yuk ....

Sore ini, sambil nungguin anak-anak pada laihan band buat ngisi Minggu besok, chat sama seorang teman. Sekalian tanya pengalaman trekking dia tempo hari.

"Seru abis acaranya. Rugi dah kalo nggak ikutan, padahal masih ada space kok ...."

Duh ... nyesel berat kemarin nggak ikutan. Kalau tahu masih ada space, satu tempat aja, pasti dibela-belain dateng dah. Habis, info yang kudapat, udah nggak ada space lagi, kecuali harus nambah sekian rupiah, buat extra space. Ya udah, males datang, lumayan mahal sih kalau kudu bayar.

Buat menghibur diri, kenapa kita nggak bikin trekking sendiri aja ya? Pastinya, sasarannya nggak jauh dari kereta. Banyak spot yang bisa dijelajahi. Mulai dari jalur Cianjuran, jalur mati Rancaekek - Tanjungsari, Banjar - Pangandaran, Ciwidey, Cikajang. Yah, kalau mentok, paling-paling kembali menyusuri halte Cibangkong - Karees.

Trekkingnya nggak perlu bawa organisasi apapun, perorangan aja. Pokoknya yang pengen ikutan, janjian dimana, ntar berangkat bareng-bareng. Soal biaya, diserahkan masing-masing. Paling banter, kita cuma kasih gambaran biaya yang nanti dikeluarkan, seperti makan, akomodasi dll. Cuma, trekking model gini, agak susah masuk ke daerah terbatas, seperti dipo, balai yasa, bahkan untuk menyusuri jalur aktif. Gimana nggak susah, lha panitianya nggak ada, cuma rombongan orang edan sepur yang grudak-gruduk kesana kemari aja. Lagian kalau ada apa-apa, macam PLH, susah dimintai pertanggungjawaban. Model kaya gini cuma cocok buat rombongan kecil, dan udah edan sepur. Jadi pengawasan peserta nggak gitu susah.

Kalau banyak peserta sih, mendingan pakai panitia yang jelas strukturnya. Kelebihannya bisa dapet akses ke daerah terbatas. Tapi acara nggak sefleksibel kalau trekking pakai rombongan kecil. Lagian kalau peserta banyak, pengawasan kudu ketat. Jangan sampai ada yang tercecer, atau celaka. Bisa panjang urusannya ....

Daripada cuma berwacana aja, gimana kalau kita trekking/joyride aja. Cianjuran aja deh yang murah meriah. Lagian kemaren juga banyak yang penasaran ke Tagogapu. Tinggal nunggu aja, kapan kuncen daerah sana bersedia jadi pendamping, semua beres, tinggal berangkat.

Kapan ya ............

Sabtu, 12 Juli 2008

Railfan = Orang Aneh??? Part 2

Beberapa waktu lalu ada IM dari serorang teman. Isinya sih cukup singkat, "Tom, aku lagi di keliling Eropa. Pengen oleh-oleh apa?" Dasar orang edan sepur, spontan jawabnya "Gak perlu repot-repot. Tiket kereta bekas aja nggak apa-apa. Kalo boleh tambahin foto kereta."

Bukannya langsung mendapat jawaban yang diharapkan, tapi sebuah ekspresi seseorang yang merasa kecewa. "Ah, nggak asik banget lo ...." Ah, ternyata aku berhadapan dengan orang yang normal. Pantas saja, reaksi yang aku terima tidak sesuai dengan harapan. Dia pikir aku bakal minta suvenir yang unik dari negara yang ia kunjungi selama liburannya. Tapi ternyata, yang diminta barang yang bagi dia sama sekali nggak bernilai.

Tapi nggak lama kemudian, dia nyerah, "Baguslah kalo itu memang yang lo minta. Paling nggak aku bisa menghemat anggaran buat beli suvenir. Aku bisa pergi makin jauh, dan lo bisa dapet tiket bekas yang lo mau. Lo emang temen yang baik ...."

Bodo amat orang mau ngomong apa. Yang jelas, udah dapet tiket bekas dari Deutsche Bahn, British Rail dan perusahaan sepur lainnya. Jangankan tiket dari luar, lha tiket KRD bekas PDL - CCL aja laris manis diserbu kaum edan sepur kok ....

Tapi nyesel juga sih, cuma minta tiket bekas dan foto. Padahal pengen juga minta kereta model, sukur-sukur dibikinin layout. (Kalo minta yang terakhir ini emang udah kurang ajar, edan beneran).

---semboyan21---

Sabtu, 28 Juni 2008

Trip Report 280608

Bulan Juni 2008 akhirnya ditutup dengan nyepur juga. Selama sebulan ini, tiap weekend selalu nyepur. Entah ke GMR, PDL, YK, dan kali ini ke JAKK. Kali ini tujuannya jelas, syukuran ultah IRPS yang ke-6.

Rombongan IRPS BD berangkat pakai KA 55, dengan tujuan akhir JAKK, sehingga nggak perlu nyambung dari GMR ke JAKK. Sepanjang perjalanan sih biasa aja. Cuma ada kabar yang cukup menyedihkan, KA 32 Gajayana mengalami PLH, anjlok di Karangkates. Duh ... dan ini yang awal yang cukup buruk bagi PT KA di hari ini.

Acara di JAKK berjalan lancar. Dimulai dari sambutan yang diberikan oleh ketua IRPS, Kadaop I Jakarta, dan sesepuh IRPS. Puncak acara ditandai dengan pemotongan tumpeng oleh Kadaop I yang diberikan kepada sesepuh IRPS. Acara ditutup dengan ramah-tamah dan diiringi oleh grup band Throttle dari Dipo Lokomotif JNG.

Seusai acara, IRPS BD pulang kandang dengan KA 60 dari GMR. Perjalanan JAKK - GMR ditempuh dalam 2 tahap. Tahap I, dari JAKK naik KRL Semi Express sampai JUA. JUA - GMR, "trekking" jalur mati di bawah elevated track. Ternyata trekking tidak sia-sia. Masih ada bekas BH yang tersisa, meski bantalan dan relnya sudah hilang.

KA 60 berangkat dari GMR jam 1330. Sekitar BKS, Hendra yang pulang duluan naik KA 20 memberi kabar buruk. KA 20 PLH di sinyal muka Rendeh, kereta exa 1 anjlok. Mimpi apa semalam, kok dalam 1 hari sudah ada 2 PLH. Menurut kabar yang ada, penumpang KA 20 akan overstappen ke KA 59 yang sudah menunggu di Rendeh. Tapi rencana batal karena harus melewati jembatan. Dan KA 20 yang malang harus menunggu NR dari BD.

Sesampai di PWK, KA 60 nggak bisa melanjutkan ke BD. Penumpang terpaksa dioper ke bus yang telah disediakan. Ada tawaran yang cukup menggoda dibanding naik bus. Ikut NR PWK ke lokasi PLH, lalu ikut ke BD dengan KA 20 yang mengalami PLH, atau naik NR punya BD. Yang jelas bakal balik BD, cuma kapan yang nggak jelas.

Ternyata NR PWK yang sejatinya gerobak penolong, butuh pertolongan juga, anjlok di wesel keluar PWK. Makin sedih, dalam sehari ada 3 anjlokan. Masih ditambah, lori motor punya PWK juga ngadat. Kayaknya harus balik sendiri nih ....

Tiba-tiba sisa KA 20 ditarik kembali ke PWK dengan lok KRD Purwakarta - Cibatu. Apes bagi penumpangnya, harus menunggu cukup lama. Nggak kalah apesnya penumpang KA 20. Perjalanan balik ke PWK harus ditempuh tanpa AC. Kereta BP harus diputus, karena posisinya berada di depan kereta exa 1.

Akhirnya kita balik BD dengan rombongan penumpang KA 20 naik bus. Dengan perasaan campur aduk, kita cuma bisa berharap, semoga saja rentetan PLH yang terjadi di hari ini tidak berkelanjutan. Tiga PLH dalam sehari sudah terlampau banyak. Kapan PT KA bisa zero accident .... Semoga dalam waktu dekat ....

---semboyan21---
ketahan lama di draft ... masih sedih

Senin, 23 Juni 2008

Yang Tercecer dari Trekking "Loco-Licious"

Meski udah lewat seminggu trekking "Loco-licious" bersama Bandung Trails, tapi masih ada yang tercecer. Boleh dibilang ini evaluasi, ataupun panduan buat ngadain trekking berikutnya, terutama kalau ada orang normal (maksudnya nggak edan sepur) yang ikut.

Nggak tau kenapa kok tiba-tiba pengen nulis yang kayak gini. Mungkin karena banyak aspek keamanan yang terlewatkan dari perhatian. Dengan nggak bermaksud menyalahkan panitia, mungkin saja karena panitia tergolong orang normal, makanya nggak gitu paham seluk-beluk penyakit edan sepur.

Pertama, dari sisi perlengkapan peserta. Banyak peserta datang dengan penampilan yang jauh dari kesan mau trekking. Bisa dibilang, penampilan mereka lebih cocok untuk berjalan-jalan di mal, daripada berjalan di atas bantalan rel dan batu balas. Bisa dipastikan, akan menyiksa diri kalau dipaksakan berjalan di atas kricak sepanjang satu petak, antara Padalarang sampai Tagogapu.

Berikutnya, ada yang sibuk mendengarkan musik sewaktu trekking di jalur aktif. Hal yang lumayan berani untuk dilakukan untuk mengundang maut. Memang kita bisa melihat kereta yang datang dari arah depan, tapi siapa sangka ada kereta yang berjalan sepur salah. Kalo nggak dengar ada kereta mau lewat dan telat menghindar, bisa jadi abon dah .... Jangankan orang normal, orang yang sudah edan sepur ada yang nyaris disodomi kereta, karena nggak dengar ada kereta lewat. Beruntung teman kita yang satu ini diperingatkan oleh teman yang lain.

Duduk-duduk di rel lintas raya juga tindakan cukup bodoh untuk dilakukan. Terlebih lagi rel tersebut berbelok dan menurun. Kalau saja ada kereta meluncur turun dengan posisi throttle idle, bisa dibilang nyaris tak terdengar. Malaikat mautpun siap menjemput.

Peserta yang memiliki rentang usia dari bocah sampai lansia juga cukup merepotkan panitia trekking. Kalau semua diharuskan jalan satu petak PP, bakal banyak yang gugur di tengah jalan. Untunglah hal ini telah diantisipasi dengan memberikan opsi buat peserta, silakan ikut bagi yang yakin kuat, dan bagi yang tidak kuat, boleh beristirahat di PDL.

Mungkin cuma ini yang teringat dari sisi safety. Kalau bisa sih sebelum event dimulai ada briefing buat seluruh peserta, tentang to do items dan not to do items. Agak repot sih, tapi kan buat keselamatan, gak ada kompromi.

Sekali lagi, tulisan ini dibuat nggak ada maksud untuk menjatuhkan Bandung Trails sebagai organizer acara ini, tapi hanya sebagai pertimbangan untuk pelaksanaan trekking jalur kereta, terutama di jalur aktif, agar tidak terjadi hal-hal yang nggak diinginkan.

salam .....

---semboyan 21 ---

Rabu, 18 Juni 2008

Pilkada, Kampanye, RSJ dan Penjara

Beberapa waktu lalu, diberitakan ada kontestan pilkada yang melakukan kampanyenya di RSJ dan penjara. Sesuat aturan main yang ada, melakukan kampanye di fasilitas publik melakukan pelanggaran. Seperti biasa, tim sukses mereka pasti berkilah, ini bukan kampanye dengan fasilitas publik, tetapi meninjau pelayanan publik. Seperti apa pelayanan publik di kedua tempat itu berjalan, apakah ada penyimpangan dalam pelaksanaannya, dan seterusnya.

Hmm ... bagus juga idenya. Memonitor pelayanan publik, yang boleh dibilang melayani orang yang terpinggirkan. Pasien RSJ dan napi memang kaum yang terpinggirkan. Nggak tau juga sih apa yang ada di kepala para tim sukses, kok bisa-bisanya punya ide untuk menebar simpati (boleh dibaca berkampanye) di tempat yang boleh dibilang tidak lazim untuk melakukan kegiatan semacam itu.

Entah kenapa yang terpikirkan di kepalaku malah hal yang aneh. Semoga saja apa yang aku pikirkan tidak kejadian. Yang terlintas, pertama kali, malah mereka sedang melakukan reconnaissance mission, untuk apa yang akan mereka lakukan setelah pilkada usai.

Yah, kalo menang, berkuasa dan (semoga saja tidak) tersandung berbagai kasus, terutama korupsi, dan masuk bui. Paling nggak, kalau masuk bui nggak kaget, toh kemaren sudah lihat seperti apa penjara. Kalo RSJ, juga ada hubungannya, tapi semoga saja ini cuma pikiran nakalku aja. Karena kalah coblosan, jadi setres. Habis sudah keluar duit banyak, target nggak kecapai, akhirnya masuk RSJ.

Tulisan ini nggak ada niat untuk memojokkan salah satu kontestan pilkada. Ini cuma pemikiran yang pertama kali kepikir waktu ngeliat berita kampanye yang aneh. Kalau ada yang tersinggung, gunakan hak jawab anda (halah!!!)

Bagi yang mau nyoblos pilkada, silahkan gunakan hak pilih anda. Mau milih calon yang mana, monggo. Buat yang nggak mau milih, juga nggak dilarang, itu hak sampeyan. Selamat nyoblos ....

Minggu, 15 Juni 2008

Trekking PDL bersama Bandung Trails

Beberapa hari yang lalu, ada email dari milis IRPS, cc keretapi, kalau IRPS diminta bantuan untuk menjadi narasumber acara Bandung Trails. Katanya sih mau bahas soal sejarah masuknya kereta ke BD. Menurut rencana, IRPS jadi narasumber untuk acara tanggal 150608. Hmm, boleh juga ngikut ini acara, sekalian ngobatin penyakit edan sepur.

Karena ini acara hari Minggu, dan liat itinerary, nggak mungkin dateng gereja sore. Jalan tengahnya, gereja pagi, terus nyusul acara. Lagian dari Merdeka ke Stasiun BD nggak jauh-jauh amat. Setelah ngobrol sama kumendan, aspek aman, eksekusi rencana.

Abis gereja kelar, 0745, langsung meluncur ke viaduct, gabung kelompoknya Tantra. Karena nggak gitu ngerti banyak soal sejarah sepur yang masuk BD, jadi semboyan 21 aja di kelompok ini. Paling-paling jawab pertanyaan aja, itupun kalo ada yang nanya dan ngerti jawabnya. Kalo nggak ngerti, ya dilempar ke masternya.

Setelah dari viaduct, lanjut ke gedung Daop 2, yang dulunya hotel. Jalan lagi ke stasion, masuk ke South VIP Room, buat ngisi "radiator" pake es jeruk. Setelah cukup dingin, ngubek-ubek stasiun BD dilanjut ke dipo lokomotif BD. Akhirnya, teman-teman Bandung Trails tahu tempat mangkalnya, IRPS BD, termasup puun tempat kita mangkal, si Kirow dan turntable tenaga manusia. Banyak sih yang belum percaya kalau turntable diputar orang. Harap maklum, mereka orang normal, jauh dari kita yang udah keracunan parah virus edan sepur.

Perjalanan ke PDL, yang rencananya pakai KLB, ternyata nggak jadi. Penggantinya pakai "kereta" luar biasa, yang sudah disterilkan pamsuska. Malah ide sebelumnya, kereta nggak perlu steril, campur sama penumpang biasa. Dengan alasan keamanan, opsi ini nggak jadi diambil. Maklum aja, banyak yang bawa senjata canggih, anak-anak, orang tua. Ntar kalo ada apa-apa, siapa yang mau tanggung jawab. Kalo jawabnya aja sih enak, nanggungnya siapa yang mau. Walhasil, pasukan IRPS jadi pasukan keamanan dadakan. Tiap pintu kereta paling belakang dijaga wadyabala IRPS, termasuk pintu belakang. Ada yang bikin kereta ini bener-bener luar biasa. Kalau kereta biasa, kondekturnya mintain karcis buat diperiksa. Tapi di kereta ini, pihak Bandung Trails, jadi kondektur, bagiin karcis.

Sampai di PDL, dilanjutkan trekking menyusuri rel ke arah Tagogapu. Rencana ke Tagogapu dibatalkan, tepatnya diperpendek, cuma sampai PJL 139, mengingat banyak yang bawa anak-anak. Lagian sampai PJL 139 udah tengah hari. Kalau nekat sampai Tagogapu, mau kelar jam berapa?? Di PJL 139 aja ada yang nyerah, balik PDL pake angkot.

Sebenernya ngawal mereka lumayan susah. Mengingat peserta belum begitu teracuni penyakit mendem sepur, masalah keselamatan jadi perhatian. Gimana caranya berjalan di track aktif lintas utama dengan aman, yang dalam keadaan normal sebenarnya ini melanggar hukum. Baru sampe rumah sinyal PDL, udah lewat KA Kontainer TPK-GDB ditarik CC 201 34. Kalo ada yang kesamber, bisa dipolisikan, kena 359. Nggak jauh dari sana, melintas Parahyangan dengan CC 203 11. Pas perjalanan balik ke PDL, dari arah PWK melintas Argo Gede ditarik CC 203 41.

Saatnya makan siang, di PDL, tiba tiba melintas KA Serayu yang ditarik CC 201 57 livery merah biru. Langsung aja penyakit edan sepur tiba-tiba kumat. Dengan berlari ke ujung sepur 2 PDL, nggak peduli orang ngeliatin, langsung aja pasang aksi, jeprat-jepret dengan kamera di tangan. Mungkin yang ada di pikiran orang-orang, ini orang ngapain lari-larian di setasiun ngejar kereta. Nggak lama kemudian, KA kontainer lewat lagi di PDL dari arah PWK, langsung pasang aksi dengan tetap memperhitungkan faktor keamanan.

Menjelang balik, KRD PDL - CCL masuk spoor 1 PDL, di belakangnya KA Parahyangan masuk, ke spoor 3 BLB, silang dengan KA Parahyangan yang berjalan langsung di spoor 2. Setelah KA Parahyangan lewat, barulah lok KRD langsir. Menjelang berangkat, sempat terjadi insiden kecil. Seseorang, yang diduga pencoleng, berusaha masuk kereta paling belakang. Untung saja penyusup ini ketahuan. Langsung saja kereta dalam keadaan siaga satu. Semua anggota rombongan diminta tidak mengeluarkan barang-barang yang dapat memancing tindak kriminal, sampai kereta benar-benar meninggalkan stasiun.

Rencana berhenti di CMI akhirnya dibatalkan mengingat rombongan sudah kehabisan tenaga. Nggak kebayang kalau trekking diteruskan ke Tagogapu, habis semua. Akhirnya rombongan tiba di BD jam 1415. Dilanjutkan sesi ramah tamah pihak Daop 2, Bandung Trails dan IRPS. Nggak lupa setelah acara kelar, ditutup sesi foto bersama yang punya gawe, yaitu IRPS, Bandung Trails dan PT KA.


Berdiri : ?, ?, Tantra (IRPS), Krisnah (IRPS), ? (Bandung Trails), ? (Bandung Trails), Vian (IRPS), Pak Mateta (PT KA), Aryo (IRPS), Pura (IRPS), Asep (IRPS), Rizky (IRPS), Tommy (IRPS), Kris (IRPS), Sampurno (IRPS), temannya Adrianus (IRPS)
Duduk: ? (Bandung Trails), ? (PT KA), ? (Bandung Trails)

Sori banyak yang nggak ngerti namanya, gak sempat kenalan lebih jauh, kalau ada yang kenal, silakan kasih tau yah .....

Minggu, 08 Juni 2008

Paradoks?

Beberapa waktu lalu, aku dapat sebuah email dari seorang teman. Subjectnya God's Paradox. Isinya cukup berat juga. Kalau memang Tuhan itu maha segala-galanya, bisa nggak Dia buat sebuah batu yang sangat berat hingga Tuhan nggak mampu mengangkatnya? Kalau Tuhan nggak bisa menciptakan batu itu, artinya bukan maha pencipta dong. Kalau bisa menciptakan batu itu, tetapi tidak kuat mengangkatnya, artinya kekuatan Tuhan terbatas. Kalau Tuhan memiliki keterbatasan, artinya Tuhan macam apa itu? Inilah God's Paradox, tulis seorang teman

Secara logika, memang benar begitu adanya. Yang ada hanya 0 dan 1, true dan false. Kalau kondisi yang disyaratkan tidak terpenuhi, maka hasilnya 0, false. Tapi apabila terpenuhi, akan menghasilkan nilai 1, true. Apapun pendapat anda soal Paradoks Tuhan di atas, terserah anda. Mau dijelaskan pakai teologi apapun, monggo berikan pendapatnya. Yang jelas, bagi saya, masalah iman adalah masalah yang sangat pribadi, yang tidak dapat dipaksakan oleh siapapun, dan dengan cara apapun.

Sebagai penutup, ada lagi kasus paradoks yang cukup memusingkan. Seandainya kita dapat membuat mesin waktu dan dapat bepergian ke masa lalu, kita pergi ke suatu masa di mana kakek dan nenek kita menikah. Kita bunuh nenek kita sendiri untuk mencegah kelahiran ibu kita dan mengubah sejarah. Pertanyaannya, kalau kita bisa membunuh nenek kita, bagaimana bisa terjadi? Padahal dengan tewasnya sang nenek, ibu kita tidak akan pernah lahir, sehingga kita tidak pernah ada. Mungkinkah ada dunia yang paralel dimana masing-masing dunia memiliki plot masing-masing yang tidak saling berkaitan? Mirip di serial Sliders dan Back to the Future Trilogy

Pusing? Sama ....

Sabtu, 07 Juni 2008

Trip Report Parahyangan 070608

Setelah suntuk berkutat dengan pekerjaan yang tiada habisnya, akhirnya weekend pun tiba. Sebenernya sih tanggal 070608 PP, mau jagong manten di DP nyepur. Berhubung pada nggak mau nyambung pake KRL eko, ya udah, PP pada naik travel. Apa mau dikata kalau mereka milih travel, meski ongkosnya lebih mahal. Akhirnya aku milih mengobati penyakit edan sepur saja dengan nyepur pake Parahyangan BD - GMR - BD. Selagi murah, dan siapa tahu dapat objek foto yang cukup menarik.

Setelah dipikir-pikir, diambillah KA 55 dengan ETD 0630 dari BD, dengan harapan bisa balik BD dengan KA 58 ETD 1045 dari GMR. Artinya masih bisa ngumpul di Dipo BD, karena KA 58 ETA BD 1333. Setelah membeli tiket KA 55 seharga 20 ribu, ada yang aneh dengan tiket KA 55. Relasi KA 55 bukan BD - GMR, tapi BD - JAKK!!! Nggak tahu relasi ini berlaku mulai kapan. Kalau tahu ada relasi ke JAKK, mendingan jagong manten naik KA 55, sambung KRL dari JAKK ke DP. Bodo ah, nggak penting, yang penting tetep nyepur.

Masuk ke peron BD, di spoor 6 sudah ada KA 15 yang ditarik CC 204 09. KA 55 siap di spoor 5 dengan stamformasi 5 K2 (K2-86529, K2-82506, K2-82509, K2-82508, K2-82507), 1 MP2 (MP2-64503), 2 K1 (K1-93501, K1-64506) dengan ditarik CC 204 08 dengan posisi long hood.

0630, PPKA BD memberikan semboyan 40 kepada KA 55. Karena kereta bisnis 1 penuh, coba jalan ke kereta bisnis lainnya, siapa tahu ada kereta yang kosong. Ternyata kereta bisnis 4 dan 5 cukup kosong. Pindah saja aku ke kereta bisnis 5, toh kalau ada yang punya, aku kembali ke kereta bisnis 1.

Perjalanan KA 55 nggak banyak yang dilakukan selain bengong lihat pemandangan. Cuma dengerin suara flens beradu dengan rel. Mau hunting, belum tahu medan. Yah, itung-itung perjalanan ini pengenalan medan aja. Minimal udah tau mana spot yang menarik dan timing pengambilan gambar.

0815, tiba di stasiun Cikampek. Banyak gerbong GW dan YW yang mangkrak di sana. Sebenernya sih masih lebih banyak yang mangkrak di Dawuan, tapi cuma GW kayaknya, soalnya di Dawuan pernah ada spoor simpang ke arah pabrik semen. Dan yang masih terbaca di gerbong GW adalah angkutan kurs semen IDO. Sayang spoor simpang itu kayaknya udah mati

0936, sampai JNG. Di JNG, ada Plasser & Theurer PBR-400 dan sebuah MTT stabling di sana. Lewat Dipo JNG, cukup banyak loko yang stabling, tapi nggak jelas lok apa saja dan milik dipo mana.

0945, KA 55 tiba di GMR, masuk lewat spoor 2. Langsung turun dan cari tiket KA 58. Sebenernya agak ragu sih, bakal dapat seat atau nggak. Kalau nggak, sudah siap senjata, koran bekas buat alas duduk di bordes kereta paling belakang, alias backriding. Ternyata masih dapat seat di kereta nomer 4, kereta kedua dari belakang.

1043, KA 58 masuk sepur 1 GMR dari JAKK. Yang kucari bukan kereta 4, tapi langsung menuju kereta 5, siapa tahu kosong. Mencoba berdiri di ujung kereta 5 sampai JNG sambil menunggu perkembangan, apakah KA 58 penuh atau tidak.

Sampai JNG, ternyata kereta 5 mulai terisi setengah. Kesimpulannya, KA 58 penuh. Seneng juga sih lihat Parahyangan laris manis. Sayangnya nggak bisa backriding, rugi kalau seat sampai dikudeta orang. Di KA 58 nggak banyak yang dilakukan. Paling-paling menikmati perjalanan aja. Yang jelas KA 58 sempat BLB di Cilame, silang dengan KA 59. KA 58 tiba di BD 1345, bonus 12 menit dari jadwal.

Sebenernya sih rencananya bukan one day tour, tapi mau ke Bintaro (sorry Dee, nggak jadi ke sana). Tapi nyambung kereta ke PDJ cukup susah, karena banyak yang batal, makanya dibatalkan. Lagian Dee bilang kalau hari libur jangan naik angkot apa bis, macet. Sorry juga buat Debbie, nggak jadi gabung di resepsi kawinan Nissa di DP. Pas dikau telpon, aku dah sampai BD lagi.

Weekend depan mau nyepur kemana lagi ya ...? BD - CMI - PDL kayaknya boleh tuh ....

--- semboyan 21 ---

Jumat, 06 Juni 2008

Mau Nyepur Kok Susah

Nggak tahu kenapa, kok tiba-tiba pengen nulis yang agak serius. Biasanya sih kalo nulis ngetik nggak jelas. Mungkin sih ini gara-gara gagal nyepur rame-rame ke GMR.

Nyepur ke GMR sambung DP gagal karena akses menuju DP cukup susah. Padahal banyak skenario sudah disusun, berdasarkan informasi dari temen-temen semua, Hanafi, Dee, Mbah Klewung. Mulai dari ikut KRL ke JUA, turun di JNG sambung ke MRI, sampai ke JAKK baru balik ke DP. Tapi, anggota rombongan bukan edan sepur, begitu denger naik KRL eko ke DP langsung mukanya suram semua. Yang terbayang KRL eko penuh banget, sampai-sampai jadi double decker. Mendingan naik travel dah.

Bingung juga sih kalau dari BD mau ke arah BOO atau SRP, kalau pengen nyepur. Kalau pengen ke arah BOO naik KRL AC, turun di GMR. Apesnya, hari Sabtu, Minggu dan hari libur, ada Express AC yang batal. Selain itu, Express AC juga nggak berhenti di tiap setasiun. Ini bisa disiasati, dengan turun di setasiun di mana Express AC berhenti, lalu sambung KRL ekonomi. Ini dijamin repot, karena kudu beli karcis lagi (no freeriders please), terlebih lagi kalau bawa barang segambreng.

Kalau mau naik KRL ekonomi, tetep aja harus gonta-ganti kereta. Turun di JNG, sambung Ciliwung ke MRI (kata Mbah Klewung gak usah bayar), tapi jadwal Ciliwung batal hari Sabtu, Minggu dan hari libur. Kalau beruntung, bisa ketemu KRL Eko Bekasi jurusan THB lewat MRI, atau kereta jarak jauh tujuan THB. Bisa turun di MRI, atau THB sekalian, baru sambung KRL eko tujuan BOO. Alternatif lain, tetep turun di GMR, lalu ikut KRL ke JUA, baru balik arah ke BOO. Kalau perlu bablas ke JAKK sekalian, baru balik BOO.

Ke SRP nggak kalah ribetnya. Karena akses ke THB, satu-satunya hub ke SRP, hanya ada ekonomi Bekasi dan KA jarak jauh, mau nggak mau, harus turun di JNG, sambung ke THB, lanjut KRL tujuan SRP, baik Express atau ekonomi. Bisa juga naik odong-odong jurusan Rangkas. Tapi seperti biasa, yang namanya express, ada yang batal tiap hari libur/Sabtu dan Minggu.

Duh ... pengen nyepur kok susah. Coba kalau bisa BLB di MRI, Parahyangan aja deh, baik dari arah BD maupun dari GMR. Penumpang dari arah BOO dan SRP lewat THB bakal lebih mudah mengakses kereta tujuan BD. Apalagi kalau Ciliwung dan express nggak batal di hari libur/akhir pekan, bisa jadi feeder untuk KA dari Daop 2, bahkan untuk KA jarak jauh sekalipun.

Di suatu milis, pernah diwacanakan, kalau perlunya ada feeder dari arah SRP, bahkan kalau perlu, setiap hari, ada 1 kereta ditarik ke arah SRP sebagai feeder, nanti dirangkai di MRI, mirip Punokawan yang jadi feeder Bengawan. Sebenernya ini ide yang cukup bagus, mengingat pangsa pasar Parahyangan dan Argo Gede yang sudah digerogoti travel, semenjak tol Cipularang (Tipularang kalo kata Bagus) diresmikan. Apalagi kini dengan 20 ribu aja udah bisa ke GMR dari BD.

Pengen rasanya naik sepur kaya di jaman SS dulu, yang katanya selalu penuh karena jadi andalan transportasi. Padahal sepur dikenal sebagai alat transportasi massal yang hemat energi, tapi kenapa sektor perkeretaapian malah dikesampingkan. Pemerintah malah sibuk bangun jalan tol, bahkan di dalam kota. Nggak ngerti ah ... pokoknya selama masih bisa nyepur, nyepur aja. Pusing ah

Salam sepur

--- Semboyan 21 ---

#heran, bisa agak serius kaya gini

Rabu, 04 Juni 2008

Gak Jadi Nyepur Rame-rame....

Kemaren PP dapet ulem-ulem jagong mantennya Nissa di Depok. Berhubung acara kawinan adalah sekali seumur hidup, sampai maut memisahkan (kaya lagu aja, Till Death Do Us Part), maka disempatkanlah buat hadir. Awalnya sih ada sekitar 10 orang yang mau berangkat, mau nggak mau, harus sewa mobil. Diitung-itung, pokoknya jatuhnya per kepala sekitar 125 ribuan. Lumayan mahal buat anak PP, yang suplai "HSD" masih bergantung pada "Rangkaian Ketel" dari ortu.

Opsi berikutnya, beralih ke KA Parahyangan. Dengan tarif promosi K2 20 ribu, dihitung-hitung, sangat terjangkau. BD - GMR - BD habis 40 ribu. Naik KRL ekspres, GMR - DP - GMR, mentok 25 ribu. Total cuma 75 ribu, udah di mark up. Selisih 50 ribu dari sewa mobil.

Buatku, lumayan nih buat ngusir jenuh. Nyepur BD - GMR - DP - GMR - BD. Lagian kalo rame-rame, semoga aja bisa minta BLB di MRI, secara Parahyangan nggak berhenti di MRI. Kalo denger cerita dari temen-temen, selama ada 5 penumpang aja, KA bisa BLB. Kalo 10 orang, lumayan juga tuh. Juga berjuang, biar rangkaian balik BD juga BLB di MRI. Pertimbangannya sih, kalau dari MRI, lebih banyak KRL yang ke DP. Kalau dari GMR, yang ada cuma KRL ekspres, yang belum tentu berhenti di DP. Belum lagi yang batal di hari Sabtu. Kalo KRL ekonomi, pasti berhenti di DP, tapi ls di GMR. Kalau di MRI, semua pasti berhenti.

Setelah tanya kiri kanan, ada beberapa alternatif, kalau nggak bisa BLB di MRI. Pertama, turun di GMR, terus ngikut KRL ke JUA, baru ke DP. Kedua, turun di BKS atau JNG, terus sambung ke MRI. Dari MRI, baru ke DP. Improvisasinya, nyambungnya nggak hanya sampai di MRI, tapi lanjut sampe JAKK. Opsi ini hanya disukai wong edan sepur.

Setelah semua skenario siap, berharap bisa BLB di MRI dengan pasukan 10 orang, berangkat pakai KA 53, balik BD pakai KA 62. Ke DP dan dari DP, pakai KRL ekonomi dari MRI. Kalau nggak bisa BLB di MRI, kudu sambung ke JNG apa GMR, mana yang lebih menguntungkan.

040608 siang, ada SMS masuk, ternyata yang jadi berangkat, akhirnya cuma berempat aja. Nggak berani deh minta BLB di MRI. Lagian skenarionya berubah. Kalau mau ikut, harus selingkuh pakai travel pulangnya. Duh ... mimpi apa semalam, lagi pengen nyepur, kok dipaksa naik lawan sepur. Kalo ketahuan sesama railfan, bisa-bisa digantung pake Kirow dah. Minimal disuruh muter lok di turntable sendirian. Yah kalau mau ikut, mendingan balik sendiri dah, naik KA 62, KA 24 atau KA 26. Biarin dah sendirian, yang penting naik sepur.

Kalo tetep nggak bisa dateng jagong manten, nyepur aja ke GMR, naik KA 55, balik BD naik KA 58 atau KA 60, abis itu nongkrong di dipo BD. Rencana sih PP mau naik KA 55, nggak tau juga bener apa nggak. Biar BBM naik, tarif tol naik, nyepur jalan terus ....