Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Tampilkan postingan dengan label Movie. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Movie. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 Desember 2012

5 cm, van der Steur, dan Eksploitasi Wisata

Beberapa hari ini, jagad perfilman di negeri ini dihebohkan dengan tayangnya film '5 cm' di jaringan bioskop di berbagai kota. Entahlah film apa ini, karena aku sendiri tidak tertarik. Menurut beberapa teman yang sudah menonton maupun membaca novelnya, ini mengambil latar pendakian gunung. Dan komentar mereka yang telah menonton film ini hampir seragam, 'Pengen mendaki gunung (lagi)'.

Kamis, 02 Juni 2011

"Catatan Akhir Sekolah" dan "Dumb and Dumberer: When Harry Met Lloyd"


Tiap kali nonton "Catatan Akhir Sekolah" selalu teringat pada "Dumb and Dumberer: When Harry Met Lloyd". Entah kenapa, merasa 2 film itu punya kemiripan ending, membongkar kecurangan di sekolah secara tidak sengaja tentunya.

Di "Catatan Akhir Sekolah", kecurangan Boris selaku kepala sekolah terbongkar ketika handycam yang disita Boris secara tidak sengaja berada posisi "rec". Secara tidak langsung, kecurangan Boris dalam pengelolaan sekolah terekam dalam handycam tersebut. Dan kecurangan tersebut terekspos saat prom night di sekolah.


Selasa, 24 Agustus 2010

Nearer, My God, to Thee

Buat yang pernah nonton Titanic, pasti hapal, atau minimal tahu adegan ini. Sesaat sebelum Titanic tenggelam, pemain band di dek berpisah, dan pemimpin band RMS Titanic, Wallace Hartley berkata kepada anggota bandnya, "Gentlemen. It has been a privilege playing with you tonight." Band pun berpisah dan Hartley memainkan "Nearer, My God, to Thee". Nggak lama kemudian, anggota band kembali bergabung bersama Hartley memainkan lagu tersebut. Dan mereka berhenti bermain sesaat sebelum kapal tenggelam.

Lagu Nearer, My God, to Thee, dalam bahasa Indonesia terdapat di KJ 401. Menurut kisahnya, lagu ini menceritakan kisah Yakub yang serba sulit ketika lari dari kejaran kakaknya. Di Betel, ia mengambil batu sebagai alas kepala, dan bermimpi melihat tangga di mana malaikat-malaikat Allah turun naik. Yakub pun sadar, kalau Tuhan senantiasa besertanya.

Tiap kali mendengar lagu ini, aku merasa Tuhan itu dekat. Meski dihimpit dari sana-sini, kehidupan terasa sulit, tapi Ia tidak jauh. Ia ada di dekatku. Dan kerinduan setiap orang percaya adalah makin dekat dengan Tuhan.

video courtesy: www.youtube.com
sejarah lagu Nearer, My God, to Thee: http://www.gkigadser.org/

Jumat, 04 Juni 2010

Blood on the Risers


He was just a cherry trooper and he surely shook with fright
He checked off his equipment and made sure his pack was tight;
He had to sit and listen to those awful engines roar,
"You ain't gonna jump no more!"

(CHORUS)
Gory, gory, what a helluva way to die,
Gory, gory, what a helluva way to die,
Gory, gory, what a helluva way to die,
He ain't gonna jump no more!

"Is everybody happy?" cried the Sergeant looking up,
Our Hero feebly answered "Yes," and then they stood him up;
He jumped into the icy blast, his static line unhooked,
And he ain't gonna jump no more.

(CHORUS)

He counted long, he counted loud, he waited for the shock,
He felt the wind, he felt the cold, he felt the awful drop,
The silk from his reserve spilled out and wrapped around his legs,
And he ain't gonna jump no more.

(CHORUS)

The risers swung around his neck, connectors cracked his dome,
Suspension lines were tied in knots around his skinny bones;
The canopy became his shroud; he hurtled to the ground.
And he ain't gonna jump no more.

(CHORUS)

The days he'd lived and loved and laughed kept running through his mind,
He thought about the girl back home, the one he'd left behind;
He thought about the medics and wondered what they'd find,
And he ain't gonna jump no more.

(CHORUS)

The ambulance was on the spot, the jeeps were running wild,
The medics jumped and screamed with glee, rolled up their sleeves and smiled,
For it had been a week or more since last a 'chute had failed,
And he ain't gonna jump no more.

(CHORUS)

He hit the ground, the sound was "Splat," his blood went spurting high,
His comrades then were heard to say: "A helluva way to die!"
He lay there rolling round in the welter of his gore,
And he ain't gonna jump no more.

(CHORUS)

(slowly, solemnly)
There was blood upon the risers, there were brains upon the chute,
Intestines were a'dangling from his Paratrooper suit,
He was a mess; they picked him up, and poured him from his boots,
And he ain't gonna jump no more

Gory, gory, what a helluva way to die,
Gory, gory, what a helluva way to die,
Gory, gory, what a helluva way to die,
He ain't gonna jump no more!


Lagu ini pertama kali kudengar di episode 9 Band of Brothers: Why We Fight. Karena penasaran, kucari lagu ini, sebenernya lagu ini tentang apa. Ternyata lagu ini menceritakan kisah tragis penerjunan terakhir seorang paratrooper. Ya penerjunan terakhir, karena payung utama dan payung cadangannya tidak mengembang.

Menurut cerita, lagu ini dinyanyikan oleh para prajurit lintas udara AS, baik dari divisi 82 linud maupun divisi 101 linud. Lagu ini benar-benar mengingatkan betapa besar risiko menjadi seorang paratrooper di setiap penerjunan, di mana nyawa mereka hanya bergantung pada sebuah payung utama dan sebuah payung cadangan. Ya, teman sejati paratrooper hanyalah parasutnya ... selain itu, tidak ada ....

foto diambil dari sini
lirik lagu diambil dari sini

Senin, 27 April 2009

Untitled

Sebenernya sih nggak pengen nulis yang kaya ginian, tapi kok lama-lama jadi terganggu juga dengan semua hal yang aneh-aneh ini.

Apa alasannya kok sampai-sampai coba menghentikan hobi nyepur saya, wong saya dah kenal sepur sebelum kenal sama sampeyan.
Kenapa sampeyan melarang saya liat sepur di tasiyun, lha saya liat sepurnya dari peron kok, tidak mengganggu maupun membahayakan perka dan orang lain.
Kalau situ ndak suka sama kegiatan saya yang nyepur mondar-mandir tanpa tujuan, itu bukan urusan saya, lha wong saya selalu beli tiket kok, dan duitnya bukan duit situ, tapi duit saya sendiri.

Kalau saya suka nonton Warkop, Cast Away, Forrest Gump, The Terminal dan film-filmnya Tom Hanks lainnya, trus situ ndak suka ... ndak ada urusannya sama saya ... lha saya ndak pernah maksa situ buat suka sama pilem yang saya sukai kok ....

Saya suka sama d'Cinnamons, Écoutez!, The Beatles, Maliq & d'Essentials, Ten 2 Five, Level 42, Queen dan yang lainnya, juga bukan karena pengaruh situ dan saya suka bukan karena situ suka juga.

Udah deh ... daripada situ ngrecokin saya dan kesenangan saya, mendingan situ nikmatin hidup situ dengan situ punya kesenangan juga. Toh saya juga ndak mau ngerecokin kesenangan situ.

#lega juga setelah ngomel di sini

np: Earth, Wind, and Fire - After The Love Has Gone

Rabu, 04 Maret 2009

Mission Impossible di DPR?

Kutipan berikut mungkin nggak asing bagi penggemar serial TV Mission: Impossible. "As always, should you or any of your IM force be caught or killed, the Secretary will disavow any knowledge of your actions." Artinya sih kurang lebih, "seperti biasa, jika kau dan anggota misimu tertangkap atau tewas, Perdana Menteri akan menyangkal semua aksimu."

Belakangan ini kok kejadian hal yang mirip di parlemen negeri ini. Bisa jadi ini cuma pikiranku aja yang kebanyakan nonton film laga, atau memang kejadian beneran.

Ketika ada anggota DPR yang tertangkap tangan oleh KPK sedang melakukan perbuatan bodoh, kok di hari berikutnya, anggota yang lain pada rame-rame membantah adanya perbuatan konyol tersebut. Seolah-olah mereka tidak tahu kalo ada teman sejawat mereka yang berbuat macam-macam. Termasuk petinggi partai di mana yang bersangkutan menyangkal adanya aksi yang dilakukan anggotanya. Padahal tetangga sebelah pernah ngomong, it takes two to tango, nggak mungkin dilakukan sendirian.

Hehehe ... DPR ternyata as seen on movie. Ketika kegulung, semua menyangkal, tapi kalau nggak kegulung, nggak tahu deh. Kelewat tinggi pertanyaannya. Yah semoga saja mission impossible force di DPR ini nggak ada, dan yang tertangkap tangan sih cuma oknum ... tapi bandit tetep saja bandit.

Pertanyaanya, masihkah kita akan memilih bandit? Atau tidak memilih sama sekali? Semua terserah anda. Yang jelas, waspadai partai dan para caleg bandit.

kutipan: http://www.imdb.com/title/tt0060009/quotes

Rabu, 07 Januari 2009

Laporan Langsung Konflik Timur Tengah

Menjelang bubaran kantor, tadi pada nonton reportase langsung konflik Israel di salah satu stasiun televisi nasional. Ternyata itu siaran relay langsung dari Aljazeera. Dan kabarnya, itu tayangan langsung, bukan recorded.

Tiba-tiba teringat film "Live from Baghdad" Liputan CNN dari Baghdad di awal serangan pasukan koalisi ke Irak di era Perang Teluk 1991, melambungkan nama Peter Arnett sebagai wartawan perang. Konon, itu untuk pertama kalinya dilakukan liputan langsung dari belakang garis depan. Gak heran kalo ada yang bilang, Peter Arnett dan CNN membawa suasana medan perang ke rumah.

Hanya ada beberapa yang membedakan dengan liputan CNN. Liputan Aljazeera dilakukan di seputaran Gaza Strip yang dilakukan pada siang hari serta pihak yang bertikai berbeda pula.

Yah ... terlepas dari perang siapa lawan siapa dan rebutan apa, tetep aja yang jadi korban rakyat tak bersalah .....

Minggu, 08 Juni 2008

Paradoks?

Beberapa waktu lalu, aku dapat sebuah email dari seorang teman. Subjectnya God's Paradox. Isinya cukup berat juga. Kalau memang Tuhan itu maha segala-galanya, bisa nggak Dia buat sebuah batu yang sangat berat hingga Tuhan nggak mampu mengangkatnya? Kalau Tuhan nggak bisa menciptakan batu itu, artinya bukan maha pencipta dong. Kalau bisa menciptakan batu itu, tetapi tidak kuat mengangkatnya, artinya kekuatan Tuhan terbatas. Kalau Tuhan memiliki keterbatasan, artinya Tuhan macam apa itu? Inilah God's Paradox, tulis seorang teman

Secara logika, memang benar begitu adanya. Yang ada hanya 0 dan 1, true dan false. Kalau kondisi yang disyaratkan tidak terpenuhi, maka hasilnya 0, false. Tapi apabila terpenuhi, akan menghasilkan nilai 1, true. Apapun pendapat anda soal Paradoks Tuhan di atas, terserah anda. Mau dijelaskan pakai teologi apapun, monggo berikan pendapatnya. Yang jelas, bagi saya, masalah iman adalah masalah yang sangat pribadi, yang tidak dapat dipaksakan oleh siapapun, dan dengan cara apapun.

Sebagai penutup, ada lagi kasus paradoks yang cukup memusingkan. Seandainya kita dapat membuat mesin waktu dan dapat bepergian ke masa lalu, kita pergi ke suatu masa di mana kakek dan nenek kita menikah. Kita bunuh nenek kita sendiri untuk mencegah kelahiran ibu kita dan mengubah sejarah. Pertanyaannya, kalau kita bisa membunuh nenek kita, bagaimana bisa terjadi? Padahal dengan tewasnya sang nenek, ibu kita tidak akan pernah lahir, sehingga kita tidak pernah ada. Mungkinkah ada dunia yang paralel dimana masing-masing dunia memiliki plot masing-masing yang tidak saling berkaitan? Mirip di serial Sliders dan Back to the Future Trilogy

Pusing? Sama ....

Sabtu, 29 Maret 2008

Resensi Ayat Ayat Cinta a la Railfan

Hmm ... akhir-akhir ini "Ayat Ayat Cinta" lagi booming. Di mana-mana pada ngomongin ntu pelem. Bahkan RI 1 dan 2 juga ikutan nonton. Bikin penasaran juga itu pelem, apa sih hebatnya, sampe sampe (katanya) ditonton lebih 2 juta penoton, belum termasuk yang nonton lewat versi bajakannya.

Biar gak penasaran, iseng-iseng tanya sama yang udah nonton AAC, katanya sih bagus. Kebetulan di kantor ada anak magang yang mau nonton tuh pelem. Langsung aja aku minta puter dikit dia punya monitor, biar aku bisa ikut ngeliat.

Gak tau kenapa, kok langsung nemuin yang menarik di AAC, pas adegan si lelaki (gak ngerti sapa namanya) di gerbong kereta. Katanya sih settingnya di Mesir (bener gitu di negeri Firaun?), tapi kok keretanya KRL Jabotabek (kalo gak salah Tokyu 6000). Usut punya usut, dapet juga behind the scene nya. Ternyata itu adegan bener-bener pake KRL Jabotabek, dan scene takingnya di MRI (kalo ga salah denger). Alih-alih dapet kereta luar negeri, dapetnya KRL Jabotabek yang dipermak seolah-olah di Timur Tengah. Begitu ganti adegan, langsung dah gak ada nafsu buat nonton. Habisnya adegan di kereta miskin banget.

Mendingan nonton Warkop. Masih bisa liat CC 201 26 livery hijau kuning narik kereta K3 (kalo nggak salah) livery merah putih, kaya si belo kuda troya. Bener-bener keliatan gagah itu kereta. Kalo memang bener K3, ga tau kenapa kok kelihatan bersih. Apa mungkin tahun 80an orang masih peduli sama kereta? AAC apaan, cuma keliatan dalemnya doang. Gak keliatan bodi luarnya. Lagian paling lama cuma sekitar 5 menit aja.

Mungkin gak level kalo AAC dibandingin sama komedi slapstick ala Warkop DKI. Kalo dibandingin sama Daun di Atas Bantal, masih jauh. Bagusan DdAB, ada pesan moralnya. Cukup jelas pesannya, jangan naik di atap kereta, kalau tidak ingin mati konyol. AAC adanya ribut-ribut di dalam kereta.

Sama "Raja Jin" buatan tahun 70an, tetep masih menang jauh. Kehidupan seorang petugas PJL yang dibumbui sedikit humor. Si petugas yang dipecat, karena menutup pintu tanpa ada perintah dari stasiun tapi desakan pemilik warung di sebelah PJL yang dijaganya, di akhir cerita menyelamatkan rangkaian kereta dari PLH akibat relnya menggantung. Raja Jin berlari di tengah hujan sambil membawa lampu hansin yang menunjukkan semboyan 3. Aksi heroik yang menyebabkan Raja Jin diangkat kembali jadi petugas PJL.

Pesaing lain, ada "Kereta Api Terakhir" yang menggunakan lok D52 dan 2 buah gerbong CR. Belum pernah liat sih, tapi katanya menggambarkan hijrahnya Divisi Siliwangi ke Jawa Tengah. Bahkan sampai tahun 90-an masih ada KLB napak tilas dengan D52. Pokoknya AAC ga ada artinya

Tapi yang jadi masterpiece pelem sepur bagiku ya Tragedi Bintaro. PLH terbesar sepanjang sejarah perkeretaapian Indonesia yang terjadi 19 Oktober 2007 antara KA 220 dan KA 225 digambarkan sangat detil, sampe adegan adu lok, korban yang kepala sama kakinya pisah. Pokoknya serem dah. Gak kebayang kalo liat aslinya .... Ini masuk list wajib ditonton railfan. AAC gak masuk list dah ....

Kalo yang versi luar negeri, bisa cek di Undersiege 2: Dark Territory punya Steven Seagal. Kan endingnya PLH di BH antara sepurnya si Casey Ryback dan KA Ketel. Tapi PLH yang ini ngibul alias fiktif. Sepurnya sih bagus, tapi yang ditonjolin cuma aksi berantemnya doang.

Sebenernya sih masih ada pelem lain yang ada sepurnya, tapi terlalu banyak kalau mau disebutin satu per satu. Contoh, Money Train, Death Train. Dan kalo disebutin semua, kasihan AAC, adegan di sepurnya dikit, dibandingin sama pelem yang adegannya di kereta melulu

Yah, beginilah resensi film versi railfan. Yang diresensi bukan ceritanya, tapi sepur apa yang ada di sana, di stasiun mana. Buat yang suka AAC, ga usah sakit hati. Namanya juga main-main. Gak perlu dipikir serius ....

Salam Sepur