Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Rabu, 25 Maret 2009

Pabrik Es

Menjelang pemilihan legislatif, seorang caleg berkampanye ke daerah pemilihannya. Seperti biasanya, caleg yang satu ini menjual 1001 macam janji-janji.

"Kalau saya terpilih nanti, jalan raya menuju kota kabupaten akan saya perbaiki menjadi jalan beton," janjinya. Hanya ada sedikit peserta kampanye yang bereaksi dengan bertepuk tangan.

Merasa sedikit gagal di langkah pertama, sang caleg menebar janji berikutnya, "Kalau partai saya menang pemilu mendatang, jembatan menuju kecamatan seberang akan diperlebar!!!" Tepuk tangan peserta kampanye lebih meriah dari yang pertama.

Sang caleg makin semangat, melanjutkan dengan jurus berikutnya, "Pasar yang ada di desa ini akan dibangun lebih megah lagi!!!" Janji manis caleg disambut dengan sorak riuh rendah peserta kampanye.

"Jaringan irigasi teknis akan diperhatikan, sehingga sawah tidak akan kekeringan di musim kemarau!!!" Sambutan peserta kampanye semakin meriah.

Merasa kampanyenya berhasil, selanjutnya caleg kita ini menjanjikan lapangan pekerjaan, "Bagi para pemuda di desa ini yang masih menganggur, saya akan membuka lapangan pekerjaan bagi kalian. Saya akan mengundang investor untuk menanamkan modalnya di desa ini, dengan membangun pabrik tektil!!!"

Merasa ada kata-kata sang caleg yang salah, asistennya berbisik pada sang caleg, "Pak, yang tadi kurang S."

Mendengar bisikan dari sang asisten, dengan percaya diri, sang caleg menambahkan janjinya, "Oh iya, pabrik es juga!!!"

Jumat, 20 Maret 2009

Tipu - Tipu Part 3

Sebenernya sih lagi nggak pengen nulis sesuatu. Tapi barusan dapat kabar kalau temen kantor babe barusan diplekotho sama bandit, sampe rugi sepuluh juta ripis, makanya aku nulis ini. Semoga aja nggak ada korban berikutnya.

Ceritanya begini, Pak Junaedi dikabari kalau anaknya, Retno, mengalami kecelakaan lalu lintas, dan dirawat di RS Sardjito. Agar nyawa Retno dapat diselamatkan, Pak Junaedi harus mentransfer uang sejumlah sembilan belas juta rupiah untuk operasi anaknya. Saking paniknya, Pak Junaedi mentransfer sepuluh juta. Beruntung, ketika Pak Junaedi akan mentransfer kekurangan sembilan juta ripis, beliau sadar, dan membatalkan perintah transfer. Tetep aja sepuluh juta rupiah sudah disikat sama bandit.

Hmm, kayaknya ini dulu pernah ditulis di sini, tapi belum lengkap ceritanya. Dari data dan fakta yang berhasil dikumpulkan, dapat dirangkai suatu cerita, kira-kira bagaimana si bandit bekerja.

Pertama, si bandit memencet nomor secara random untuk mencari calon mangsa. Begitu calon mangsa didapat, si bandit mengaku sebagai polisi dan menakut-nakuti calon mangsa (Retno) kalau nomornya digandakan oleh sindikat kejahatan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan bandit meminta nama dan nomor telepon keluarga Retno yang bisa dihubungi dalam keadaan darurat. Dan untuk keperluan pengungkapan kejahatan, Retno diminta untuk mematikan ponselnya. Si Retno menuruti aja semua perintah yang disampaikan oleh bandit, lha yang di seberang telepon ngaku polisi je .....

Langkah berikutnya, setelah mendapatkan nomor dan nama kontak darurat Retno, si bandit menghubungi orang tua Retno, Pak Junaedi. Bandit memberitahu Retno mengalami kecelakaan dan harus dioperasi. Untuk keperluan operasi, Pak Junaedi harus mentransfer sembilan belas juta. Dengan memanfaatkan kepanikan Pak Junaedi, si bandit berharap Pak Junaedi tidak dapat berpikir jernih dan menuruti semua kemauan si bandit.

Sebelum menelepon Pak Junaedi, si bandit memastikan ponsel Retno dalam keadaan tidak aktif, sehingga Retno dan Pak Junaedi tidak dapat saling menghubungi. Kalau Retno dan Pak Junaedi dapat berkomunikasi sebelum si bandit menerima seluruh uangnya, dipastikan aksinya gagal total.

Sebenernya nggak gitu susah buat menangkal kejahatan model ginian. Pertama, jangan pernah memberikan nomor dan nama keluarga dekat yang bisa dihubungi kepada orang yang tidak kita kenal, termasuk data pribadi kita. Nggak ada jaminan kalau data yang kita berikan tidak akan disalahgunakan. Waspadai juga ulah nakal oknum marketer kartu kredit yang dengan mudahnya menawarkan produknya di keramaian dengan syarat yang mudah. Tidak tertutup kemungkinan, oknum marketer nakal menjadi bagian dari komplotan ini hanya dengan modal data pribadi kita.

Langkah berikutnya, sebelum mematikan ponsel karena (katanya) disuruh pihak yang berwenang, ada baiknya menghubungi keluarga terdekat kalau ponsel sementara tidak aktif dikarenakan ada dugaan penggandaan nomor. Sekalian juga, keluarga diberi tahu ke mana harus menghubungi kalau kalau ada sesuatu yang harus disampaikan segera. Kontak sementara dalam hal ini boleh teman kantor, teman kos, ibu kos sampai tetangga sebelah juga boleh, asalkan dapat kita percayai. Bukannya apa apa, ini cuma untuk menanggulangi gangguan komunikasi yang akan dimanfaatkan oleh si bandit, sehingga kita tetap dapat berkomunikasi dengan keluarga.

Apabila kita memiliki lebih dari satu nomor ponsel, dan seseorang yang mengaku dari pihak keamanan meminta kita mematikan satu nomor dengan dalih telah digandakan penjahat, jangan sekali-sekali menonaktifkan semua nomor. Dengan berpikir positif bahwa dugaan penggandaan nomor itu benar, logikanya, sangat kecil kemungkinan lebih dari satu yang nomor kita pakai digandakan seluruhnya. Dan jangan sekali-sekali mengatakan ada berapa nomor yang kita pakai sekarang, dijamin mereka akan meminta kita menonaktifkan semuanya.

Nggak kalah pentingnya, ada baiknya juga keluarga tahu kemana harus menghubungi kita dalam keadaan darurat, terlebih apabila ponsel kita dalam keadaan tidak aktif, sehingga komunikasi tidak terputus. Dan kunci terakhir, jangan panik kalau ada yang menyampaikan kabar buruk tentang keluarga kita. Memang susah sih, tapi usahakan jangan panik, berusahalah berpikir jernih.

Mungkin tulisan ini dapat menghilhami seseorang untuk melakukan kejahatan serupa, tapi dapat juga digunakan untuk mengetahui bagaimana cara bandit bekerja, sehingga bisa terhindar dari kejahatan semacam ini. Semoga anda bukan korban berikutnya ....

Rabu, 04 Maret 2009

Mission Impossible di DPR?

Kutipan berikut mungkin nggak asing bagi penggemar serial TV Mission: Impossible. "As always, should you or any of your IM force be caught or killed, the Secretary will disavow any knowledge of your actions." Artinya sih kurang lebih, "seperti biasa, jika kau dan anggota misimu tertangkap atau tewas, Perdana Menteri akan menyangkal semua aksimu."

Belakangan ini kok kejadian hal yang mirip di parlemen negeri ini. Bisa jadi ini cuma pikiranku aja yang kebanyakan nonton film laga, atau memang kejadian beneran.

Ketika ada anggota DPR yang tertangkap tangan oleh KPK sedang melakukan perbuatan bodoh, kok di hari berikutnya, anggota yang lain pada rame-rame membantah adanya perbuatan konyol tersebut. Seolah-olah mereka tidak tahu kalo ada teman sejawat mereka yang berbuat macam-macam. Termasuk petinggi partai di mana yang bersangkutan menyangkal adanya aksi yang dilakukan anggotanya. Padahal tetangga sebelah pernah ngomong, it takes two to tango, nggak mungkin dilakukan sendirian.

Hehehe ... DPR ternyata as seen on movie. Ketika kegulung, semua menyangkal, tapi kalau nggak kegulung, nggak tahu deh. Kelewat tinggi pertanyaannya. Yah semoga saja mission impossible force di DPR ini nggak ada, dan yang tertangkap tangan sih cuma oknum ... tapi bandit tetep saja bandit.

Pertanyaanya, masihkah kita akan memilih bandit? Atau tidak memilih sama sekali? Semua terserah anda. Yang jelas, waspadai partai dan para caleg bandit.

kutipan: http://www.imdb.com/title/tt0060009/quotes

Minggu, 01 Maret 2009

Itu Baru Solo ....

Suatu sore, Dalijo dan Dullah sedang nonton TV berdua. Mereka sedang nonton siaran berita yang mengabarkan banjir Bengawan Solo yang mengamuk hingga merendam puluhan ribu rumah dan mencapai ketinggian semeter.

Dalijo : Dul, kasihan bener mereka. Bengawan Solo meluap sampai separah itu.
Dullah: Iya Jo, kasihan. Tapi itu belum seberapa Jo.
Dalijo: Belum seberapa bagaimana Dul? Lha wong sampai merendam ribuan rumah kok belum seberapa. Aneh kamu Dul.
Dullah: Iya Jo, ini belum seberapa. Itu baru Bengawan Solo
Dalijo: Maksudnya?
Dullah: Coba Jo, kalo yang banjir bukan bengawan solo, tapi trio, apalagi kuartet, kaya apa jadinya ....
Dalijo: $#^&%^*^*%$#