Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Selasa, 25 Mei 2010

SMS Spam

Asli, ini sudah kesekian kalinya terima sms spam kaya gini. Kalau 10 kali kayaknya ada. Mbok yao kalo operator seluler mau kirim sms promo, ndak perlu selusin per hari. Urusan saya bukan cuma hapusin sms sampah kaya gini.

Baiknya tiap operator kulonuwun dulu sebelum ngirim sms spam kaya gini. Yang bersangkutan mau ndak terima sampah kaya gini tiap hari. Kalo sekali udah nggak mau terima, ya jangan dikirimi terus.

yang lagi sebel sama operator GSM tukang kirim spam

Senin, 17 Mei 2010

Roel Dijkstra

Ketika saya cerita tentang Tanguy et Laverdure, seorang teman mengingatkanku kembali pada seorang tokoh komik Roel Dijkstra. Meski saya tidak suka dengan sepak bola, tapi pemain sepak bola ini berhasil mencuri perhatianku dengan berbagai petualangannya, yang tentu saja tidak jauh dari lapangan bola.

Ada yang bilang, komik ini pernah diterbitkan oleh Gramedia, tapi sayangnya aku tidak mengetahuinya. Aku kenal Dijkstra dari komik strip di majalah Hai akhir dekade 80-an. Dan itupun aku hanya mengenal beberapa halaman saja, belum sampai satu cerita utuh. Beberapa judul yang masih aku ingat antara lain, "Kericuhan di Korsika" dan "Pak Marsekal"

Kira-kira, komik ini akan diterbitkan kembali nggak yah
Gambar dari sini 

Senin, 10 Mei 2010

My God is an ATC

Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. 
Mazmur 23:3b

Ketika membaca berbagai tulisan tentang dunia penerbangan, ada satu pekerjaan yang menarik bagiku. ATC, ya Air Traffic Controller, alias PLLU, Pengatur Lalu Lintas Udara. Bagaimana dia memandu seluruh pesawat yang lalu-lalang di wilayah kekuasaannya. Semua yang melintas di wilayahnya, tidak akan lepas dari pantauannya. 

Ya, seperti itulah Tuhan. Ia memberikan clearance sebelum aku take off. Ia menuntunku harus terbang di FL berapa. Ketika cuaca buruk pun, Ia membimbingku untuk terbang dengan aman. Ketika akan mendarat, Ia akan selalu memanduku.

ATC hanya memberikan petunjuk terbang dengan course dan ketinggian yang aman. Begitu juga dengan ATC-ku. Ia menuntunku ke jalan yang benar. Have a nice flight ....

Sabtu, 08 Mei 2010

Pekerjaan Utama

Di sela-sela mempersiapkan diri buat ujian ilmu kanuragan yang akan diselenggarakan di hari Minggu Pahing 09 Mei 2010, aku menyempatkan diri nonton tv sejenak. Entah apa acara yang aku tonton, ternyata ada acara omong kosong (maksudnya ngomongin hal-hal yang nggak penting) yang dipandu oleh seorang anggota dewan yang masih aktif. Soal siapa anggota dewan yang memandu, you know who lah ....

Pikiran isengku berlanjut. Apakah pejabat negara boleh memiliki usaha sampingan? Apakah tidak timbul konflik kepentingan? Lha kalau kasus ini bagaimana, ini badut merangkap anggota dewan, apa anggota dewan merangkap badut? Anggota dewan badut, apa badut anggota dewan?

Kalau memang kegiatan anggota dewan yang (katanya) terhormat bisa disambi mbadut, gimana nasib rakyat yang (masih katanya) diwakilinya? Bisa jadi acara mewakilinya ndak lebih dari sebuah pementasan ludruk. Mungkin anggota dewan yang satu ini berdalih, ini masih berkaitan dengan pekerjaannya, yang mengurusi hal-hal perbadutan di negeri ini. Kalau minta badan kehormatan untuk menertibkan mereka yang ngarit sambil mbadut, kayaknya ndak mungkin, mengingat track record mereka juga nggak kalah mbadutnya.

Sebagai wong cilik (asli, wong cilik beneran, ndak ada afiliasi sama partai yang katanya mbela wong cilik itu, sumpah) saya cuma bisa nonton badutnya manggung aja. Lha wong asline badut kok, nek badutnya ndak lucu, malah jadi lucu. Wis ndak usah dipikirin badut yang satu ini. Ngapain kita pusing mikirin badut, lha badutnya aja ndak mikirin kita kok.

Cheers
(terus, apa maksude tulisan iki???)

Jumat, 07 Mei 2010

Arti Penting KRL

Pas kemaren denger kabar kalau terjadi anjlokan di Manggarai yang mengakibatkan ditutupnya lintas Manggarai - Pasar Minggu, awalnya cuma berharap, itu bisa diatasi sebelum peak hour sore hari. Ternyata, perkiraan itu meleset, meski tim evakuasi sudah bekerja maksimal.Akibatnya, pengguna KRL yang biasa menggunakan koridor Jakarta - Bogor, terpaksa mengambil alternatif lain.

Menurut teman-teman yang menjadi "korban" pembatalan lintas Bogor, mereka harus naik bus, taksi, atau nebeng teman. Kalaupun memaksakan diri naik kereta, mereka harus menuju stasiun Pasar Minggu terlebih dahulu, setelah menembus serangkaian kemacetan terlebih dahulu.

Ya, beginilah kondisi perkeretaapian kita. Ketika ada perjalanan yang dibatalkan, semua pasti jadi kalang kabut. Bisa dibilang, KRL telah menjadi alat transportasi utama di Jabodetabek. Sayangnya belum banyak pihak memperhatikan hal ini. Mungkin baru diperhatikan kalau KRL mengalami gangguan, karena itu akan menambah kusutnya jalanan, karena penumpang KRL harus turun ke jalan, mencari alat transportasi alternatif.
 
Apakah sedemikian kurangnya perhatian pada transportasi jenis ini? Perlu lumpuh berapa kali lagi agar semua pihak menganggap penting KRL? Mungkin harus menunggu sampai Jakarta lumpuh total ... siapa tahu.

Sabtu, 01 Mei 2010

Aku dan (Argo) Parahyangan #4

Hari ini, untuk pertama kalinya aku mencoba Argo Parahyangan. Karena menggunakan nama dan stamformasi baru, berasa agak aneh pada awalnya. Yang biasanya naik KA 63 Parahyangan, sekarang harus membiasakan diri dengan KA 19L Argo Parahyangan.

KA 19L dengan stamformasi 2K2, M1, 4K1 dan BP telah tersedia di jalur 5. Kembali aku harus membiasakan diri dengan hal baru ini. Biasanya, tersedia di jalur 5 dengan stamformasi 4K2, KMP2, dan 2K1. Entah, pada hari ini ditarik lokomotif apa, tidak telalu memperhatikan.

Tidak seperti sebelumnya yang selalu duduk di K2-4, kali ini aku duduk sesuai tempat duduk yang tertera di tiket, di K2-1. Dulu aku bisa memilih tempat duduk sesukaku, karena biasanya K2-4 ini lebih banyak lowongnya, dan baru ramai ketika memasuki stasiun Purwakarta. Dan nampaknya dari 2 kereta bisnis yang disediakan, hampir terisi semuanya.

Lepas Maswati, aku beralih ke kereta makan untuk sarapan. Nasi goreng dan segelas teh manis menjadi menu pagi ini. Sambil menunggu sarapan tersedia, aku ngobrol sebentar dengan KP tentang okupansi kereta ini. Ternyata, di 4 K1 yang tersedia, hanya terisi sedikit, agak berbeda dengan 2 K2 yang disediakan, lumayan penuh. Aku cuma berpikir, mungkin saja ini keberangkatan paling pagi, yang seperti biasa cenderung sepi.

Di Stasiun Purwakarta, KA 19L menaikkan penumpang. Yang aku lihat ternyata penumpang yang naik tidak sebanyak yang dilayani KA 63. Semoga saja ini bukan pertanda buruk, kalau KA Argo Parahyangan tidak telalu banyak peminatnya. Meski demikian, di K2 hampir semua tempat duduk terisi.

Tak lama kemudian, KA 19L diberangkatkan dari Purwakarta. Aku memilih tidak kembali ke tempat dudukku. Aku lebih memilih di bordes. Aku merasa lebih nyaman saja berada di sana, sambil memainkan Nokia 5730 XpressMusic, menumpahkan apa yang ada di kepalaku.

Sepanjang perjalanan, hanya ada satu harapan besar. Semoga KA Argo Parahyangan, yang dianggap dapat dikatakan hasil kawin campur KA Argo Gede dengan KA Parahyangan dapat dipertahankan bertahan. Semoga saja dapat bertahan dan menjadi legenda baru di koridor Bandung - Jakarta.

K2-1, KA 19L, Purwakarta - Sadang