Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Minggu, 28 Februari 2010

Pelanggaran

Kalau ada pelanggaran ruang udara, biasanya tindakan pertama yang dilakukan dipaksa untuk berbalik atau diarahkan keluar ruang udara. Kalo masih ngeyel juga, dipaksa mendarat. Dan kalau masih tetep ngeyel, tembak jatuh bisa dilakukan. KAL 007 pernah merasakan hal ini, ditembak jatuh Su-17, yang katanya melakukan pelanggaran ruang udara.

Nah, kalo ada pelanggaran ruang pribadi, enaknya diapain yah? Apalagi gangguan ini udah berkali-kali. Dipaksa turn around, forced landing, atau shoot down. Kayaknya lebih seru kalo langsung shoot down.

np: Bob Marley - I Shot The Sheriff

Kamis, 18 Februari 2010

Membumi Bersama Si Kuning

Belum apa-apa, pagi ini sudah membumi bersama si kuning. Yah, membumi, down to earth alias nyusruk. TKPnya persis di depan SDN Kiara Condong 3. Luka sih nggak, cuma menghambat laju si kuning aja. Kalo soal malunya, udah kebal ....

Kronologinya begini, si Kuning melaju dengan speed 10 km/h dari arah utara. Eh, menjelang SDN Kiara Condong 3, ada ibu-ibu pake Mio merah memotong ke kiri, buat ngantar anaknya. Kagetlah diriku, terpaksa si kuning direm habis, sampai full service applied. Ndilalah (apa ini bahasa Indonesianya), rimnya basah, gara-gara ngajak si kuning berkubang. Walhasil, V-brake tidak dapat bekerja maksimal, ya terpaksa diusahakan berhenti sesegera mungkin.

Kaki depan si kuning sempat mencium mio si ibu ini. Yang aku takutkan saat itu, si ibu ikutan hard landing. Bisa makin panjang urusannya, mana udah siang pula. Terpaksalah diriku bergaya bak bintang film action, bail out dari si kuning, tanpa ejection seat dan parachute. Akhirnya aku mendarat dengan bantuan tangan kanan. Tidak ada luka, cuma tangan kiri yang kotor. Tidak ada korban lain yang jatuh, cuma si kuning yang terkapar, dan diriku ada beberapa meter di depan. Kelar bebersih pakai air di botol minum, perjalanan 500 m terakhir aku lanjutkan.

Duh ... gara gara disfungsi v brake, jadi pengen upgrade si kuning dengan full set discbrake ... tapi nunggu kelar nyetak duit dulu dah. Soal jatuh, nggak malu deh. Kalo malu, bisa-bisa takut sepedahan lagi. Sayangnya ndak ada yang rekam diriku pas eject, meskipun tanpa Martin Baker ejection seat. Padahal kalo ada rekamannya, bisa ditawarkan ke produsen pilem, buat pilem eksyen, adegan jatuh dari sepeda.

apa ini gara-gara pake sandal swallow hijau pembawa sial yah?

Senin, 15 Februari 2010

Bersepeda Lebih Cepat daripada Naik Mobil

Pagi ini si kuning kembali membuktikan kedahsyatannya menembus kemacetan. Perjalanan ke kantor yang sudah lumayan telat, dapat ditempuh dalam waktu 19 menit.

Awalnya nggak sengaja, berlomba dengan seorang teman kantor. Dia menggunakan Suzuki APV, diriku dengan Polygon Zero. Dengan sangat terpaksa (sebenernya nunggu pembuktian sih, siapa yang lebih cepet) mencoba mencari tahu siapa yang lebih cepat sampai di kantor.

Dengan rute Lengkong Kecil - Gatot Subroto - Kiara Condong sejauh 5,70 km, dan masih sempat berhenti buat beli koran di dekat BSM, eh masih lebih cepat sampai kantor daripada teman yang naik APV.

Memang, si kuning sempat diajak pencilakan pas melewati kemacetan, dan teman tersebut tertahan. Pas sampai kantor, terbukti si kuning sampai lebih dulu. Sebenernya kemacetan itu sih yang bikin si kuning melaju tak tertahankan dengan kecepatan rata-rata 18 km/jam, lumayan ngebut sih.

Kaya gini nih yang bikin aku lebih milih naik sepeda, daripada motor, lebih bisa diajak pencilakan, libas kubangan, sampe main lumpur. Dibilang aneh, gak masalah, yang penting aku merasa nyaman dengan si kuning.

Minggu, 14 Februari 2010

Air dan Api

Beberapa hari ini diriku berasa sumpek. Heran aja, kenapa sih semua orang mempermasalahkan hal yang sama terus. Aku mencoba mengingat-ingat, hal ini udah kurasakan sejak sepuluh tahun lalu. Paling lama semenjak eyang sepuh tidak bertahta lagi.

Setelah eyang sepuh turun tahta, semua orang bebas bicara. Sayangnya nggak semua orang bisa menggunakan hal ini dengan sebaik-baiknya, tetapi yang ada malah pada ribut sendiri-sendiri nggak jelas juntrungannya.

Bukannya menderita SARS (Sindrom Amat Rindu Soeharto) tapi cuma sebel aja liat keadaan yang kaya gini. Semua orang cuma muter-muter di situ aja, meributkan masalah yang itu-itu saja. Negara lain sudah memikirkan pergi ke Mars, kita masih ribut sesama saudara.

Seperti lagunya Naif berikut ini, Air dan Api, mengapa kita tidak memberikan waktu kepada logika daripada ribut melulu yang nggak jelas ujung pangkalnya.

Apa mauku apa maumu
Slalu saja menjadi
Satu masalah yang tak kunjung henti

Bukan maksudku bukan maksudmu
Untuk selalu
Meributkan hal yang itu-itu saja

Mengapa kita saling membenci
Awalnya kita slalu memberi
Apakah mungkin hati yang murni
Sudah cukup berarti

Ataukah kita belum mencoba
Memberi waktu pada logika
Jangan seperti selama ini
Hidup bagaikan air dan api

Perbedaan pendapat senantiasa ada, tinggal bagaimana kita menyikapinya. Apakah mau dihargai, atau dimusnahkan, terserah anda ....

Now Playing : Krakatau - Sekitar Kita

Jumat, 12 Februari 2010

Main Air Bersama si Kuning

Akhirnya, niatan main hujan kesampean juga. Bandung hujan deras, dan sore ini balik kantor dengan main basah-basahan. Cuma pake celana pendek+kaos, dilapis jas hujan, tas dibungkus cover anti air. Safety gears juga komplit, helm, lampu depan belakang, checked. Siap menembus hujan lebat bersama si kuning.

Sampai rumah, badan nggak gitu basah, tapi muka penuh lumpur. Biarin, yang penting hasrat main sepeda pas hujan tersalurkan. Dibilang aneh, ya inilah aku ....