Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Rabu, 30 Desember 2009

Pacaran dan Telepon

Beberapa waktu lalu, ada seorang teman yang bertanya, ada gak sih korelasinya antara pacaran sama kenaikan biaya telpon? Hmm ... pertanyaan yang lumayan menarik untuk dibahas ... hehehe.

Kalau ditarik ke belakang, kira-kira lima sampai enam tahun ke belakang, mungkin pernyataan tersebut ada benarnya. Terlebih lagi, harus menjalani hubungan jarak jauh. Mau nggak mau, harus memerlukan usaha ekstra untuk menjalin hubungan.

Di masa itu, memang tarif GSM belum semurah sekarang. Jaringan CDMA belum seluas seperti saat ini, dan pemilik handsetnya juga tidak sebanyak sekarang. Mau menggunakan layanan pesan instan, kualitas dan biaya koneksi belum begitu memuaskan. Pakai PSTN, makin nggak nahan biayanya. Kalau kata orang, cintaku berat di ongkos.

Peribahasa "jer basuki mawa bea" tetep berlaku juga buat urusan yang satu ini. Gimana bisa terjalin hubungan yang baik bila nggak pernah ada komunikasi, dan untuk berkomunikasi pun ada harga yang harus dibayar.

Kembali ke inti masalahnya, bener gak sih ada pengaruhnya dengan kenaikan biaya telpon, semua tergantung yang jalanin. Yang jelas, ada kenaikan biaya atau tidak, komunikasi harus dijalin dengan baik.

Makasih buat Joel atas curcolnya ... hehehe ... God bless you bro ....

Selasa, 29 Desember 2009

My Way

Ketika masalah hanya dijawab dengan nggak tahu
Ketika setiap usaha damai
tidak ditanggapi dengan baik
Ketika semua janji
tidak dapat ditagih
Ketika setiap pengorbanan
dianggap kebodohan

Dengan sangat terpaksa

perlu diambil tindakan

dengan caraku sendiri

I did it, my way
... .

np: Frank Sinatra - My Way

Tol Trans Jawa

Pas baca Kompas Jawa Tengah 291209 , ada sepotong artikel tentang rencana Jalan Tol Trans Jawa. Menurut artikel itu, trase jalan tol membentang dari Kanci - Pejagan - Pemalang - Batang - Semarang - Solo - Mantingan sepanjang 319 ,60 km.

Masih menurut artikel tersebut, jalan tol tersebut akan merangsang perekonomian sekitar jalan tol berupa peluang investasi seperti SPBU dan rest area dengan restoran dan pusat perbelanjaan. Belum lagi sektor usaha lain seperti rumah sakit, perumahan, hotel, tempat rekreasi, pertokoan dan kawasan industri.

Tampaknya aku kurang sependapat dengan hal ini. Kalau melihat pembangunan tol Cikampek - Purwakarta - Padalarang, yang terjadi malah menyurutkan ekonomi di sepanjang jalur "klasik" Cikampek - Padalarang.

Kalau kita lihat dari sejarahnya, awalnya Purwakarta memang di luar jalur utama poros Jakarta - Bandung. Groote Postweg, atau Jalan Raya Pos yang dibangun melewati Bogor - Sukabumi - Cianjur, bukan Purwakarta. Setelah jalan raya pos tersebut menyusul jalur kereta api dibuka menuju Bandung.

Ketika jalur baru kereta api Jakarta - Bandung melalui Cikampek - Purwakarta, barulah Purwakarta mulai berkembang pesat. Setelah tol Jakarta - Cikampek dibangun, semakin ramailah lalu lintas Jakarta - Purwakarta - Bandung yang berdampak pada perkembangan ekonomi setempat. Kira-kira tahun 2005 mulai beroperasi tol Cikampek - Purwakarta - Padalarang, aktivitas ekonomi sepanjang jalur non tol menyurut. Meski di Purwakarta dibuat akses tol, tampaknya hal ini tidak terlalu membantu.

Kekhawatiran yang sama juga melingkupi dioperasikannya tol Trans Jawa. Apakah dampak semacam ini telah dipikirkan sebelumnya? Apakah tol ini akan membawa dampak positif atau negatif bagi masyarakat sekitar? Jangan sampai pembangunan tol yang mahal malah membawa dampak negatif bagi masyarakat. Semoga saja tol ini dapat bermanfaat bagi semua dan ada sinergi dengan sarana transportasi lainnya.

Senin, 28 Desember 2009

Penyimpangan

Belakangan ini baru deh pada heboh soal infotainment yang kebablasan. Begitu ramainya semua orang pada ikutan komentar. Sampai-sampai ada juga yang memfatwakan haram untuk soal yang satu ini.

Kalau nggak salah, persoalan ini jadi ramai gara-gara tweet yang mengutuk peliput infotainment. Karena yang mengutuk seorang pesohor, nggak heran kalau tanggapannya langsung memicu kontroversi, baik pro maupun kontra. Lain halnya kalau itu tweet dari orang biasa saja semacam saya, pasti saya dianggap lagi kesambet.

Kembali ke masalah infotainment yang kebablasan, mengapa baru sekarang dipermasalahkan? Mengapa tidak dari dulu dikoreksi ketika sudah ada tanda-tanda penyimpangan. Sekarang, ketika penyimpangannya sudah dianggap keterlaluan, baru semua angkat bicara. Dan semua berbuicara seolah-olah ahlinya.

Seandainya kesalahan ini dikoreksi ketika penyimpangan belum separah sekarang, mungkin tidak terlampau sulit. Ibarat mengoreksi heading yang melenceng beberapa derajat dari course, apabila segera disadari dan dikoreksi, tidak akan terlampau jauh deviasinya. Tetapi apabila didiamkan saja, course yang ditempuh akan jauh dari waypoint yang dituju.

Bagaimana perkembangannya ke depan, kita serahkan saja pada "ahlinya"