Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Jumat, 29 Februari 2008

Pelantikan Ketua PP

Akhirnya calon tunggal ketua PP udah dilantik tanggal 290208 di GKJB. Ga tau kenapa cuma ada calon tunggal. No comment dah soal ini. Lagian di milis udah banyak berpolemik soal ini, mulai dari nggak ada yang mau jadi ketua dengan 1001 alasan, hingga kontroversi soal pendatang vs warga asli.

Pas pelantikan, sebelum jam 1820, gak ngerti apa yang terjadi, coz aku datang telat. Maklum abis macul, hehehe .... Lagian acara mulai jam 1700. Pas aku datang, udah tinggal acara pesan dan kesan aja (dan tentunya ramah tamah, alias makan, hehe ....)

Pesan pertama, dari Pak Wahyu. Beliau berpesan, agar kita tetap memiliki semangat dan motivasi pelayanan. Jangan mudah menyerah dengan kesulitan, walaupun banyak aral. Kadang kita berlindung di balik kesulitan dan berkata, mungkin Tuhan tidak mengizinkan. Jangan pernah kita berpikiran seperti itu. Selama peluang masih ada, kita jalan terus. Baru setelah mentok, kita boleh menyerah, jangan nekat. Intunya, jangan menyerah sebelum kalah. Kalau memang kalah, ya harus menyerah.

Disambung oleh Om Sulis, dengan flashback sepak terjang PP sejak kabinet Daton dengan segala kegiatannya, mulai dari di Lembang, Bogor, hingga di Banyumas. Sebagai majelis, beliau berjanji akan mendukung kegiatan PP, memberikan perhatian, inspirasi dan inisiatif, serta memberikan masukan bagi PP. Khusus buat kepengurusan Uta, diharapkan agar ada kegiatan ke luar, maksudnya kerja sama dengan pelayanan pemuda lainnya, antar gereja maksudnya, bukan cuma ada acara main di luar, hehehe .... Udah ada tawaran dari Cibunut tuh bos ....

Om Sulis juga minta PP memberikan masukan kegiatan kerja sama seperti apa, agar ditindaklanjuti, sehingga kegiatan PP bisa berkembang. Semoga PP bukan hanya membuahkan hasil di dalam, tetapi juga hasil di luar. Untuk kegiatan di luar, majelis akan mendukung untuk kegiatan PP ke depannya. Untuk Pak Ketua, semoga rencana yang dipegang Pak Ketua boleh berjalan dengan pertolongan Tuhan(Uh .... ribet amat nyusun kata-katanya ... hehehe)

Selaku mantan ketua, Condro juga menyampaikan pesan dan kesannya. Ternyata dia pernah "menubuatkan" (atau kutukan???) kalau suatu saat nanti Uta haru jadi ketua PP, dan sekarang bisa terwujud. Berusaha tetep bisa menyelesaikan masalah, nggak gampang nyerah dan setiap masalah kalo bisa di share sama teman lain, jangan dipendem sendiri. Pokoknya selamat melayani, selamat bersusah-susah di PP (tapi tetep asik kok), jadi berkat di PP dan lingkungan.

Giliran Daton, Uta diharapkan nggak takut menghadapi masalah, dengan pendeta sekalipun, coz kita punya Tuhan yang besar. Ngandalin Dia pun udah lebih dari cukup. Nggak usah mikir yang susah-susah, kadang solusi muncul dari pemikiran yang sederhana. Kalo orang bule bilang KISS, Keep It Simple, Stupid!!! Jangan sampai juga ide kreatif kita dikebiri, kaya ngecet gereja, bersihin kamar mandi, sebagai wujud kepedulian kita pada gereja. Overall, sebagai satu persekutuan, kita saling bantu dalam melayani, jangan diem aja .... Jangan lupa, persiapkan calon-calon pemimpin masa depan. Pemimpin yang baik pasti punya penerus yang baik pula.

Sekarang Indra yang menyampaikan pesannya. Kesan pertama dari rekan-rekan alumni PP, selamat buat Uta yang mau meneruskan kepempinan PP, meski calon tunggal. Satu hal yang menjadi pertanyaan bersama, PP akan dibawa ke mana, setelah Uta jadi ketua. PP jangan hanya berjalan seperti biasanya. PP harus bisa menciptakan ide-ide kreatif yang baru. Kalo ada yang bilang PP lagi krisis, disadari atau tidak, emang PP lagi krisis, terlepas kita menyadarinya atau tidak, seolah-olah kita tidak punya jatidiri. Kegiatan kita cuma kegiatan biasa, dan berapa persen sih yang bisa bertumbuh melalui PP GKJ? Semoga kita mau terlibat dalam pelayanan di PP, tidak semata-mata terjebak dalam rutinitas belaka.

Mama Vera juga ikut mengenang masa-masa pemudanya, kalau ada kegiatan ke luar, pasti melibatkan seluruh warga gereja, dari dewasa sampai tua. Beliau juga berpesan, PP diharapkan memiliki program kerja. Jangan sampai kegiatan PP bentrok dengan program kerja bidang pelayanan lain.

Pak Swasono juga nggak ketinggalan menyampaikan pesannya. Mengapa pemuda dari 8 wilayah menyusut hanya menjadi satu persekutuan, PP? Perubahan yang signifikan ini, harus dikelola lebih baik. Dan program yang ada, hendaknya kita dukung bersama. Satu tantangan bagi kita, mengapa kelompok PA pemuda yang pernah ada, apabila mengadakan acara pemuda gabungan, jumlahnya tidak lebih dari anggota salah satu kelompok PA tersebut.

Itulah sekilas laporan pandangan mata dari pelantikan ketua PP GKJB. Sori kalo bahasanya jadi berbelit-belit dan susah dicerna. Memang begitulah keadaanya. Anyway, buat kabinet baru selamat bekerja, dan selamat melayani. Mari kita sama-sama melayani di dengan segenap hati agar nama Dia dapat dimuliakan .....

#akhirnya selesai juga nulisnya#

Selasa, 26 Februari 2008

KA 78 220208

Akhirnya naik KA 78 lagi,dalam rangka pulkam ke Magelang via YK. Hmm ... akhirnya ketemu lagi teman2 di stasiun BD. Kali ini ketemu Pak Eko (KSB BD), Pak Mateta (Kahumas Daop 2 BD), dan teman dari Dipo lok BD.

Ngobrol sana sini, ternyata Pak Edy (Kadaop 2) mutasi ke Daop 4, dan penggantinya dari Daop 5. Gak masalah sih, yang penting mau "dìrepotkan" oleh railfan kaya kita (maunya) hehehe .... Belakangan ini juga lagi musim PS, sampai-sampai Pak Cahyo, WKSB BD, ikut PS.

Kali ini juga,nggak kaya biasanya, gak banyak tingkah. Langsung cari kereta exa 1 seat 8a, duduk diam, posting. Biasanya sih masih sempat pencilakan dan pethakilan di bordes. Maklum habis begadadang semaleman, dapat order dari juragan W.

Gak ada yang spesial sih di trip ini, paling-paling KA 78 telat 2 menit berangkat dari BD, baru berangkat 2002, ditarik CC 203 10.

2009, tertahan di sinyal masuk Cikudapateuh, baru bisa lewat Cikudapateuh jam 2014, silang dengan KA lokal, Jim West atau KA Bandung Raya, nggak ngerti. Untung aja ada beberapa teman yang online, jadi nggak bosen (aneh, railfan kok bosen naik kereta?).

2018, masuk KAC, berjalan langsung. 2021 lewat Gedebage. 2025 lewat Cimekar/Rancaekek, gak yakin sih, yang jelas di antara keduanya. Haurpugur dilewati pas 2033. 2036 berjalan langsung di CCL. Selepas CCL, KO.

Tau-tau, udah nyampe Tasikmalaya 2232 buat berhenti biasa. Suhu K1-64506R diset 19.5 derajat, lumayan dingin. Di kiri ada sekitar 10 gerobak kurs balas di emplasemen timbangan. KA 78 lepas dari Tasikmalaya 2237

Di Banjar, cuma berhenti sesaat aja, jam 2317. Tapi di Banjar ada CC 201 stabling. Sampai Cipari 0000. Abis tu KO lagi ....

Sampai sepur 3 YK 0330, langsung lirak-lirik cari objek. Di sepur 6, nongkrong KRDE Prameks Kuning dengan nomor kereta KDE3-07201 - KDE3-07205. Di sepur 1 KRD Prameks stabling. Jam 0335, KA 78 meninggalkan YK menuju SLO

Jam 0341 masuk Argo Lawu yang ditarik CC 203 16 milik dipo induk YK dan diberangkatkan menuju SLO jam 0346

0518 masuk KA Senja Utama YK dengan formasi 8 K2 dan 1 KMP2 di sepur 5 yang ditarik CC 201 48 denga livery merah biru. KA Kahuripan ditarik CC 201 14R berjalan langsung di YK menuju LPN jam 0535 di sepur 5

CC 201 49 yang membawa Senja Utama Solo masuk jam 0647 dan berhenti selama 7 menit. Ada yang cukup mengganjal, kereta K2-66504 milik SLO bentuknya mirip kereta K3, dengan ventilasi di atas jendela. Apakah K2-66504 dulu merupakan K3, dan naik kelas setelah PA, atau seri K2-665xx memang seperti ini?

Yang disayangkan, banyak yang nyolong tarif jadi free riders ke SLO pakai Senja Utama Solo. Padahal mereka bisa naik KA 482 Prambanan Ekspres yang berangkat jam 0603. Kalau dihitung-hitung, sampai di SLO nggak jauh beda, sekitar jam 0700.

Kereta terakhir yang kulihat adalah Taksaka GMR - YK yang masuk jam 0556 ditarik CC 203 01 milik YK.

Sayang KA Ketel maupun kurs pupuk nggak ada yang lewat. Mungkin lain waktu mereka bakal nongol

Sampai jumpa di trip berikutnya

Senin, 25 Februari 2008

Tipu Tipu Part 1

Tempo hari baca di Pikiran Rakyat, ada penipuan yang berkedok pencarian tersangka kasus narkoba. Modusnya, penipu mengaku dari polisi, menyuruh kita mematikan HP dengan dalih nomer HP kita sudah diduplikasi sindikat narkoba. Untuk membantu polisi, kita diminta untuk mematikan HP.

Di saat kita mematikan HP, si bandit mengabarkan kalau kita mengalami kecelakaan parah, sampai sampai kepala pisah sama kakinya (itu kata Kasino, hehehe ....) Banditnya mengaku sebagai dokter, yang minta uang untuk tindakan medis darurat, dan harus ditransfer dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, agar umur kita bisa diperpanjang.

Terang aja, keluarga mana yang nggak bingung bin panik ketika saudaranya berjuang di antara hidup dan mati. Kalau mau confirm kita, terang aja, nggak bisa. Lha wong menurut petunjuk daripada bandit yang terkutuk, hp kita dimatikan ....

Sebenernya sih tipu-tipu macam gini sih, bisa ditangkal, meski kita belum tentu menangkap banditnya. Ketika kita ditelpon seseorang, yang mengaku kasat serse polres anu lah, kasat narkoba polresta anu, atau perwira polisi di mana saja, bahwasanya nomer kita telah diduplikasi oleh sindikat narkoba, atau sindikat lainnya, nurut nurut aja. Kalo suruh matiin hp, bilang aja nggih pak. Sapa tau yang nelpon bukan bandit, tapi polisi betulan, kalo ngeyel, bisa-bisa kena tuduh membantu tindakan kejahatan dan bisa gawat urusannya. Soal gimana nomer kok bisa diduplikasi, ga ngerti gw.

Langkah berikutnya, matiin hp kita, yang katanya diduplikasi nomernya. tapi JANGAN LUPA menghubungi keluarga, kalau HP kita sedang dimatikan, karena (katanya) sudah diduplikasikan. Masih katanya lagi, untuk menangkap bandit, HP kita dimatikan.

Logika kalau memang diduplikasikan nomer hp kita, Kalo kita punya 2 nomer HP, paling-paling cuma 1 nomer aja yang diduplikasi. Kalo sampe 2 nomer, banditnya niat amat ya, sampe semua nomer punya kita diduplikasi semua. jangan-jangan banditnya malah temen sendiri, hehehehe ..... Kalau kasusnya kaya gini (kita ada lebih dari 1 nomer), matiin aja nomer yang katanya diduplikasi, dan biarkan nomer yang lain tetep on, biar kita tetep bisa dihubungi keluarga.

Kalau kita cuma punya satu nomer hp, ya hubungi keluarga dulu, buat jaga-jaga, plus kasih tau posisi kita ada di mana, kita sedang apa, dari mana mau ke mana, dlsb. Termasuk ke mana menghubungi kita, selama HP kita black out. Bisa ke temen sekantor, bos, kantor, pacar, selingkuhan, atau apapun, terserah sampeyan. Pokoknya sampeyan sama keluarga sampeyan, bisa saling tahu posisi.

Nah, ketika bandit yang terkutuk mengabarkan kalau ada anggota keluarga yang mengalami kemalangan yang sangat parah cideranya, sampai-sampai kepala pisah sama kakinya, si penerima kabar jangan panik dulu. Cek dulu ke kantor, teman, maupun tempat yang biasa dikunjungi anggota keluarga yang dikabarkan mengalami kemalangan. Nggak usah didatengin, ditelepon aja. Jangan sms, ntar kelamaan. Lagipula si bandit juga masih baik kok, kasih waktu 30 menit sampai 1 jam buat transfer duitnya. Dia juga mikir, kalo kita nggak punya mesin atm di rumah. Waktu yang diberikan sama bandit yang baik (mana ada bandit yang baik), kita manfaatkan sebaik-baiknya.

Jangan lupa tanya ke mas/mbak banditnya, saudara kita ditangani di rumah sakit apa dan tanya dokter yang menagani. Kalo udah tau di rumah sakit apa, bisa dicek ke rumah sakit bersangkutan dulu, per telpon (masa nomer telpon rumah sakit ikut diduplikasikan juga). AWAS, jangan tanya nomer telpon rumah sakit ke mas/mbak penipunya, tanya ke 108 (hebat juga kalau 108 bisa dilibatkan). Kalau tanya ke bandit, iindikasikan nomer yang diberikan si bandit, nomer punya komplotannya.

Kalo dicek saudara kita sehat walafiat bin segar bugar, 100% mas/mbak banditnya gagal. Tapi kalo pas dicek ke kantor, rekan, maupun contact person selama hp kita black out, mereka tidak tahu di mana kita berada, bisa dicek ke rumah sakit yang disebutkan oleh si bandit. Seandainya jawaban rumah sakit yang dihubungi negatif, si bandit sudah kalah.

Emang sih kalo udah panik, akal sehat bisa terlewati. Tapi dengan kewaspadaan bisa mementahkan segala tipu daya. Untuk berjaga-jaga, simpanlah nomor kantor atau rekan daripada saudara yang kita sayangi, untuk menghindari penipuan dengan modus seperti ini. Kata bang napi, kejahatan terjadi bukan karena hanya ada niat pelakunya, tetapi juga kesempatan. WASPADALAH, WASPADALAH

Rabu, 20 Februari 2008

Hasan, Bocah Penjaga Perlintasan Kereta Api di Kaliombo

Upahnya untuk Obatkan Sang Ayah ke Rumah Sakit
Hujan deras tak menyurutkan semangatnya. Berteman jas hujan dan bendera merah kumal. Umpatan pengendara motor pun jadi hal biasa. Menjadi santapannya sehari-hari.

AHYA ALIMUDDIN, Kediri
---

Kulitnya legam, menandakan sering terkena sengatan sinar sang mentari. Topi dan celana pendek yang dikenakan membuat penampilannya mirip Si Bolang. Tokoh film anak-anak yang di putar salah satu stasiun televisi swasta.

Tubuh kecilnya terlonjak dari duduknya ketika lamat-lamat terdengar suara kereta dari jauh. Bocah kelas VIII SMPN 7 Kediri ini kemudian berdiri di tengah jalan beraspal. Mengacungkan bendera merah kumalnya. Menyetop kendaraan yang hendak melintasi rel.

Ya, bocah bernama lengkap Muhammad Hasan Basri ini memang seorang penjaga pintu perlintasan kereta api (KA). Tapi, tentu saja, bukan petugas resmi dari PT KA. Hasan adalah penjaga sukarela satu dari sekian banyak perlintasan KA yang tak berpalang pintu. Lokasi ’tugasnya’ di Jalan Kaliombo Kota Kediri.

"Saya di sini (jadi penjaga perlintasan KA, Red) sejak kelas 5 SD," cerita Hasan.

Itu berarti tiga tahun silam. Dan selama itu, Hasan bertugas mulai pukul 14.00 hingga menjelang maghrib. Dia meninggalkan posnya bila ingin makan atau salat.

Di antara penjaga perlintasan KA tak berpalang pintu yang ada di Kota Kediri, hanya Hasan yang seorang bocah. Dua rekannya di tempat itu juga orang dewasa. Yaitu Suparjan, 61, dan Suprih, 37.

Perbedaan usia itu justru memudahkan pembagian waktu kerja ketiganya. Suparjan, atau akrab disapa Mbah Jan, kebagian ’shift’ pagi. Mulai pukul 06.00 hingga 14.00. Setelah itu diganti Hasan yang sudah menyelesaikan waktu sekolahnya. Usai Hasan, giliran Suprih yang bertugas hingga kereta terakhir lewat. Yakni sekitar pukul 23.00.

Awalnya, Hasan hanya iseng jadi penjaga perlintasan di situ. Lama-kelamaan jadi rutinitas. Apalagi setelah didukung oleh Mbah Jan. "Daripada hanya dolan saja, saya sarankan tetap menjaga (perlintasan KA, Red)," kata kakek satu cucu tersebut.

Saran Mbah Jan memang tepat. Dari pekerjaannya itu, Hasan bisa mendapatkan uang antara Rp 10 ribu hingga Rp 25 ribu per harinya. Uang itu dari tip yang diberikan pengendara motor yang melintas.

Penghasilan sebanyak itu sangat membantu Hasan yang ayahnya hanyalah tukang becak. "Untuk bayar sekolah dan beli buku," tuturnya lirih.

Sebagai tukang becak, penghasilan ayah Hasan hanya cukup untuk makan. Sedangkan upaya ibunya jadi buruh cuci juga tak banyak membantu. Dengan mengandalkan upahnya tersebut, kini Hasan benar-benar bisa mandiri. Sejak tiga tahun lalu, Hasan tak lagi jadi beban orang tuanya. Biaya study tour hingga syukuran khitanan dirogoh dari kocek Hasan sendiri.

Hasan bahkan masih bisa membantu orang tuanya. Bila uangnya masih tersisa, diserahkannya pada Sriani, sang ibu.

Suatu ketika, ayah Hasan harus opname di rumah sakit karena infeksi lambung. Uang yang diberikan Hasan itu juga yang digunakan untuk melunasi sebagian biaya.

Tapi, bukan hanya cerita suka yang diperoleh Hasan selama tiga tahun bertugas. Dukanya, kalau hujan dan ada pengendara yang ngeyel. Tak jarang, Hasan jadi sasaran caci-maki pengendara yang tak sabar menunggu kereta melintas. "Biasanya mereka protes lha wong keretanya masih jauh kok sudah distop," lanjut anak keenam dari tujuh bersaudara ini.

Menurut Hasan, dulu pernah ada bocah lain yang juga ikut menjadi penjaga perlintasan. Sayangnya, bocah cewek yang masih kelas 6 SD tersebut tak meneruskan karena malu. Ini berbeda dengan dirinya yang tak malu melakoni pekerjaan seperti itu. Dia pun bertekad tetap menjadi penjaga perlintasan walaupun nanti masuk ke sekolah yang lebih tinggi.

Apalagi, walaupun harus nyambi bekerja seperti itu ternyata tak mempengaruhi prestasi Hasan di sekolah. Dia selalu menyempatkan diri untuk belajar sehabis bertugas. Hasan juga tetap bertugas walaupun tengah ujian.

"Nilainya cukup baik, malah di atas rata-rata kelas," tutur Riyadi, wakil kepala SMPN 7 Kediri.

Pihak sekolah, menurut Riyadi, sangat paham dengan kondisi anak didiknya itu. Mereka juga beberapa kali memberi bantuan. Baik itu lewat dana sosial maupun zakat. (fud)

RADAR KEDIRI Rabu, 20 Feb 2008

Minggu, 17 Februari 2008

Teman, Yang Datang dan Yang Pergi

"Tom, kita sedih saat lo ngomong bakal ninggalin kita, karena pindah kerja. Tapi ternyata, lo nggak jadi pindah dari Bandung, dan kita yang malah ninggali lo ...." Penggalan arsip chatku dengan seorang teman tanggal 191207 di suatu tempat antara BD - Tasik. Yah ... di sepanjang perjalanan BD - YK, aq memang sering online, setidaknya buat menjumpai my online buddy yang far-far away di sana.

Entah kenapa, potongan pembicaraan itu, kini makin terngiang-ngiang di kepalaku. Mungkin dalam waktu dekat, aku bakal ditinggal pergi my buddy dalam waktu yang cukup lama. Emang sih, dia pergi buat mengejar mimpi-mimpinya, dan apapun yang aku lakukan nggak akan dapat menghalangi kepergiannya.

Teringat pembicaraan semalam, saat habis nganter Laras, sepulang nonton 1408. "Buat kita, sekarang emang udah saatnya. Gw, udah kerja dan nggak bisa sering2 balik Bandung lagi. Lo sibuk dengan kerjaan lo sendiri dan rencana lo mau kuliah lagi. Debbie sama Anggi bentar lagi kerja. Si Yonda juga udah kerja. Astu sendiri, ga tau mau balik ke Bandung kapan. Makanya kalo gw ada kesempatan main rame-rame, gw bakal main sepuas-puasnya."

Yah ... emang, sekarang udah saatnya untuk hidup lebih serius, nggak cuma ngumpul-ngumpul aja, terus seneng-seneng sendiri. Memikirkan masa depan yang penuh ketidakpastian.

Sering kali aku bertanya, mengapa aku harus kehilangan my buddy saat aku menikmati "saat-saat gila" bersama mereka. Tapi meski jauh dari mereka, aku tetap menemukan temen-temen yang sama "gilanya" dengan mereka. Itu yang aku rasakan sejak lulus dari damn Gladiool High School.

Pas SMA, aku bisa menemukan kegilaan bersama Yosi, Theo, Andre, Yoyo, Kasdu, Dimas, KS, Wuri, Timo, Maya, John, Erika, dan temen2 persekutuan lainnya. kalo disebut semua bakal panjang banget.

Ketika harus tercerai-berai, karena kuliah, aku menemukan orang-orang seperti Bowo, Kristi, Aji, Dewi, Julius, Ary, Christine, Niken, Bayu, Timmy, dan temen-temen lain di GKI Bintaro Utama.

Begitu juga ketika aku pindah ke Bandung. Aku harus berpisah dengan mereka. But, Tuhan telah menyediakan teman yang nggak kalah gilanya di PP. Seperti Astu, Daton, Debbie, Anggi, Yonda, Samuel, Rini, and the gank.

Aku nggak tahu berapa lama kegilaanku bersama mereka. Dan sekarang, di antara mereka sudah mulai sibuk dengan kegiatan mereka. Kita sudah jarang ngumpul bareng, dan kalo ketemu pun cuma lewat YM. Tak tahu lah ....

Anyway, makasih buat semua yang telah kalian berikan untuk melakukan semua kegilaan yang ada .... Aku nggak akan lupakan semua kebaikan kalian. Keep in touch buddy, God Bless You All .....

Senin, 11 Februari 2008

Kecewa ...

Pagi-pagi, pas sibuk bikin laporan mingguan, tiba2 masuk instant message dari seorang teman.

"Sis, ada waktu g buat gw?"

"Gw lagi ada masalah. Kali ini gw serius."

Hmmm, jarang-jarang dia kirim pesan kaya gitu. Biasanya kita becandaan terus kalo lagi chatting. Pesan ini naga-naganya my buddy lagi ada masalah yang bener-bener serius.

"Sis, kayaknya gw mundur deh dari pelayanan gw. Gw udah terlalu sering dikecewakan.Gw udah sakit ati sama mereka. Daripada gw terus-terusan makan ati, mendingan gw yang mundur teratur aja. Tolong kasi tau temen2 sepelayanan gw. Makasih sebelumnya. GW cabut dulu yak. GBU."

Benar dugaanku. Masalah yang cukup serius. Aku udah ngerasa kalo dia bakal ngambil keputusan kaya gini, mundur dari pelayanannya yang sekarang. Cuma gw belum tau kapan waktunya aja.

Aku juga pernah ngerasain hal yang sama kaya elu. Berkali-kali dikecewakan dalam pelayanan. Kalo nggak inget, siapa yang gw layanin, Our Awesome God, udah gw sabotase tuh acara. Bayangin aja, udah capek2 nempuh jarak belasan km sebagai rasa tanggung jawab gw di pelayanan, eh begitu tiba di site, mereka pada ngomong, lo udah ada yang gantiin. Pikir gw, kenapa ga ada yang info gw kalo udah digantiin. At least sms lah. Gw kecewa berat sama semua rekan sepelayanan. Gw juga mau ambil keputusan buat mundur total. Tapi keputusan itu gw pertimbangkan lagi, secara gw diingeitin My Heavenly Father, apa tujuan gw melayani.

Emang di pelayanan kadang (sering bahkan) kita dikecewakan, termasuk rekan sepelayanan kita. Di sinilah kita diuji. Apakah motivasi kita melayani Dia? Apakah karena kerinduan kita? Tugas dan panggilan dari-Nya? Ataukah kita hanya mengejar kemegahan diri sendiri?

Kalo lo baca blog gw, gw serahin keputusan, soal pelayanan. Apa lo mau mundur, apa mo kembali. Kalo lo mundur dari pelayanan lo, gw harap lo nemuin panggilan pelayanan lo di tempat lain. Tapi kalo lo, mau balik lagi, gw mau jadi rekan sekerja lo. Gw tunggu jawaban atas panggilan Our Father. GBU

#vero#

Minggu, 10 Februari 2008

Trip Report 090208: Leg IV (GMR - BD)

Fuh, akhirnya KA 29 yang ditarik CC 203 35 dari CN sampai GMR jam 1654, bonus 16 menit. Skenarioku berjalan lancar sampai saat ini. Aku tetap bisa mengejar KA 24 jam 1745, dan ETA BD jam 2023. Jalan-jalan dengan 4 kereta di hari yang sama.

Selagi menunggu KA 24, aku menunggu (lagi-lagi) di peron 3. Di sepur 4 masih menunggu KA 30 Argo Jati dengan ETD 1710. Di sepur 1 ada KA 34 Eksekutif Malam Bima tujuan SGU. Sepur 2 dan tiga digunakan lintasan KRL Jabodetabek.

Tiba-tiba muncul pengumuman, KA Ekspres Pakuan belum dapat diberangkatkan, karena jalur GMR - MRI masih antre, setiap blok terisi kereta. Wah gawat, KA 24 bisa molor berangkatnya, ETA BD pun bisa molor nggak jelas. Pokonya agak kacau jadwalnya. Sampe-sampe, KRL ekonomi Holec BLB di sepur 2, demi memberi kesempatan buat KA Eksekutif Malam Bima bertolak menuju SGU.

Saking padatnya, KA 34 diberangkatkan jam 1720 dengan perintah BS dan MS untuk mengejar keterlambatan. Mungkin perintah itu hanya berlaku sampai MRI.

Jam 1740, GMR mulai hujan deras, terpaksa aku menunggu keberangkatan KA 24 di dalam kereta exa 1 dengan nomor K1-02531, rebutan tempat pula sama 2 orang portir.

1800, KA 24 berangkat menuju BD, telat 15 menit. Lumayan penuh,tapi masih ada seat kosong. Pindahlah aku ke seat 1D, dari 7B. Tapi mau liat apaan??? Di luar gelap. Gak ada yang menarik!!! Mendingan tidur aja ....

2100 KA 24 tiba di BD, lumayan telat, 37 menit, bonus buat railfan ....

Akhirnya selesai juga petualangan K1 selama 16 jam, BD - GMR - CN - GMR - BD. Agak gila sih, masa bertualang naik K1. Dari petualangan gila ini berhasil naik 4 kereta yang berbeda, tapi kelas yang sama dalam hari yang sama pula.

Sampai ketemu di petualangan berikutnya ....

Trip Report 090208: Leg III (CN - GMR)

Akhirnya KA 94 yang membawaku di kereta exa 2 seat 5D tiba di CN jam 1300. Dengan perasaan was-was aku turun dan mencari pintu keluar. Gimana nggak was-was, kalau kehabisan tiket KA 29, harus stabling di CN, nunggu Argo Jati hari berikutnya, KA 27 jam 0545. Itupun kalau tiket hari berikutnya nggak sold out. Soalnya, kata seorang teman, okupansi Argo Jati minimal 90%. Orang-orang Cirebon, katanya, kalau ke Jakarta lebih suka naik kereta, sebab cuma bnutuh waktu sekitar 3 jam buat sampai Jakarta. Naik bis, lebih lama, lagian jalur pantura Cikampek-Cirebon termasuk jalur maut. Bagi mereka, ongkos tidak menjadi masalah, asal cepat dan aman.

Langsung saja aku keluar, untuk bersiap berburu tiket KA 29. Di pintu keluar, langsung disambut oleh abang-abang becak yang menawarkan jasanya. Kalau saja ada yang menawarkan buat KLB ke GMR sih boleh, hehehe.... (dasar railfan).

Setelah tengok sana tengok sini, ketemulah si mbak yang jualan tiket KA 29, berangkat jam 1400 dari sepur 2. Lumayan, masih ada 55 menit lagi, pikirku. Mendingan tunggu di dalam, sekalian hunting kereta. Siapa tau dapat objek menarik.

Aku teringat email seorang teman yang mengatakan kalau si mbah CC 200 15 sekarang ditempatkan di luar los. Kucoba saja mencarinya. Aha ... ternyata benar. Dia kelihatan di luar bangunan dipo dirangkai dengan gerobak angkutan dinas dan kereta penolong. Di depan si mbah, ada D 301. di los dipo juga tampak CC 201 dan CC 203 35. Kalo liat si mbah, jadi ngerasa kasihan. Dulu pas masa jaya-jayanya dapat tugas narik KA bendera. Tapi kini ketika uzur, hanya diparkir di luar, beratapkan langit.

Si mbah kini tinggal sendirian, setelah saudaranya, 08 dan 09 telah dipanggil yang "kuasa" dan beristirahat di BY Pengok. Terbayang betapa sedihnya si mbah ketika melihat dua saudaranya yang terakhir, yang berwarna merah biru, dipanggil satu per satu, ditarik tak berdaya menggunakan KLB menuju Pengok.

Jam 1400, rangkaian KA 29 siap di sepur 2, ditarik CC 203 35. Dapat di kereta 6, nomer 2 dari depan. Hmm, lumayan penuh kereta 6, dapet seat 6D, window seat. Sial, ternyata kolom, D ada di sisi kiri. Artinya bakal ketemu pemandangan yang sama, dengan perjalanan GMR - CN. Lagian kaca sampingnya udah buram. Mau liat apaan .....Bodo amat ah ... nikmatin aja.

Sayang, ketika berangkat, pintu kereta bernomor K1-95816 pada nggak ditutup, dibiarin kebuka. Ditambah pintu otomatisnya rusak. Jadilah suara konser flens beradu dengan rel masuk ke dalam kereta.

ETA GMR 1638, agak meleset sih. 1654 baru sampe GMR, bonus 16 menit. Overall, CN - GMR lumayan nyaman, lagian bisa nengok si mbah CC 200 15.

Perjalanan GMR - BD ada di entry berikutnya .....

Sabtu, 09 Februari 2008

Trip Report 090208: Leg II (GMR - CN)

Dengan Parahyangan KA 53, tibalah di Gambir (GMR) jam 0823. Agak telat dari jadwal sih, 07.47, tapi kan bagi railfan, telat artinya bonus naik kereta, hehehe .....

Untuk menyambung perjalanan ke Cirebon (CN), ada 2 alternatif. Pertama, naik Argo Jati KA 28 jam 0900, atau KA 94 Cirebon Ekspres jam 0930. Pilihan jatuh pada KA 94 dengan pertimbangan, untuk kembali ke GMR dari CN, bisa menggunakan KA 29 Argo Jati jam 1400. dan bisa balik BD dengan Argo Gede KA 24 jam 1745.

Kalo ke CN pakai KA 28, balik ke GMR, harus nunggu KA 97 Cireks jam 1500, dengan ETA GMR 1752. Pilihan ini dihindari karena terlampau berisiko untuk stabling di GMR, bila ketinggalan KA 26 Argo Gede jam 1930. Lebih baik stabling di CN daripada di GMR. Lagian di sekitar CN, ada hotel dengan tarif murah meriah.

Setelah pasti mengambil KA 94, menunggulah daku di lantai 2 peron 3 dan 4 GMR. Eeeh .... ternyata ada anak2 TK yang sedang dikenalkan pada kereta. Tampak mereka pegang tiket Pakuan Ekspres. Gak tau mereka mau ke mana. Yang jelas ketika ada Pakuan Ekspres masuk, penuh juga dengan anak 2 TK. Kayaknya Pakuan Ekspres buat plesir anak2. Sayangnya penjelasan bapak-bapak dari PT KA terlampau teknis, jauh dari pikiran anak2 TK.

Tiba-tiba di sepur 3, masuk KA 15 Argo Gede dari BD yang ditarik CC 204 06, punya Dipo Induk Yogyakarta (YK). Ketika tanya Masinis (atau Juru Api/Jra), kok yang narik lok YK apakah habis narik KA 75 Lodaya Malam SLO - BD, beliau menjawab tidak tahu. Dan pas ditanya apakah akan dipakai menarik KA 78 Lodaya Malam BD - SLO, beliau menjawab mungkin, mungkin juga malah dipakai dinasan KA 38 Turangga BD - SGU. Pertanyaannya, pada kemana lok punya dipo induk BD. Kalau benar habis dinasan KA 75, artinya si 06 hanya dilepas dari rangkaian KA 75, pindah dari sepur 2 ke sepur 5, langsung dinas KA 15. Jam 0910, 06 langsung dinas KA 18, Argo Gede menuju BD

Jam 0935, KA 94 seharusnya sudah berangkat, tapi ternyata telat. KA 94 baru bergerak dari peron 4 GMR jam 0957. Sempat berhenti sebentar di JNG untuk menaikkan penumpang. Sempat kuatir juga kalau KA 94 telat sampai CN. Artinya, nggak akan bisa ngejar KA 29. Apalagi informasi di ticketing.kereta-api.com, KA 29 hanya menyisakan 34 kursi. Terbayang harus stabling di CN.

KA 94 cukup nyaman sih, tapi sayang joknya agak keras (Sial lupa catat nomer keretanya). Okupansinya pun lumayan. Kalau 90% rasanya masuk. Mungkin juga karena lagi liburan Tahun Baru Imlek, saudara2 etnis Tionghoa pada mudik ke CN.

Di sebuah stasiun (lupa namanya, yang jelas sebelum Jatibarang) ada yang menarik perhatian. Dalam 3 sepur yang berbeda, terdapat 3 jenis penambat elastis yang berbeda pula, yaitu Pandrol, KA Clip, dan McKay.

KA 94 juga sempat berhenti di Jatibarang untuk menurunkan penumpang. Akhirnya jam 1300, KA 94 tiba di CN. Lumayan, dapat bonus 31 menit dari jadwal. tetapi kalau dihitung dari waktu aktual berangkat, yang telat 20 menit, KA 94 cuma telat 11 menit.

Satu hal yang agak menggangu, cuma ada anak2 yang teriak teriak di kereta. Yah namanya juga anak-anak. Siapa tau, gedenya nanti jadi railfan, hehehe .......

Perjalanan berikutnya, dari CN ke GMR, ada di Trip Report 090208: Leg III (CN - GMR)

Trip Report 090208: Leg I (BD - GMR)

Huh... gara-gara cuti bersama dibatalin, jadi bingung ngabisin weekend. Rencananya sih mau ikutan live in PP, tapi apa daya cuti bersama dibatalkan. Kalo bolos, sayang duitnya. Tiba-tiba terpikir, kenapa nggak joyride ke Cirebon (CN), sekalian liat CC 200 15.

Hari yang dipilih buat joyride adalah Sabtu, 090208, dengan pertimbangan, kalo ga bisa ngejar kereta balik ke Bandung (BD), bisa ngejar di hari Minggunya, jadi nggak perlu takut telat. So, Jumat malam, abis ngantor langsung packing buat joyride selama 2 hari. dengan asumsi kemungkinan terburuk bakal nginep di CN. Lagian di CN udah nemuin hotel yang deket stasiun. Kalo kemalaman di Gambir (GMR), bakal lebih repot.

Akhirnya, eksekusi rencana joyride ke CN dilakukan. Sesuai rencana, joyride ini bakal menggunakan jenis kereta yang berbeda, kalau bisa, yaitu Parahyangan, Argo Gede, Cirebon Ekspres, dan Argo Jati. Dan joyride akan dibatalkan bila KA Parahyangan jam 0630 tidak terkejar, soalnya dipastikan bakal menginap di CN.

Setelah melihat jadwal KA, diputuskan berangkat dengan KA 53, Parahyangan paling pagi, pukul 0500, dengan ETA (estimated time arrival) GMR 0747. Fuh, ternyata terkejar juga KA 53, hanya 12 menit sebelum ETD (estimated time departure), dapat di kereta 1 seat 7A. Di kereta nomor K1-67503, ternyata hanya berisi 3 orang!!! Dua penumpang dan 1 orang Petugas Layanan Kereta Api (PLKA). Ketika tanya sang Kondektur Pemimpin (KP) total penumpang hanya 44 orang di kelas bisnis (K2) dan 6 orang di kelas eksekutif (K1). Jadi teringat kata-kata Aryo, "Kalau sampai minggu depan sepi kaya gini terus, bapak (bapaknya Aryo) nggak akan terima gaji." Maklum, keluarga dia kan keluarga kereta.

Karena kereta Exa 1 ada di paling belakang, bisa backriding dan side riding nih, sambil hunting yang ijo-ijo, begitu pikirku. Tapi kalau di luar masih gelap, mau hunting apa? Mendingan tidur aja dulu. Selagi kosong, putar aja kursi di depan, sehingga bisa selonjoran.

Akhirnya bisa juga hunting sambil backriding. Tapi, damn, pintu belakang macet. Terpaksa hunting dari balik kaca jendela belakang, meski hasilnya kurang terang.
Sampai GMR sih agak telat, jam 08.23. Tapi gak papa. Buat railfans, tambah lama di kereta tambah seneng. Asal tambah lamanya nggak berjam-jam, hehehe ......
Perjalanan selanjutnya, ada di Trip Report 090208: Leg II (GMR - CN)

Selasa, 05 Februari 2008

Cuti Bersama Batal, Ubah Rencana

Cuti Bersama Batal!!!
Aku tahu dari Mas Miko. Berita itu didapat dari intranet. Ah, nggak percaya. Langsung aja aku cek di internet. Ternyata benar. Sial.... Kenapa dibatalin ... mendadak pula kabarnya .... Masalahnya, bukan pada dihapusnya, tapi kenapa begitu mendadak. Kata menteri, yang lamis, untuk meningkatkan produktivitas. Ah, bullshit. Ngomong aja menterinya lagi gak punya duit buat liburan. Bukannya produktivitas naik. Kalo caranya kaya gini, produktivitas malah turun.

Akibatnya, rencana ikut live in yang diadain PP di golden water langsung dibatalkan. Sori buat panitia, gw nggak bisa ikut. Banyak godaan juga sih. "Ikut dong," "sekali-sekali bolos gak papa," "rugi lho kalo nggak ikut." Gw malah rugi kalo bolos, coz potongan take home pay lumayan banyak. Bisa buat nutup ongkos balik.

Setelah itu aku berpikir. Ternyata ada sesuatu yang bisa dilakuin dengan pembatalan cuti bersama. kalo orang bule bilang blessing in disguise lah. Akhirnya aku bisa traveling sendiri ke Cirebon, nyobain naik Cireks atau Argo Jati. Naik KRD Patas BD-CCL, or maen ke Dipo Lok BD.

Orang lain yang kena berkah gara2 cuti bersama adalah si Ibu. Dia gak perlu repot2 ngurusin acara selamatan, toh dia ngantor. Lagian kita juga udah males ngurusin hal kaya gituan. Apalagi yang jadi komandan si mbokde.

Minggu, 03 Februari 2008

Jualan Buku



Tanggal 3 Februari, PP jualan buku. Kita lagi cari dana buat acara live in golden water. Terjemahan bebasnya, tinggal di Banyumas. Gak tau kenapa, buku ini, "Cantik dan Langsing Tanpa Stres" menarik perhatianku. Judulnya langsung mengingatkanku pada pada seseorang. Yup!!! My lovely auntie. Pernah nginep di hospital gara2 mo nurunin berat badan. Berhasil turun sih, tapi harus masuk RS dulu. Kayaknya ini buku cocok buat dia