Untuk memperingati peristiwa tertentu yang dianggap penting, biasanya diterbitkan sampul peringatan oleh otoritas pos maupun pihak yang ingin mengabadikannya. Biasanya sampul peringatan ini diberikan ilustrasi yang berkaitan dengan peristiwa yang diabadikannya. Begitu juga dengan cap yang diterakan, didesain secara khusus pula
Celoteh dan pemikiran Maz Tommy yang kadang kontroversial, kadang biasa saja. Kalo mau baca, baca aja, nggak perlu dipikir serius, kecuali diperlukan. Kalo nggak mau, ya nggak apa apa.
Waktu menunjukkan
Pencarian
Tampilkan postingan dengan label Kereta Api. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kereta Api. Tampilkan semua postingan
Jumat, 07 Maret 2014
Selasa, 10 Desember 2013
Peristiwa Luarbiasa Hebat 19 Oktober 1987
Siang ini, Senin 09 Desember 2013 aku dikejutkan oleh adanya kabar peristiwa luar biasa hebat (PLH) yang menimpa KA 1131 jurusan Serpong - Tanah Abang di perlintasan Ulujami. PLH ini terjadi karena KRL Commuter line menumbuk truk tangki bermuatan premium 24 kilo liter dan terbakar hebat. Awak KA dikabarkan meninggal dunia, yaitu masinis Darman Prasetyo, asisten masinis Agus Suroto dan teknisi Sofyan Hadi. Selain itu juga jatuh korban tewas dan luka-luka dari penumpang kereta api.
Selasa, 25 Desember 2012
Surat Tagihan Pungutan Verponding 1935
Beberapa waktu lalu, saya memenangkan lelang dokumen kuno di jejaring sosial. Dokumen itu merupakan surat tagihan pungutan verponding yang kini dikenal sebagai PBB. Surat tagihan ini dikirimkan oleh kepala inspeksi keuangan Magelang pada tanggal 10 Oktober 1935 jam 1500, sesuai dengan cap pos pada surat ini. Surat yang berupa warkat pos ini merupakan surat dinas, sehingga dibebaskan dari porto.
Jumat, 21 Desember 2012
Harga Tiket Kereta Semakin Menggila
Seperti biasa, semua jenis angkutan mengalami musim panen menjelang hari libur. Tidak terkecuali angkutan jalan rel, yang di negeri ini hanya dioperasikan oleh PT Kereta Api (Persero). Momentum ini tidak disia-siakan dengan menerapkan tarif batas atas untuk kelas komersial.
Sabtu, 24 Maret 2012
Jelajah Grabakmerbabu - Candiumbul
Sebenarnya ini bukan penjelajahan yang direncanakan, cuma ide yang melintas secara tidak sengaja. Mumpung berada di sekitar lokasi, mengapa tidak kita eksekusi saja. Awalnya hanya perjalanan pulang dari Banaran bersama Ryan. Sesampai daerah Ngipik, timbul ide untuk mencari eks setasiun Grabagmerbabu dan Candiumbul. Karena mendadak, tidak ada persiapan peta ataupun kamera. Lokasi setasiun pun hanya mengandalkan perasaan dan ingatan saja.
Selasa, 24 Januari 2012
Djeladjah Djaloer Spoor bersama Kota Toea Magelang
Kembali Kota Toea Magelang hajatan. Kali ini acaranya menelusuri jejak jalur mati Magelang Kota - Secang - Temanggung - Parakan yang dikemas dengan nama "Djeladjah Djaloer Spoor". Kegiatan yang diikuti oleh sekitar duapuluh orang ini dilaksanakan tanggal 22 Januari 2012. Bagi mereka yang tidak dapat mengikuti acara ini karena sesuatu dan lain hal, berikut ini disajikan cerita ringkas dan beberapa informasi yang tidak terdapat di dalam booklet Djeladjah Djalur Spoor yang diterbitkan secara terbatas.
Kamis, 03 November 2011
Nasib Kereta CR
Kereta CR di Magelang Kota Photo courtesy: IRPS (Fajar Arifianto) |
Akhirnya nasib kereta CR ini jelas sudah. Kereta ini akan dipreservasi di Museum Kereta Api Ambarawa. Rekan dari Pusat Pelestarian Benda dan Bangunan PT KA memberikan informasi bahwa kereta akan diangkut ke Ambarawa dengan menggunakan trailer besok Selasa, 08 November 2011. Ya, kereta CR diambil pemiliknya setelah sekian lama tidak terurus.
Kembali lagi Magelang kehilangan artefak perkeretaapian. Setelah kita kehilangan sinyal masuk Mertoyudan dari arah Magelang, emplasemen timbangan di Blabak, bangunan setasiun Blabak yang semuanya hilang karena pelebaran jalan. Ini belum termasuk emplasemen setasiun Secang yang rusak parah karena dipakai untuk lahan parkir truk.
Rabu, 13 April 2011
Trans Studio dan Halte Cibangkong
Beberapa waktu lalu, di sepanjang jalan Gatot Subroto mulai dari perempatan Pelajar Pejuang hingga BSM dipasang beberapa banner tentang pembukaan Trans Studio, yang dijadwalkan sekitar Juni mendatang. Memang, Trans Studio yang berlokasi di kompleks BSM ini bakal menjadi salah satu tempat hiburan baru yang berada di dalam kota Bandung.
Minggu, 30 Januari 2011
Kereta dan Gerbong Kosong di Ujung Rangkaian
Pasca PLH yang KA Mutiara Selatan dan KA Kutojaya Selatan di stasiun Langen tanggal 28 Januari 2011 silam, terbit instruksi yang terasa cukup aneh dari pengelola kereta api di negeri ini. Perintah itu adalah mengosongkan kereta paling depan setelah lokomotif dan kereta paling belakang dari penumpang. Mungkin pemikiran beliau-beliau adalah menghindari jatuhnya korban jiwa, kalau-kalau terjadi PLH lagi karena adu kambing maupun diseruduk. Beliau-beliau mungkin berpendapat kereta terdepan dan kereta paling belakang akan menjadi the rolling coffin karena efek tumbukan langsung maupun efek teleskopik karena besi beradu dengan besi.
Selasa, 25 Januari 2011
Suporter Sepak Bola dan Kereta Api
Ketika suatu tim sepak bola yang memiliki pendukung fanatik dalam jumlah besar melangsungkan pertandingan away, pasti banyak suporter yang ikut mendukung secara langsung. Mereka beramai-ramai menempuh perjalanan yang jauh dari rumah mereka ke stadion tempat tim kesayangannya akan bertanding. Kebanyakan, mereka menggunakan jasa angkutan kereta api, karena tarifnya relatif murah dibanding dengan jasa angkutan lain.
Senin, 24 Januari 2011
Suiker Fabriek dan Sepur Tebu
Membaca berita di halaman depan Kompas hari ini, tentang pahitnya perjuangan petani tebu untuk mengangkut tebu ke pabrik gula, aku menjadi teringat sejarah pabrik gula di negeri ini. Di masa industri gula Hindia Belanda berjaya, sampai-sampai Hindia Belanda menjadi produsen utama gula di dunia. Sayangnya, massa keemasan itu telah berlalu.
Senin, 04 Oktober 2010
Sub Dipo Setjang
![]() |
photo courtesy: Soli Saroso |
![]() |
Stasiun SCA di masa aktifnya photo courtesy: semboyan35.com |
Dari hasil penelusuran, eks sub dipo SCA sekarang lokasinya menjadi berada di tengah pemukiman, kurang lebih 100 meter utara emplasemen SCA. Kondisinya sangat memprihatinkan. Atapnya sudah hilang dan bisa dibilang hampir tidak terdapat jejak kalau di sana pernah ada sub dipo. Bahkan di dalam bekas sub dipo, sebuah rumah berdiri di dalamnya.
![]() |
Kondisi terkini sub dipo SCA photo courtesy: Soli Saroso |
Yah, memang sangat memprihatinkan kondisi infrastruktur perkeretaapian pasca ditutupnya jalur ABR - MG - YK. Apalagi jalur ini sudah mati sekitar 30 tahun. Banyak yang kondisinya menjadi tidak terawat, tidak banyak juga yang sekarang musnah. hilang tidak berjejak Bisa jadi, masyarakat tidak tahu, kalau di sana pernah terdapat infrastruktur perkeretaapian yang sangat besar di masanya. Apakah ini hanya menjadi cerita manis yang akan terkubur oleh zaman?
Memang, sempat ada wacana untuk kembali menghidupkan jalur ini untuk mengurangi beban jalan raya. Tapi apabila menggunakan road bed yang sama dengan jalur tahun 1970-an, sangat tidak mungkin. Selain biayanya mahal, hampir seluruh roadbed dan infrastrukturnya sudah beralih fungsi.
Semoga saja, jejak perkeretaapian di Magelang dan sekitarnya tetap ada dan tidak begitu saja dilenyapkan ...
![]() |
Kondisi terkini emplasemen dan stasiun SCA photo courtesy: Soli Saroso |
Jumat, 24 September 2010
Sayangilah Leher Anda
Seperti biasa, kalau kembali dari Jakarta lebih suka mengambil KA 30, karena bisa beli tiket go show dan cenderung sepi. Mungkin karena berangkat dari Gambir udah jam 2025, sampai Bandung nyaris ganti hari. Setelah membeli tiket, aku langsung naik ke peron 3 - 4. Sambil menunggu masuknya KA 27, liatin kereta yang seliweran lewat. Ternyata, di lantai 2 sudah banyak calon penumpang KA 42 Taksaka II tujuan Yogyakarta, malah lebih banyak. Dan keberangkatan KA 30 dan KA 42 hanya terpaut 15 menit saja.
Pukul 2025, KA 30 siap diberangkatkan. PAP sudah memberikan semboyan 40 dan disambut dengan semboyan 41 oleh KP. Masinis KA 30 belum merespon dengan semboyan 35. Mungkin masinis tidak mendengar dengan jelas semboyan 41. Setelah PAP paging masinis, barulah masinis merespon dengan semboyan 35.
Ketika rem dilepas, throttle dinaikkan, keretapun mulai berjalan perlahan-lahan. Dari sinilah petaka itu bermula. Saat kereta sudah bergerak, seorang penumpang langsung mencoba masuk. Wew ... berhasil masuk ke sebuah kereta. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara, ternyata ia salah naik kereta. Kereta yang seharunsya ia naiki adalah KA 30 Taksaka II yang berangkat 15 menit di belakang KA 30. Makin kacau KA 30 tidak berhenti di Jatinegara, melainkan berjalan langsung.
Dengan setengah panik, dia berusaha kembali turun dari kereta yang semakin cepat berjalan. Touchdown berhasil dengan baik. Tetapi ketika landing rollout, nampaknya kehilangan keseimbangan, dan akhirnya crash di peron. Beruntung ia tidak jatuh ke sepur 3. Bisa jadi akan lebih fatal lagi, menginggat tingginya peron di Gambir.
Pelajaran yang kita ambil dari kejadian ini, pertama, datanglah ke stasiun minimal 30 menit sebelum jadwal keberangkatan kereta. Dengan datang lebih awal, kita bisa mencari tahu dengan tenang di mana kereta yang akan kita tumpangi dengan tenang. Kedua, jangan terburu-buru kita naik ke kereta yang ada di hadapan kita. Pastikan terlebih dahulu kereta yang di depan kita benar-benar kereta yang akan kita tumpangi.
Terakhir, melompat ke luar dari kereta yang sudah mulai berjalan adalah perbuatan yang cukup bodoh. Mungkin anda berpendapat, para tokoh di film laga bisa melakukannya dengan aman. Tapi ingat, itu hanya kejadian di film, ini dunia nyata kawan. Kalaupun anda terbawa di kereta yang salah, turunlah di perhentian berikutnya. Hangusnya karcis karena kereta yang seharusnya anda tumpangi berjalan langsung di stasiun tempat anda turun setelah terbawa kereta yang adalah harga yang harus anda bayar karena kebodohan anda sendiri.
Pesan dari seorang teman railfan, jangankan melompat dari kereta yang berjalan, salah turun dari kereta yang berhenti saja bisa fatal akibatnya. Salah langkah pas turun kereta, bisa patah leher anda ....
Ketika rem dilepas, throttle dinaikkan, keretapun mulai berjalan perlahan-lahan. Dari sinilah petaka itu bermula. Saat kereta sudah bergerak, seorang penumpang langsung mencoba masuk. Wew ... berhasil masuk ke sebuah kereta. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara, ternyata ia salah naik kereta. Kereta yang seharunsya ia naiki adalah KA 30 Taksaka II yang berangkat 15 menit di belakang KA 30. Makin kacau KA 30 tidak berhenti di Jatinegara, melainkan berjalan langsung.
Dengan setengah panik, dia berusaha kembali turun dari kereta yang semakin cepat berjalan. Touchdown berhasil dengan baik. Tetapi ketika landing rollout, nampaknya kehilangan keseimbangan, dan akhirnya crash di peron. Beruntung ia tidak jatuh ke sepur 3. Bisa jadi akan lebih fatal lagi, menginggat tingginya peron di Gambir.
Pelajaran yang kita ambil dari kejadian ini, pertama, datanglah ke stasiun minimal 30 menit sebelum jadwal keberangkatan kereta. Dengan datang lebih awal, kita bisa mencari tahu dengan tenang di mana kereta yang akan kita tumpangi dengan tenang. Kedua, jangan terburu-buru kita naik ke kereta yang ada di hadapan kita. Pastikan terlebih dahulu kereta yang di depan kita benar-benar kereta yang akan kita tumpangi.
Terakhir, melompat ke luar dari kereta yang sudah mulai berjalan adalah perbuatan yang cukup bodoh. Mungkin anda berpendapat, para tokoh di film laga bisa melakukannya dengan aman. Tapi ingat, itu hanya kejadian di film, ini dunia nyata kawan. Kalaupun anda terbawa di kereta yang salah, turunlah di perhentian berikutnya. Hangusnya karcis karena kereta yang seharusnya anda tumpangi berjalan langsung di stasiun tempat anda turun setelah terbawa kereta yang adalah harga yang harus anda bayar karena kebodohan anda sendiri.
Pesan dari seorang teman railfan, jangankan melompat dari kereta yang berjalan, salah turun dari kereta yang berhenti saja bisa fatal akibatnya. Salah langkah pas turun kereta, bisa patah leher anda ....
Sabtu, 11 September 2010
Jelajah Jalur Mati Seputar Magelang
Berhubung nggak ada kerjaan di lebaran hari kedua, aku memutuskan untuk menjelajahi jalur mati seputar Magelang. Rute yang dipilih, dari Halte Magelang Alun-Alun (MGL) ke arah utara sampai Stasiun Payaman (PYM, 3315), kira-kira sejauh 7 km. Karena nggak sanggup kalau harus jalan kaki sejauh itu, dipilihlah Urbano 3.0 untuk menemani jelajah jalur mati. Selain rutenya seliable, sisi kiri dan kanan baan juga sudah berubah menjadi pemukiman padat. Selain itu, kalau sewaktu-waktu harus putar arah karena rutenya buntu juga nggak terlalu ribet.
Penjelajahan bekas jalur NIS yang dibuka tanggal 15 Mei 1903 ini dimulai pukul 0800 dari halte MGL menuju Stasiun Magelang Kota (MG, 3320). Bekas baan telah berubah menjadi jalur lambat. Menjelang Stasiun MG, tepatnya di perempatan Kodim 0705, dari arah barat terlihat tiang bekas andreas cross. Tepat di bawah lampu lalu lintas, terlihat pulley, entah pulley bekas kawat sinyal, atau PJL.
Menjelang emplasemen MG dari arah selatan, di sebelah timur terdapat kantorDistrik Jalan Rel Dinas Jalan dan Bangunan Seksi 65 Distrik 65A Magelang. Di belakang kantor distrik jalan rel 65A, masih terdapat dua buah rumah dinas PJKA yang sekarang entah dihuni siapa. Emplasemen MG kini berubah menjadi terminal angkutan kota dan pangkalan travel. Di barat laut emplasemen, masih terdapat bekas sub dipo yang kini difungsikan sebagai bengkel las.
Kereta CR yang menjadi peringatan pernah ada jalur kereta di Magelang, keadaannya semakin memprihatinkan. Selain catnya semakin kusam, dinding kayunya semakin lapuk. Kondisi dalamnya kotor dan tidak terawat, karena saat ini menjadi tempat tinggal gelandangan. Sebenarnya, konumen ini menjadi tanggung jawab siapa untuk merawatnya? Apakah monumen ini dibiarkan hancur pelan-pelan? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.
Semakin ke utara, menyeberang Jl. Urip Sumoharjo, jalur memasuki kampung Menowo. Tidak jauh dari sana, masih terlihat sinyal masuk MG dari pihak Payaman (PYM, 3315). Semakin ke utara, rel menyeberang sungai Manggis. Jembatan ini telah berubah dari bentuk aslinya. Semula berupa jembatan rasuk, tapi setelah digunakan untuk lalu-lintas warga, ditambahkan railing di kedua sisinya.
Perjalanan menyusuri petak MG - PYM pun berlanjut. Kiri kanan bekas jalur sudah menjadi pemukiman padat. Terkadang batangan rel terlihat muncul dari jalan. Satu-satunya petunjuk bahwa di sini bekas rel adalah jajaran tiang dan kawat telegrap yang masih tersisa. Selepas rel memotong jalan Barito, rel tidak dapat disusuri lagi dan harus mengambil jalan memutar. Sebenarnya, rel menyusuri tepian sungai Manggis hingga memotong sungai Manggis di depan RSJ.
Setelah mengambil jalan memutar, kembali menyusuri rel menuju PYM. Bekas rel sekarang ditutup aspal dan digunakan sebagai jalan warga. Uniknya, nama jalan ini adalah jalan Lokomotif. Mungkin dijadikan peringatan, kalau dulu pernah ada lokomotif berjalan hilir mudik di sini. Menurut data yang ada, di antara MG dan PYM terdapat halte Magelang Kramat (MGK, dahulu Gesticht). Sayangnya, jejaknya tidak ditemukan, di mana lokasi pastinya.
Lewat belakang SPBU Sambung, jalur mulai membelah persawahan. Di berbagai titik, besi rel masih terlihat jelas, berikut dengan sambungannya. Terkadang tampak bantalan kayu yang sudah lapuk. Batuan yang berserakan di sini, mungkin bekas kricak yang dulu digunakan di lintas ini.
Menjelang masuk PYM, sinyal masuk dari pihak MG terlihat masih berdiri, meski kondisinya tidak sebagus sinyal masuk MG dari pihak PYM. Tidak seberapa jauh, nampak tiang, mungkin bekas papan perintah semboyan 35. Memasuki wesel dari arah MG, kedudukan terakhir wesel masih dapat dilihat menuju sepur lurus. Di sekitar emplasemen, juga masih terlihat bekas pulley untuk wesel atau sinyal masuk.
Emplasemen PYM yang terdiri dari 2 jalur dan 1 sepur badug ini sekarang digunakan sebagai lahan parkir warga setempat. Sayang sekali, wajah stasiun PYM telah mengalami perubahan. Warga membangun tembok di bagian depan dan mengganti jendela di sisi utara stasiun sehingga agak menyamarkan bentuk aslinya.
Berjalan arah Secang (SCA, 3314) didapati dua buah percabangan wesel bandul layan setempat. Wesel terdekat dari arah PYM menuju ke sepur badug, sedangkan wesel berikutnya adalah wesel ke jalur 2. Wesel ke arah sepur badug ini terlihat menggantung. Mungkin pematang relnya sudah digali, sehingga terlihat menggantung. Sedikit ke utara, penelusuran tidak dapat diteruskan ke arah SCA karena lintasan sukar dilalui, dan kembali lagi ke arah MG lewat jalan raya.
Melewati MG, perjalanan diteruskan ke stasiun Magelang Pasar (MGP, 3330) melalui MGL. Lintas MG - MGP kini telah berubah menjadi jalur lambat di sepanjang Jl. Ahmad Yani dan Jl. Pemuda. Sisa-sisa peninggalan jalur hanyalah tiang telegrap dan kawarnya, karena jalur sudah ditimbun dengan aspal. Stasiun MGP sudah tidak terlihat lagi bentuk aslinya, karena sudah berubah menjadi kompleks pertokoan PJKA.
Sesampai MGP, aku berusaha menelusuri jalur masuk MGP dari arah stasiun Banyurejo (BNJ, 3331). Dari MGP terlebih dahulu mengambil jalur jalan raya sampai ke titik pertemuan dengan jalur rel di daerah Soka. Di Soka, berbalik ke utara, ke arah MGP menelusuri rel. Lagi-lagi petunjuk yang didapati hanyalah jajaran tiang dan kawat telegrap. Di beberapa tempat, besi bekas rel digunakan warga sebagai pembatas jalan kampung. Jalur ini hanya dapat aku telusuri sampai persimpangan di Jl. Beringin IV, karena bekas jalur ini tertutup aktivitas warga.
Ah, capek tapi cukup puas menelusuri sedikit lin Magelang dengan lintas Ngombak - Kricak - Parakan. Banyak pertanyaan yang belum terjawab, seperti lokasi pasti halte MGK, seperti apa sub dipo MG, lokomotip apa yang melayani jalur ini, dan pertanyaan lainnya. Semoga di lain waktu ada literatur yang bisa mengungkapnya ....
Penjelajahan bekas jalur NIS yang dibuka tanggal 15 Mei 1903 ini dimulai pukul 0800 dari halte MGL menuju Stasiun Magelang Kota (MG, 3320). Bekas baan telah berubah menjadi jalur lambat. Menjelang Stasiun MG, tepatnya di perempatan Kodim 0705, dari arah barat terlihat tiang bekas andreas cross. Tepat di bawah lampu lalu lintas, terlihat pulley, entah pulley bekas kawat sinyal, atau PJL.
Menjelang emplasemen MG dari arah selatan, di sebelah timur terdapat kantor
Kereta CR yang menjadi peringatan pernah ada jalur kereta di Magelang, keadaannya semakin memprihatinkan. Selain catnya semakin kusam, dinding kayunya semakin lapuk. Kondisi dalamnya kotor dan tidak terawat, karena saat ini menjadi tempat tinggal gelandangan. Sebenarnya, konumen ini menjadi tanggung jawab siapa untuk merawatnya? Apakah monumen ini dibiarkan hancur pelan-pelan? Hanya waktu yang dapat menjawabnya.
Semakin ke utara, menyeberang Jl. Urip Sumoharjo, jalur memasuki kampung Menowo. Tidak jauh dari sana, masih terlihat sinyal masuk MG dari pihak Payaman (PYM, 3315). Semakin ke utara, rel menyeberang sungai Manggis. Jembatan ini telah berubah dari bentuk aslinya. Semula berupa jembatan rasuk, tapi setelah digunakan untuk lalu-lintas warga, ditambahkan railing di kedua sisinya.
Perjalanan menyusuri petak MG - PYM pun berlanjut. Kiri kanan bekas jalur sudah menjadi pemukiman padat. Terkadang batangan rel terlihat muncul dari jalan. Satu-satunya petunjuk bahwa di sini bekas rel adalah jajaran tiang dan kawat telegrap yang masih tersisa. Selepas rel memotong jalan Barito, rel tidak dapat disusuri lagi dan harus mengambil jalan memutar. Sebenarnya, rel menyusuri tepian sungai Manggis hingga memotong sungai Manggis di depan RSJ.
Setelah mengambil jalan memutar, kembali menyusuri rel menuju PYM. Bekas rel sekarang ditutup aspal dan digunakan sebagai jalan warga. Uniknya, nama jalan ini adalah jalan Lokomotif. Mungkin dijadikan peringatan, kalau dulu pernah ada lokomotif berjalan hilir mudik di sini. Menurut data yang ada, di antara MG dan PYM terdapat halte Magelang Kramat (MGK, dahulu Gesticht). Sayangnya, jejaknya tidak ditemukan, di mana lokasi pastinya.
Lewat belakang SPBU Sambung, jalur mulai membelah persawahan. Di berbagai titik, besi rel masih terlihat jelas, berikut dengan sambungannya. Terkadang tampak bantalan kayu yang sudah lapuk. Batuan yang berserakan di sini, mungkin bekas kricak yang dulu digunakan di lintas ini.
Menjelang masuk PYM, sinyal masuk dari pihak MG terlihat masih berdiri, meski kondisinya tidak sebagus sinyal masuk MG dari pihak PYM. Tidak seberapa jauh, nampak tiang, mungkin bekas papan perintah semboyan 35. Memasuki wesel dari arah MG, kedudukan terakhir wesel masih dapat dilihat menuju sepur lurus. Di sekitar emplasemen, juga masih terlihat bekas pulley untuk wesel atau sinyal masuk.
Emplasemen PYM yang terdiri dari 2 jalur dan 1 sepur badug ini sekarang digunakan sebagai lahan parkir warga setempat. Sayang sekali, wajah stasiun PYM telah mengalami perubahan. Warga membangun tembok di bagian depan dan mengganti jendela di sisi utara stasiun sehingga agak menyamarkan bentuk aslinya.
Berjalan arah Secang (SCA, 3314) didapati dua buah percabangan wesel bandul layan setempat. Wesel terdekat dari arah PYM menuju ke sepur badug, sedangkan wesel berikutnya adalah wesel ke jalur 2. Wesel ke arah sepur badug ini terlihat menggantung. Mungkin pematang relnya sudah digali, sehingga terlihat menggantung. Sedikit ke utara, penelusuran tidak dapat diteruskan ke arah SCA karena lintasan sukar dilalui, dan kembali lagi ke arah MG lewat jalan raya.
Melewati MG, perjalanan diteruskan ke stasiun Magelang Pasar (MGP, 3330) melalui MGL. Lintas MG - MGP kini telah berubah menjadi jalur lambat di sepanjang Jl. Ahmad Yani dan Jl. Pemuda. Sisa-sisa peninggalan jalur hanyalah tiang telegrap dan kawarnya, karena jalur sudah ditimbun dengan aspal. Stasiun MGP sudah tidak terlihat lagi bentuk aslinya, karena sudah berubah menjadi kompleks pertokoan PJKA.
Sesampai MGP, aku berusaha menelusuri jalur masuk MGP dari arah stasiun Banyurejo (BNJ, 3331). Dari MGP terlebih dahulu mengambil jalur jalan raya sampai ke titik pertemuan dengan jalur rel di daerah Soka. Di Soka, berbalik ke utara, ke arah MGP menelusuri rel. Lagi-lagi petunjuk yang didapati hanyalah jajaran tiang dan kawat telegrap. Di beberapa tempat, besi bekas rel digunakan warga sebagai pembatas jalan kampung. Jalur ini hanya dapat aku telusuri sampai persimpangan di Jl. Beringin IV, karena bekas jalur ini tertutup aktivitas warga.
Ah, capek tapi cukup puas menelusuri sedikit lin Magelang dengan lintas Ngombak - Kricak - Parakan. Banyak pertanyaan yang belum terjawab, seperti lokasi pasti halte MGK, seperti apa sub dipo MG, lokomotip apa yang melayani jalur ini, dan pertanyaan lainnya. Semoga di lain waktu ada literatur yang bisa mengungkapnya ....
Sabtu, 14 Agustus 2010
Peristiwa Luarbiasa Hebat di Jombang
Hari ini aku dikejutkan dengan adanya kecelakaan kereta api (Peristiwa Luarbiasa Hebat, PLH) di Jombang (JG). Seperti biasa, tiap kali ada kejadian dengan angkutan jenis ini, jadi komoditas politik. Mereka yang sebelumnya nggak pernah peduli dengan hal ini, tiba-tiba saja menjadi orang yang paling tahu soal operasional kereta api. Bahkan penerawangan mereka lebih jago dibandingkan dengan KNKT maupun CO. Biar saya ndak dituduh bohong kalo jadi komoditas politik, bisa dicek di sini.
Mari kita telaah komentar anggota dewan yang (katanya) terhormat ini.
Komisi V DPR RI Sadar Restuwati yang kebetulan di lokasi Stasiun Jombang mengaku nyungsepnya KA Rapih Doho disebabkan human eror. Hal itu dilihat dari posisi KA yang tidak berada di posisi rel utama.
"Seharusnya KA ini ada di jalur utama, bukan di jalur lain yang tidak ada rel penghubung lainnya. Ini seperti rel yang baru dibuat tapi belum selesai pengerjaannya," kata Sadar Restuwati kepada wartawan di lokasi, Sabtu (14/8/2010).
"Seharusnya KA ini ada di jalur utama, bukan di jalur lain yang tidak ada rel penghubung lainnya. Ini seperti rel yang baru dibuat tapi belum selesai pengerjaannya," kata Sadar Restuwati kepada wartawan di lokasi, Sabtu (14/8/2010).
(kutipan langsung dari detiksurabaya)
Kok bisa-bisanya dia bilang human error sebelum ada investigasi dari yang berwenang? Trus, kalau memang rangkaian diterima di spoor badug, bisa dibilang ini kesalahan operasional. Bisa jadi ini tindakan pengamanan dari operator untuk menghindarkan peristiwa yang lebih buruk lagi.
Heran, siapa yah yang dulu milih orang pandir kaya gini menjadi (katanya lagi) wakil rakyat?
Kamis, 22 Juli 2010
Iklan yang Keren #3: Indomie
Masih seputar iklan, sekarang giliran Indomie. Walau cuma isinya jingle indomie, tapi bagiku tetap keren.
Untuk klip terakhir, yang mengambil setting petak Ambarawa - Bedono, hingga kini jembatan kereta api yang dilalui disebut jembatan indomie.
video courtesy: www.youtube.com
Selasa, 20 Juli 2010
There's Always A Boy Inside A Man
Entah ini bener apa nggak, tapi kayaknya lebih banyak benernya. Kemaren, pas ke CGK, liatin pesawat pada parkir di apron aja kaya bocah. Girang banget liat pesawat, kaya belum pernah liat montor muluk.
Bukan cuma pesawat, juga kereta api. Kalau yang terakhir ini kayaknya lebih parah deh. Tiap kali lewat jomplangan sepur, berharap sepurnya lewat. Pas sepurnya lewat, seneng banget. Mirip bocah di toko mainan. Kalau lagi lewat flyover yang dibawahnya eisenbahn, sempetin buat lirik ke rel, kali aja ada sepur yang mau lewat.
Kalau ditambah liat mainan, apalagi liat scaled model, dijamin betah banget. Nggak mau pergi deh. Bawaannya pengen beli. Seandainya duitnya nyetak sendiri, dibeli deh tu toko.
Huff ... mungkin bener deh, There's Always A Boy Inside A Man, paling nggak buatku. Apa aku yang masih bocah yah?
Iklan yang keren: Bentoel
Mungkin mereka yang pernah merasakan jaman tahun '90an, tahu iklan ini. Ya, iklan Bentoel Biru, yang menampilkan panorama Indonesia. Iklan yang tidak banyak omong, tidak banyak teriakan nggak jelas. Jauh berbeda dari iklan jaman sekarang. Liriknya cuma seperti ini
I love the blue of Indonesia
It’s the flavour in the air
I love the blue of Indonesia
You can taste it everywhere …
I love the blue of indonesia
It’s the kind of blue …
Kalau yang versi Indonesia, begini liriknya
Indahnya biru Indonesia
Mahakarya negeriku
Birunya rasa Indonesia
Biru jiwaku
Mungkin ini iklan paling bagus yang pernah aku lihat, setidaknya sampai saat ini. Kapan yah ada iklan semacam ini lagi?
Jumat, 16 Juli 2010
BOO Pindah ke CLT?
Entah sejak kapan wacana aneh ini bergulir, katanya tasiyun Bogor (BOO) mau dikurangi perkanya, dan dipindahkan ke Cilebut (CLT). Alasannya, karena saking banyaknya sepur listrik yang mengakhiri tujuannya di BOO, katanya bikin macet jalanan di depan tasiyun. Biar saya ndal dituduh subversif dan menyebarkan berita bohong, sumbernya dapat ditengok di sini dan di sini.
Kalau kata saya, lha wong yang salah angkotnya kok sepurnya yang disetop. Apa ini kegagalan sing mbahurekso ngatur andong jepang yang berseliweran sakpenake dhewe, trus mencoba mengalihkan masalah? Kenapa ndak, sing mbahurekso mencoba mengatur andong jepang agar menjauhi perimeter BOO minimal 1 blok dari BOO. Apa sing mbahurekso kalah kesaktiannya dengan kekuatan misterius yang disebut dengan kartel angkot? Apakah ada hidden agenda di balik wacana ajaib ini?
Kalau kata agen Mulder dan Scully, the truth is out there .....
Kamis, 17 Juni 2010
Senja Utama Yogya
Setibanya di YK, setelah naik KA 78, aku memilih beristirahat dulu di peron tinggi jalur 3, sambil bersandar di railing.
"Perhatikan jalur 5 peron utara! Jalur 5 dari arah barat segera masuk kereta api Senja Utama Yogya dengan tujuan akhir Yogyakarta!"
Pengumuman dari PPKA seolah menyadarkanku dari lamunanku. Tidak lama kemudian, KA 110 masuk dan berhenti di jalur 5. Tidak lama kemudian, selesai turun penumpang, rangkaian KA 110 dilangsir masuk ke jalur cucian.
Ah, tiba-tiba aku teringat kejadian yang sama, sekitar dua tahun sebelumnya. 050708, menunggu kereta api Senja Utama Yogya dari Pasar Senen, yang membawa seorang teman (tepatnya beserta rombongannya) yang belum pernah sekalipun bertemu muka.
Saat itu terdengar pengumuman dari PPKA, "Perhatikan jalur 3, dari arah barat segera masuk kereta api Senja Utama Yogya, dengan tujuan akhir Yogyakarta."
Hei ... keretanya tiba, begitu pikirku. Tapi bagaimana dia mengenaliku, sedangkan kita belum pernah bertemu. Sepintas aku melihat penumpang Senja Utama yang sekilas mirip dia, tapi aku nggak yakin. Sampai rangkaian dilangsir ke sepur cucian pun aku belum menemukannya. Ah ... akhirnya aku pun bertemu ... dan kembali berpisah ke tujuan masing-masing.
Ah ... apakah ini suatu kebetulan, atau ada The Invisible Hand yang menggerakkannya? Akupun tak tahu ....
now playing: City Of Prague Philharmonic Orchestra - The Last Of The Mohicans (Main Title)
Langganan:
Postingan (Atom)