Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Kamis, 21 Mei 2009

Seandainya Ini Terjadi 20 Tahun Lalu ....

Beberapa waktu yang lalu, pas main ke stasiun Bandung, nggak sengaja bertemu seorang teman lama, Jim. Nggak jelas kenapa dia bisa nongol di Bandung, padahal setahuku saat ini udah kerja di Jakarta. Usut punya usut, ternyata si Jim punya tender yang dipo induknya di Bandung. Kalau pake bahasa negeri seberang, Long Distance Relationship.

Ngobrol soal tender, ternyata si Jim ini mengeluarkan keluh kesahnya, soal hubungan Jakarta - Bandung. Maklum, karena beda jarak 3 jam dengan kereta, dan gak mungkin bisa ketemu langsung tiap hari. Solusinya, mau nggak mau harus dijembatani dengan teknologi komunikasi modern semacam instant messenger, separah-parahnya pake SMS.

Jadi kebayang, gimana kalau hubungan jarak jauh macam ini terjadi 20 tahun lalu. Maklum aja, jaman segitu teknologi komunikasi belum secanggih jaman sekarang. Dekade 80-an, instant messenger dan hp belum ada di negeri ini. Telepon, belum banyak yang punya. Kalopun ada dan dipakai tiap hari, ongkosnya nggak nahan. Cara yang paling ngirit, ya pake surat lewat pos, atau kalau pengen mahal dikit, pake telegram.

Kalo, pakai telegram, lebih cepat sampai, tapi gak isa cerita banyak. Maklum, tarif dihitung per karakter. Makin panjang berita yang dikirim, makin mahal pula ongkosnya. Lagian jaman dulu kan berita telegram disampaikan lewat operator, jadi tingkat kerahasiaan turun dah.

Akhirnya, mau nggak mau lewat pos deh. Kerahasiaan lebih terjamin, tapi sayang, waktunya lumayan lama. Belum lagi kalau alamat yang dituju kurang jelas, bisa-bisa itu surat kembali ke si pengirim deh. Kalau pengen ngerti gimana rasanya LDR jaman dulu pake surat, coba aja dengerin lagunya Carpenters yang judulnya Please Mr. Postman.

Balik lagi ke cerita si Jim, kalau dia mengalami hal ini 20 tahun lalu, isa dibayangkan penantian kabar dari tendernya, yang dikirim lewat pos. Aku malah jadi mikir, mungkin nggak kalau suratnya dititipkan melalui masinis yang dinas Jakarta - Bandung. Bisa jadi ya, atas kebaikan pak masinis yang melayani relasi Gambir - Bandung, kabar dari tender bisa sampai ke tangan Jim, begitu juga sebaliknya, sesegera mungkin.

Kalo bener, kali aja si Jim menitipkan surat ke pak masinis yang melayani kereta ke Bandung paling pagi setiap hari Senin. Terus tendernya menanti kabar dari Jim yang dititipkan masinis kereta di ujung peron stasiun Bandung. Sang tender membalas kabar dari Jim setiap Jumat, dan dititipkan pada masinis yang melayani kereta paling akhir ke Gambir. Dan Jim menjemput surat itu di ujung peron Gambir. Uh ... pasti so sweet ngeliatnya ....

Huhuhu ... kalo emang bener ini kejadian dengan si Jim, menambah panjang lagi kisah romantis bersama kereta api. Kereta api yang menyimpan sejuta cerita ....

now playing: Maliq & d'Essentials - Dia

Minggu, 03 Mei 2009

Romantisme Kereta Api

Seorang teman, Wulan, pernah ngomong kalo stasiun kereta api merupakan tempat paling romantis di dunia. Entah apa yang pernah terjadi dengan dirinya sampai-sampai dia ngomong kaya gitu, tapi suasana romantis bak di adegan film sering ditemui di stasiun kereta api, terutama menjelang keberangkatan kereta api.

Seorang gadis yang melepas pria pujaan hatinya dengan penuh haru, yang meninggalkannya dengan menumpang si ular besi, seakan akan tidak berjumpa kembali di waktu yang akan datang. Atau seorang pria berlari di sisi kereta, seolah berlomba dengan kereta yang membawa kekasihnya, tapi sayang, larinya hanya sampai ujung peron.

Bukan hanya kisah romantis macam itu saja yang ditemui. Ada yang menemukan jodohnya karena sering berjumpa di kereta. Kata orang, witing tresno jalaran saka gerbong lima. Ada pula yang bertemu belahan jiwanya karena sama-sama menggemari kereta api. Yang tidak kalah uniknya, ada yang sengaja merancang acara pernikahan dengan nuansa kereta api.

Ketika melihat proses merangkai lokomotif dengan kereta, yang ada di kepalaku terbayang sepasang kekasih. Kereta yang telah tersambung dengan lokomotif, coupler terkunci, selang rem tersambung, dan rantai pengaman terikat mirip dengan sepasang insan yang telah mengucap janji suci berikrar sehidup semati, setia dalam suka maupun duka, susah maupun senang, sehat maupun sakit, kaya maupun miskin.

Nggak tau kenapa kok bisa nulis kaya gini ... mungkin kelamaan bengong di stasiun, liatin kereta yang datang dan pergi, penumpang yang naik turun. Atau ada sesuatu yang salah denganku. Tak tahu lah ....

---------
Peron 4-5 Stasiun BD +709
030509 - 1210
now playing: Dave Koz feat India Arie - It Might Be You

Wish I Could Fly ....

Beberapa waktu lalu, bersama seorang teman iseng-iseng hunting foto di ujung runway 29 bandar udara Husein Sastranegara Bandung (BDO/WICC). Harapannya sih bisa dapet pesawat yang lagi final approach atau taxi di runway 29, kalau apes, ya cuma dapat yang lagi take off di runway 11.

Pas nunggu flight Indonesia AirAsia QZ 7597 BDO - KUL take off di runway 29, nggak tahu kesambet setan mana, tau-tau ngomong, "Cuy, kalo kita bisa terbang, enak ya ...?"

"Maksudnya?" jawabku dengan sangat bingung. Maklum, baru kali ini denger dia ngomong agak ngaco.

"Yah, tau sendiri kan cuy .... Aku kan sekarang lagi menjalin LDR. Kalo isa terbang, kan aku isa temui dia di mana aja, kapanpun aku mau, nggak peduli seberapa jauhnya."

Hmm ... bener juga kalo isa terbang, isa main ke mana aja .... Cuma yang jadi masalah, gimana buat take off clearancenya? Emang bisa gitu terbang seenaknya gitu? Terserah deh ....

Tau deh ... lha wong yang pengen orang lain, kok aku yang pusing. Yah, kalo orang sebelah KISS, Keep It Simple, Stupid!!! Tapi beneran, kayaknya asik deh kalo bisa terbang, wish I could fly ....

------
@ Railcafe Stasiun Bandung
030509 - 1015
now playing: MYMP - Especially for You