Celoteh dan pemikiran Maz Tommy yang kadang kontroversial, kadang biasa saja. Kalo mau baca, baca aja, nggak perlu dipikir serius, kecuali diperlukan. Kalo nggak mau, ya nggak apa apa.
Waktu menunjukkan
Pencarian
Rabu, 25 April 2012
Tipu-tipu Part 7
Kamis, 24 Maret 2011
Tipu Tipu Part 6
Minggu, 13 Maret 2011
Tipu Tipu Part 5
Selasa, 03 November 2009
Kenal dengan RI 1
Tiba-tiba saja, pikiran iseng menari-nari di kepala. Lha mbok wis ben, biarin deh ngaku-ngaku sak karepe dhewe, kenal sama SBY. Lha cuma ngaku kenal deket itu ndak mbayar kok. Kalo cuma ngaku-aku aja, semua orang juga bisa, soal kebenarannya, ya ndak tau saya. The truth is out there kata tagline sebuah film.
Biarin deh yang ngerti soal itu berkomentar. Kalo saya, cuma balungan kere, cuma berharap yang salah dihukum, terus yang benar dibebaskan aja. Soal menentukan siapa yang salah, saya ndak mau ikutan, soalnya udah ndak jelas mana yang benar, mana yang salah. Sapa sing salah, seleh.
#rakyat jelata yang masih menunggu datangnya Ratu Adil yang memerintah Indonesia, yang menjadikan negeri ini gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja ....
Kamis, 29 Oktober 2009
Tipu Tipu Part 4
Bukannya seneng, yang ada malah pikiran curiga. Ini pasti jebakan betmen. Soalnya udah banyak sih modus penipuan kaya gini. Setelah dipancing macem macem, ternyata term pengambilan hadiahnya aneh juga. kalau hadiahnya diantar sampai rumah, tidak dikenakan biaya apa-apa. Kalau hadiahnya diambil sendiri, diharuskan bayar administrasi dan pajak hadiah undian. Batas waktu pengambilan hadiah, hari ini. Kalaupun mau diambil, lokasi pengambilan ada di PT XYZ (lupa namanya) yang alamatnya di Jl. Gatot Subroto No. 40-42.
Kecurigaan pun terbukti, ini hanya tipuan belaka. Udah ketahuan dari syarat pengambilan hadiahnya, pasti batas waktunya mepet banget, sehingga calon korban tidak dapat berpikir jernih, dan menyetujui term yang diajukan penipu, dan masuk jebakan betmen. Entah deh apa maksudnya memancing biar barangnya dikirim sampe kerumah, curiga pengen tau rumahku aja tuh.
Sebenernya sih gampang mendeteksi ini penipuan atau bukan. Kuncinya sih kita harus tenang dulu, jangan terbuai janji surga penipu. Langkah-langkahnya sebagai berikut, pertama, kita yakinkan dahulu, apakah ada promo semacam itu. Kalau tidak ada, pasti ngibul.
Kedua, ingat-ingat dahulu, apakah kita pernah mengikuti promo semacam itu. Kalau belum pernah mengikuti, mustahil dong kalau bisa menang. Kalau pernah, lanjut ke analisis berikut, apakah hadiah yang ditawarkan promo tersebut sama dengan yang dijanjikan. Kalau berbeda, dapat dipastikan penipuan.
Apabila hadiah yang dikabarkan sama dengan yang ditawarkan melalui promo, kapan pengundian dilakukan. Seandainya pengundiannya sudah lama banget, masa pemberitahuannya sampai sebegitu telatnya. Kalaupun memang pemberitahuannya terlambat, segera konfirmasi langsung ke pihak penyelenggara langsung. Jangan mudah percaya dengan nomer yang diberikan oleh penelepon.
Hal yang perlu diperhatikan juga, apabila waktu pengambilan sangat mepet, besar kemungkinan itu penipuan. Ini disengaja agar calon korban tidak dapat berpikir jernih, dan langsung mengikuti instruksi penipu.
Jangan pernah melakukan penyetoran uang yang diminta oleh penelepon, sebelum benar-benar yakin, ini bukan penipuan. Seberapa jauh keyakinan anda, tergantung anda sendiri. Untuk meyakinkan diri sendiri, hubungi pihak penyelenggara langsung. Perlu diingat juga, jangan pernah memberikan alamat rumah. Bukan apa-apa sih, cuma untuk berjaga-jaga saja.
Yah, semoga pengalaman saya ini dapat dijadikan pelajaran bagi orang lain, sehingga tidak mudah tertipu dengan modus menang hadiah undian. Ikutan kata bang Napi, Kejahatan terjadi bukan karena ada niat pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan. Nah kita tutup kesempatan penipu untuk beraksi. Waspadalah, waspadalah!!!
Jumat, 20 Maret 2009
Tipu - Tipu Part 3
Ceritanya begini, Pak Junaedi dikabari kalau anaknya, Retno, mengalami kecelakaan lalu lintas, dan dirawat di RS Sardjito. Agar nyawa Retno dapat diselamatkan, Pak Junaedi harus mentransfer uang sejumlah sembilan belas juta rupiah untuk operasi anaknya. Saking paniknya, Pak Junaedi mentransfer sepuluh juta. Beruntung, ketika Pak Junaedi akan mentransfer kekurangan sembilan juta ripis, beliau sadar, dan membatalkan perintah transfer. Tetep aja sepuluh juta rupiah sudah disikat sama bandit.
Hmm, kayaknya ini dulu pernah ditulis di sini, tapi belum lengkap ceritanya. Dari data dan fakta yang berhasil dikumpulkan, dapat dirangkai suatu cerita, kira-kira bagaimana si bandit bekerja.
Pertama, si bandit memencet nomor secara random untuk mencari calon mangsa. Begitu calon mangsa didapat, si bandit mengaku sebagai polisi dan menakut-nakuti calon mangsa (Retno) kalau nomornya digandakan oleh sindikat kejahatan. Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan bandit meminta nama dan nomor telepon keluarga Retno yang bisa dihubungi dalam keadaan darurat. Dan untuk keperluan pengungkapan kejahatan, Retno diminta untuk mematikan ponselnya. Si Retno menuruti aja semua perintah yang disampaikan oleh bandit, lha yang di seberang telepon ngaku polisi je .....
Langkah berikutnya, setelah mendapatkan nomor dan nama kontak darurat Retno, si bandit menghubungi orang tua Retno, Pak Junaedi. Bandit memberitahu Retno mengalami kecelakaan dan harus dioperasi. Untuk keperluan operasi, Pak Junaedi harus mentransfer sembilan belas juta. Dengan memanfaatkan kepanikan Pak Junaedi, si bandit berharap Pak Junaedi tidak dapat berpikir jernih dan menuruti semua kemauan si bandit.
Sebelum menelepon Pak Junaedi, si bandit memastikan ponsel Retno dalam keadaan tidak aktif, sehingga Retno dan Pak Junaedi tidak dapat saling menghubungi. Kalau Retno dan Pak Junaedi dapat berkomunikasi sebelum si bandit menerima seluruh uangnya, dipastikan aksinya gagal total.
Sebenernya nggak gitu susah buat menangkal kejahatan model ginian. Pertama, jangan pernah memberikan nomor dan nama keluarga dekat yang bisa dihubungi kepada orang yang tidak kita kenal, termasuk data pribadi kita. Nggak ada jaminan kalau data yang kita berikan tidak akan disalahgunakan. Waspadai juga ulah nakal oknum marketer kartu kredit yang dengan mudahnya menawarkan produknya di keramaian dengan syarat yang mudah. Tidak tertutup kemungkinan, oknum marketer nakal menjadi bagian dari komplotan ini hanya dengan modal data pribadi kita.
Langkah berikutnya, sebelum mematikan ponsel karena (katanya) disuruh pihak yang berwenang, ada baiknya menghubungi keluarga terdekat kalau ponsel sementara tidak aktif dikarenakan ada dugaan penggandaan nomor. Sekalian juga, keluarga diberi tahu ke mana harus menghubungi kalau kalau ada sesuatu yang harus disampaikan segera. Kontak sementara dalam hal ini boleh teman kantor, teman kos, ibu kos sampai tetangga sebelah juga boleh, asalkan dapat kita percayai. Bukannya apa apa, ini cuma untuk menanggulangi gangguan komunikasi yang akan dimanfaatkan oleh si bandit, sehingga kita tetap dapat berkomunikasi dengan keluarga.
Apabila kita memiliki lebih dari satu nomor ponsel, dan seseorang yang mengaku dari pihak keamanan meminta kita mematikan satu nomor dengan dalih telah digandakan penjahat, jangan sekali-sekali menonaktifkan semua nomor. Dengan berpikir positif bahwa dugaan penggandaan nomor itu benar, logikanya, sangat kecil kemungkinan lebih dari satu yang nomor kita pakai digandakan seluruhnya. Dan jangan sekali-sekali mengatakan ada berapa nomor yang kita pakai sekarang, dijamin mereka akan meminta kita menonaktifkan semuanya.
Nggak kalah pentingnya, ada baiknya juga keluarga tahu kemana harus menghubungi kita dalam keadaan darurat, terlebih apabila ponsel kita dalam keadaan tidak aktif, sehingga komunikasi tidak terputus. Dan kunci terakhir, jangan panik kalau ada yang menyampaikan kabar buruk tentang keluarga kita. Memang susah sih, tapi usahakan jangan panik, berusahalah berpikir jernih.
Mungkin tulisan ini dapat menghilhami seseorang untuk melakukan kejahatan serupa, tapi dapat juga digunakan untuk mengetahui bagaimana cara bandit bekerja, sehingga bisa terhindar dari kejahatan semacam ini. Semoga anda bukan korban berikutnya ....
Kamis, 15 Januari 2009
Ekstasi Palsu
Pas ada berita pengungkapan sindikat pemalsu dan pengedar ekstasi, tiba-tiba aja si bos komentar, "kalau sindikat pemalsu kaya gitu, dijerat pakai pasal apa ya?"
Seorang teman menjawab, "Jelas pake UU Narkotik dan Psikotropika dong pak .... Kan udah jelas-jelas ketahuan mengedarkan barang-barang golongan psikotropika"
Si bos gak mau kalah, "Itu bisa, kalau yang diedarkan memang barang psikotropika. Dia kan nggak mengedarkan ekstasi beneran. Dia kan cuma bikin ekstasi palsu, terus dia jual ke pengguna. Korbannya ya, yang kena tipu itu .... Harusnya sih kena pasal pemalsuan dan penipuan"
Hmm ... si bos kocak juga ini sore. Lumayan buat meredakan ketegangan habis seharian berkutat dengan angka2 yang nggak jelas, macam-macam kekacauan di ruangan, dan masalah yang nggak ada habisnya.
Yang masih jadi ganjalan, korban penipuan sindikat pemalsu ekstasi ini berani lapor polisi nggak, kalo dia pernah ditipu sama ini sindikat. Pengen beli ekstasi, tapi dikasih ekstasi palsu dari tepung .... Atau jangan-jangan sindikat ini terbongkar karena ada laporan dari korban ... bisa jadi
Selasa, 27 Mei 2008
Tipu - Tipu Part 2
Awalnya sih mau tanya temen, punya info lowongan kerja di bidang finance apa nggak, secara ada temen yang lagi butuh info itu. Pas mau SMS, ternyata ada SMS masuk dari nomor yang nggak dikenal, +62852470527. Isinya cukup mengejutkan, bagi yang nggak kuat iman.
Begitu baca, seneng kagak ketawa iya. Nggak heran sih, ini udah kesekian kalinya dapat SMS yang kaya gini. Kalo nggak waspada, kena tipu deh .... Malah langsung dibecandain, kan yang dapat hadiah 55 juta si Slamet, awalnya aja "Slamet!!! Anda m-dpt hadiah Rp.55jt ...." Aku kan bukan Slamet, jadi bukan aku dong yang menang ....
Baru baca sepintas, langsung yakin ini nggak bener. Gimana mau bener, katanya pengirim 777, kok di atas yang muncul +6285214770527. Lagian kalo emang bener yang ngirim penyedia layanan, pasti identitas pengirim langsung muncul nama penyedia layanan, bukan nomor MSISDN. Kejanggalan berikutnya, masa call center nggak pakai nomor PSTN. Sejak kapan perusahaan sebesar Telkomsel menggunakan nomor seluler untuk call centrenya? Kalaupun bukan nomor PSTN, setidaknya ada short number 3 digit sebagai call centre. Tapi ini masih mendingan. Pernah ada SMS kaya ginian, ngakunya aku menang promo dari Telkomsel, tapi call centrenya ke nomor Indosat. Wah, arep ndobos kok ra temoto ....
Intinya sih cuma ngingetin aja, jangan sampai ada lagi yang tertipu sama hal yang ginian. Kalo emang gak yakin, mendingan tanya ke outlet penyedia layanan langsung, seperi Galeri Indosat, XL center, Grapari. Mendingan jadi malu di sana, daripada kehilangan duit banyak di jaman susah kaya gini. Lagian bisa malu sama tetangga sekampung kalo kena tipu modus lama kaya gini. Kali ini saya nggak bisa kena tipu, tapi yang lain, bisa jadi sudah ada yang kena ....
Kalau ada penipu yang baca postingan saya ini, mbok yao sampeyan insaf. Inget mas, mbak anda kasih makan suami/istri, anak, orang tua ataupun saudara, pake duit yang nggak bener, nggak akan pernah bawa berkah, yang ada malah petaka. Semoga sampeyan diberi petunjuk untuk kembali ke jalan yang benar .....
Salam Damai ......
Minggu, 20 April 2008
Preman Berdasi
Di halaman depan kolom paling kanan bawah, ada berita yang tidak kalah konyolnya. Anggota DPR Sita Kamera Video. Setelah dibaca, ternyata seorang preman (baca: Anggota DPR yang katanya terhormat) dengan inisial JS merampas camcorder properti keamanan kompleks perkantoran Darma Bumi.
Perbuatan bodoh JS dimulai dengan mengendarai mobil melawan arus, memak-maki petugas keamanan dan akhirnya merampas camcorder tersebut. Akibatnya, petugas keamanan harus menanggung kerugian, karena kehilangan camcorder yang menjadi tanggung jawabnya.
Apa alasan JS merampas camcorder? Apa JS merasa aneh melihat camcorder terarah padanya. Jangan-jangan ia mengira camcorder sebagai senjata yang mematikan. Maklum aja lensanya diameter 30mm. Bandingin aja sama MP5 yang pakai pelor 9mm parabellum. Kalo 30mm, HE grenade kali .... (Kalau memang alasannya kaya gini, gaptek juga ya JS)
Hmm ... lagi-lagi rakyat kecil yang menanggung kerugian akibat perbuatan bodoh orang yang katanya terhormat. Selamat Pak Tumai (petugas Keamanan), Anda kini selevel dengan Slank. Punya masalah dengan anggota dewan, karena kebebalan anggota dewan sendiri. Kini, kalau anggota dewan memang membela rakyat kecil, berani nggak menindak rekannya yang berbuat kriminal, dengan merampas properti pihak lain? Jangan karena lawannya seorang petugas keamanan, yang notabene wong cilik, bisa diperlakukan semena-mena oleh wong licik.
Berandai-andai ada penyelesaian, mungkin ketika dimintai keterangan, apa ya jawab JS....
- Saya tidak melawan arus, hanya semua kendaraan melawan arah saya.
- Saya tidak merampas kamera, privasi saya hanya dilanggar
- Akan saya buat UU yang mengubah arah lalu lintas dan akan diberlakukan surut
Nggak heran kalau Gus Dur pernah ngomong, kalau anggota DPR mirip bocah TK. Dan kadang-kadang masih minta disuapi. Buat Pak Tumai, sing sabar wae ... mbuh tekan kapan. Eling Pak, sing waras ngalah wae. Maklum, mungsuhe sampeyan bocah cilik, isih seneng rebutan dolanan.
Atau jangan-jangan sudah kena post power syndrome??? Pemilu kan sebentar lagi ....
Salam Damai
Senin, 25 Februari 2008
Tipu Tipu Part 1
Tempo hari baca di Pikiran Rakyat, ada penipuan yang berkedok pencarian tersangka kasus narkoba. Modusnya, penipu mengaku dari polisi, menyuruh kita mematikan HP dengan dalih nomer HP kita sudah diduplikasi sindikat narkoba. Untuk membantu polisi, kita diminta untuk mematikan HP.
Di saat kita mematikan HP, si bandit mengabarkan kalau kita mengalami kecelakaan parah, sampai sampai kepala pisah sama kakinya (itu kata Kasino, hehehe ....) Banditnya mengaku sebagai dokter, yang minta uang untuk tindakan medis darurat, dan harus ditransfer dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, agar umur kita bisa diperpanjang.
Terang aja, keluarga mana yang nggak bingung bin panik ketika saudaranya berjuang di antara hidup dan mati. Kalau mau confirm kita, terang aja, nggak bisa. Lha wong menurut petunjuk daripada bandit yang terkutuk, hp kita dimatikan ....
Sebenernya sih tipu-tipu macam gini sih, bisa ditangkal, meski kita belum tentu menangkap banditnya. Ketika kita ditelpon seseorang, yang mengaku kasat serse polres anu lah, kasat narkoba polresta anu, atau perwira polisi di mana saja, bahwasanya nomer kita telah diduplikasi oleh sindikat narkoba, atau sindikat lainnya, nurut nurut aja. Kalo suruh matiin hp, bilang aja nggih pak. Sapa tau yang nelpon bukan bandit, tapi polisi betulan, kalo ngeyel, bisa-bisa kena tuduh membantu tindakan kejahatan dan bisa gawat urusannya. Soal gimana nomer kok bisa diduplikasi, ga ngerti gw.
Langkah berikutnya, matiin hp kita, yang katanya diduplikasi nomernya. tapi JANGAN LUPA menghubungi keluarga, kalau HP kita sedang dimatikan, karena (katanya) sudah diduplikasikan. Masih katanya lagi, untuk menangkap bandit, HP kita dimatikan.
Logika kalau memang diduplikasikan nomer hp kita, Kalo kita punya 2 nomer HP, paling-paling cuma 1 nomer aja yang diduplikasi. Kalo sampe 2 nomer, banditnya niat amat ya, sampe semua nomer punya kita diduplikasi semua. jangan-jangan banditnya malah temen sendiri, hehehehe ..... Kalau kasusnya kaya gini (kita ada lebih dari 1 nomer), matiin aja nomer yang katanya diduplikasi, dan biarkan nomer yang lain tetep on, biar kita tetep bisa dihubungi keluarga.
Kalau kita cuma punya satu nomer hp, ya hubungi keluarga dulu, buat jaga-jaga, plus kasih tau posisi kita ada di mana, kita sedang apa, dari mana mau ke mana, dlsb. Termasuk ke mana menghubungi kita, selama HP kita black out. Bisa ke temen sekantor, bos, kantor, pacar, selingkuhan, atau apapun, terserah sampeyan. Pokoknya sampeyan sama keluarga sampeyan, bisa saling tahu posisi.
Nah, ketika bandit yang terkutuk mengabarkan kalau ada anggota keluarga yang mengalami kemalangan yang sangat parah cideranya, sampai-sampai kepala pisah sama kakinya, si penerima kabar jangan panik dulu. Cek dulu ke kantor, teman, maupun tempat yang biasa dikunjungi anggota keluarga yang dikabarkan mengalami kemalangan. Nggak usah didatengin, ditelepon aja. Jangan sms, ntar kelamaan. Lagipula si bandit juga masih baik kok, kasih waktu 30 menit sampai 1 jam buat transfer duitnya. Dia juga mikir, kalo kita nggak punya mesin atm di rumah. Waktu yang diberikan sama bandit yang baik (mana ada bandit yang baik), kita manfaatkan sebaik-baiknya.
Jangan lupa tanya ke mas/mbak banditnya, saudara kita ditangani di rumah sakit apa dan tanya dokter yang menagani. Kalo udah tau di rumah sakit apa, bisa dicek ke rumah sakit bersangkutan dulu, per telpon (masa nomer telpon rumah sakit ikut diduplikasikan juga). AWAS, jangan tanya nomer telpon rumah sakit ke mas/mbak penipunya, tanya ke 108 (hebat juga kalau 108 bisa dilibatkan). Kalau tanya ke bandit, iindikasikan nomer yang diberikan si bandit, nomer punya komplotannya.
Kalo dicek saudara kita sehat walafiat bin segar bugar, 100% mas/mbak banditnya gagal. Tapi kalo pas dicek ke kantor, rekan, maupun contact person selama hp kita black out, mereka tidak tahu di mana kita berada, bisa dicek ke rumah sakit yang disebutkan oleh si bandit. Seandainya jawaban rumah sakit yang dihubungi negatif, si bandit sudah kalah.
Emang sih kalo udah panik, akal sehat bisa terlewati. Tapi dengan kewaspadaan bisa mementahkan segala tipu daya. Untuk berjaga-jaga, simpanlah nomor kantor atau rekan daripada saudara yang kita sayangi, untuk menghindari penipuan dengan modus seperti ini. Kata bang napi, kejahatan terjadi bukan karena hanya ada niat pelakunya, tetapi juga kesempatan. WASPADALAH, WASPADALAH