Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Selasa, 10 Desember 2013

Peristiwa Luarbiasa Hebat 19 Oktober 1987

Siang ini, Senin 09 Desember 2013 aku dikejutkan oleh adanya kabar peristiwa luar biasa hebat (PLH) yang menimpa KA 1131 jurusan Serpong - Tanah Abang di perlintasan Ulujami. PLH ini terjadi karena KRL Commuter line menumbuk truk tangki bermuatan premium 24 kilo liter dan terbakar hebat. Awak KA dikabarkan meninggal dunia, yaitu masinis Darman Prasetyo, asisten masinis Agus Suroto dan teknisi Sofyan Hadi. Selain itu juga jatuh korban tewas dan luka-luka dari penumpang kereta api.  

Sedih, karena tidak jauh dari lokasi kejadian sekarang, pernah terjadi PLH yang menelan banyak korban jiwa di tahun 1987. Saking dahsyatnya peristiwa itu, Iwan Fals mengenangnya dalam lagu yang berjudul 1910. Persis kejadiannya seperti apa, mari kita telusuri bersama.

PLH Bintaro
sumber: semboyan35.com

Stasiun Sudimara, jalur 1 paling kiri
courtesy tribunnews
Pagi itu, 19 Oktober 1987 pukul 0645, di stasiun Sudimara terjadi kesibukan sebagai mana layaknya stasiun kereta api. Di jalur 3, terdapat KA 1035 Indocement, sementara di jalur 1, terparkir dua gerbong kosong yang rusak di dekat wesel yang mengarah ke Serpong. Tidak lama kemudian, masuklah KA 225 yang berangkat dari Rangkasbitung pukul 0505 dengan tujuan akhir Jakarta Kota. KA yang ditarik lok BB 303 16 dengan masinis Slamet Suradio, juru api Soleh dan kondektur Syafei ini oleh PPKA Sudimara dimasukkan ke jalur 2.

Di saat yang sama, di stasiun Kebayoran, 1 petak setelah Sudimara, di jalur 2 masuklah KA Cepat 220 jurusan Tanah Abang - Merak. Perjalanan KA 220 dilayani oleh masinis Amung Sunarya dan asisten masinis Mujiono dengan lok BB 306 16. 

Pada masa itu, jalur dari Tanah Abang hingga Serpong, yang melewati Kebayoran dan Sudimara belumlah seperti sekarang. Hanya tersedia satu jalur, alias sepur tunggal yang digunakan secara bergantian. Setiap rangkaian yang akan menggunakan jalur ini harus bersilang, atau kruis di stasiun yang telah ditentukan sesuai dengan grafik perjalanan kereta api (Gapeka). Menurut peraturan/reglemen yang berlaku, persilangan ini dapat dipindahkan ke stasiun lainya, apabila dipandang perlu. Dan dari sinilah petaka ini terjadi.

Menurut Gapeka yang berlaku saat itu, KA 225 dan KA 220 seharusnya bersilang di Sudimara. PPKA Sudimara yang berdinas malam, Jamhari berpendapat, persilangan tidak dapat dilakukan di Sudimara, karena semua sepur terisi. Jamhari berinisiatif memindahkan persilangan ke Kebayoran. Permintaan ini diterima oleh PPKA dinas malam, akan tetapi belum diberikan jawaban oleh Kebayoran. Sesuai dengan prosedur pemindahan tempat persilangan (PTP), kepada masinis KA 225 diberikan formulir pemindahan tempat persilangan. Sayangnya, formulir ini diberikan sebelum pihak Kebayoran menjawab permintaan PTP.

Stasiun Kebayoran, paling kiri jalur 1
courtesy jalansutera
Umriyadi, PPKA Kebayoran, baru saja masuk mengagantikan PPKA yang berdinas malam harinya. PPKA yang bertugas sebelumnya meninggalkan pesan kalau PPKA Sudimara meminta PTP agar persilangan KA 225 dan 220 dipindahkan ke Kebayoran. Entah mengapa, PPKA Kebayoran menolak dan meminta warta aman untuk pemberangkatan KA 220 ke Sudimara. Padahal Kebayoran dapat melayani permintaan persilangan karena dari tiga jalur yang tersedia, hanya diisi KA 220. Akhirnya PPKA Sudimara mengalah dengan memberikan warta aman untuk KA 220. 

Setelah mendapatkan jawaban aman, PPKA Kebayoran memberangkatkan KA 220 menuju Sudimara. Prosedur permintaan aman, warta aman, dan keberangkatan KA 220 ini hanya berlangsung dalam 3 menit. Padahal, sesuai prosedur, permintaan aman ini setidaknya dilakukan sepuluh menit sebelum KA masuk stasiun.

Karena KA 220 telah diberangkatkan dari Kebayoran pukul 0646, PPKA Sudimara harus memindahkan salah satu rangkaian yang berada di emplasemennya, sehingga KA 220 dapat dilayani. Sepur 2, yang berisi KA 225 dikosongkan. Sedangkan rangkaian KA 225 dipindahkan ke jalur 1 (silang beset). Meski jalur 1 terisi gerbong rusak, tapi masih cukup aman diisi oleh rangkaian KA 225.

Terompet langsir
koleksi Adi Sutjipto Halim
PPKA Sudimara memerintahkan juru langsir mengambil bendera merah untuk memandu langsiran di lokomotif. PPKA juga memberikan isyarat kepada masinis KA 225 untuk melangsir rangkaiannya, bukan dengan terompet langsir, tapi dengan suling PPKA. PPKA juga alpa untuk membatalkan perintah PTP KA 225, di mana seharusnya PPKA meminta kembali form PTP yang diterima oleh masinis KA 225.

Di kabin masinis KA 225, masinis mendengar bunyi semboyan. Pada masa itu, lok dipenuhi penumpang dan masinis tidak dapat melihat kedudukan PPKA. Masinis ragu, apakah itu semboyan 40 sebagai tanda PPKA memberikan ijin kepada kondektur untuk memberangkatkan rangkaian atau semboyan langsir. Ditanyalah penumpang di luar, apakah itu isyarat berangkat. Celakanya, penumpang mengatakan itu perintah untuk berangkat. Akhirnya Slamet Suradio menjalankan keretanya dengan didahului bunyi suling panjang dari loknya, semboyan 35, tepat pada pukul 0655.

suling PPKA
koleksi Adi Sutjipto Halim
Juru langsir, yang saat itu masih di emplasemen, kaget karena rangkaian berjalan tanpa perintahnya. Dia berusaha mengejar rangkaian KA 225 dan berhasil mencapai kereta paling belakang. Sayang, rem bahaya tidak berhasil dia tarik. Kondektur KA 225 tertinggal di Sudimara, karena ia tahu kalau KA 225 akan dilangsir ke jalur 1.

Mengetahui ada rangkaian berjalan di luar kendalinya, PPKA Sudimara berusaha memberikan isyarat bahaya kepada masinis KA 225 dengan cara menggerak-gerakkan sinyal masuk dari arah Kebayoran. Naas, masinis KA 225 tidak melihatnya.

Satu-satunya jalan yang masih tersedia untuk mengamankan perjalanan kereta api, dengan meminta KA 220 dihentikan di perlintasan Pondok Betung. PPKA Sudimara meminta PPKA Kebayoran untuk memberikan isyarat bahaya melalui genta kepada petugas perlintasan Pondok Betung. Sayang, PPKA Kebayoran menolak dan akhirnya PPKA Sudimara yang memberikan semboyan genta 55C (delapan kali rangkaian genta) yang berarti jalan kereta api membahayakan. Fatal, ternyata petugas penjaga perlintasan tidak hafal semboyan genta. Genta yang berulang-ulang berbunyi, disangkanya bel genta percobaan.

Malang, KA 220 berjalan lurus melintasi perlintasan sebidang tanpa bisa dicegah. Dari arah berlawanan, melaju KA 225 dengan kecepatan 45 km/jam. Masinis KA 225 kaget dan berusaha mengerem pada jarak 200 meter. Secara teoritis, hal ini dipastikan gagal, karena kereta akan membutuhkan jarak 400 meter untuk berhenti dari kecepatan 50 km/jam.

Pukul 0710, baja beradu dengan baja dan menelan banyak korban akibat efek teleskopik di mana badan lokomotif seakan-akan tertelan kereta di belakangnya. Kru KA 220 selamat karena sempat berjongkok di lantai kabin lokomotif. Tidak demikian dengan kru KA 225 yang luka parah. Berdasarkan informasi dan data yang ada, korban tewas lebih dari 100 orang dan lebih dari 300 luka-luka.

Korban yang berjatuhan segera dilarikan ke RS Fatmawati, RS Setia Mitra, RS Mintohardjo, RS Pertamina, RS Pondok Indah, RS Jakarta dan RSCM. Hari itu juga presiden Soeharto mengunjungi para korban yang dirawat di RSCM.

Dua puluh menit setelah kejadian, Totok Purwo, PPKA Kebayoran yang sedang lepas dinas, disusul oleh juru wesel di rumahnya, Kreo, sekitar 3 km dari Kebayoran. Sang juru wesel mengabarkan kabar buruk, ada kereta api tabrakan, Umriyadi digelandang polisi dan stasiun dalam keadaan kosong, karena kepala stasiun belum datang. Jadilah Totok Purwo menjadi PPKA pengganti pada saat itu.

Akibat kejadian ini, masinis KA 225, Slamet Suradio diganjar 5 tahun penjara atas kesalahan memberangkatkan kereta tanpa semboyan 40 dan 41. Adung Syafei, Kondektur KA 225, kebagian 2 tahun 6 bulan penjara karena dinyatakan bersalah, membiarkan KA 225 berangkat tanpa semboyan 40. Kurungan 10 bulan juga diberikan kepada Umriadi, PPKA Kebayoran yang didakwa memberangkatkan KA 220 tanpa persetujuan PPKA Sudimara. Jamhari sendiri ikut terseret dan terkena vonis 10 bulan kurungan

Dari pihak Jawatan Kereta Api sendiri langsung bereaksi dengan melakukan penertiban penumpang dengan menghalau penumpang yang berada di lok. Peningkatan prasarana juga dilakukan dengan memasang radio lok di setiap lok yang dioperasikan. Langkah lainnya berupa memodernisasi sistem persinyalan yang dipakai, dengan memasang pesawat blok Siemens & Halske pada sistem persinyalan . Sebuah stasiun baru, Pondok Ranji dibangun di petak Sudimara - Kebayoran. Tetapi dampak yang paling dirasakan adalah dibangunnya jalur ganda di lintas ini, meski baru direalisasikan tahun 2007.

Cukup rasanya kita mendengar kabar peristiwa luar biasa hebat yang menimpa kereta api kita. Mulai dari Ratu Jaya, Depok; Gubug; Ketanggungan; dan beberapa peristiwa lainnya. Sudah terlalu banyak korban yang jatuh, baik materi maupun korban jiwa. Semoga kejadian hari ini menjadi peristiwa memilukan yang terakhir kita dengar.

Salam.

disarikan dari berbagai sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar