Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Minggu, 20 April 2008

Preman Berdasi

Seperti biasa, habis gereja, ada satu ritual yang nggak boleh dilewatkan. Apalagi kalau bukan baca Benny & Mice di Kompas Minggu. Komik strip yang rajin nongol di Kompas Minggu cuma butuh waktu semenit buat melibasnya. Saatnya baca berita yang penting, agak penting dan tidak penting.

Di halaman depan kolom paling kanan bawah, ada berita yang tidak kalah konyolnya. Anggota DPR Sita Kamera Video. Setelah dibaca, ternyata seorang preman (baca: Anggota DPR yang katanya terhormat) dengan inisial JS merampas camcorder properti keamanan kompleks perkantoran Darma Bumi.

Perbuatan bodoh JS dimulai dengan mengendarai mobil melawan arus, memak-maki petugas keamanan dan akhirnya merampas camcorder tersebut. Akibatnya, petugas keamanan harus menanggung kerugian, karena kehilangan camcorder yang menjadi tanggung jawabnya.

Apa alasan JS merampas camcorder? Apa JS merasa aneh melihat camcorder terarah padanya. Jangan-jangan ia mengira camcorder sebagai senjata yang mematikan. Maklum aja lensanya diameter 30mm. Bandingin aja sama MP5 yang pakai pelor 9mm parabellum. Kalo 30mm, HE grenade kali .... (Kalau memang alasannya kaya gini, gaptek juga ya JS)

Hmm ... lagi-lagi rakyat kecil yang menanggung kerugian akibat perbuatan bodoh orang yang katanya terhormat. Selamat Pak Tumai (petugas Keamanan), Anda kini selevel dengan Slank. Punya masalah dengan anggota dewan, karena kebebalan anggota dewan sendiri. Kini, kalau anggota dewan memang membela rakyat kecil, berani nggak menindak rekannya yang berbuat kriminal, dengan merampas properti pihak lain? Jangan karena lawannya seorang petugas keamanan, yang notabene wong cilik, bisa diperlakukan semena-mena oleh wong licik.

Berandai-andai ada penyelesaian, mungkin ketika dimintai keterangan, apa ya jawab JS....
  1. Saya tidak melawan arus, hanya semua kendaraan melawan arah saya.
  2. Saya tidak merampas kamera, privasi saya hanya dilanggar
  3. Akan saya buat UU yang mengubah arah lalu lintas dan akan diberlakukan surut

Ah ... apapun penyelesaiannya, pasti nggak akan diumumkan. Tahu-tahu kasus ini pasti akan dilupakan masyarakat, dan perilaku anggota dewan yang katanya terhormat, tetep begitu saja. Banyak konyolnya, daripada yang bener.

Nggak heran kalau Gus Dur pernah ngomong, kalau anggota DPR mirip bocah TK. Dan kadang-kadang masih minta disuapi. Buat Pak Tumai, sing sabar wae ... mbuh tekan kapan. Eling Pak, sing waras ngalah wae. Maklum, mungsuhe sampeyan bocah cilik, isih seneng rebutan dolanan.

Atau jangan-jangan sudah kena post power syndrome??? Pemilu kan sebentar lagi ....

Salam Damai

Tidak ada komentar:

Posting Komentar