Saat ini, dengan mengusung isu ramah lingkungan, berbagai kota di negara ini seolah berlomba-lomba mengadakan acara hari bebas kendaraan bermotor (HBKB). Beberapa ruas jalan ditutup untuk kendaraan bermotor, dan menjadi tempat beraktivitas warga kota di pagi hari. Entah itu bersepeda, lari pagi, maupun melakukan aktivitas olahraga lainnya.
Tidak ketinggalan pula pemerintah kota Magelang. Entah apa yang ada di pikiran pejabat saat itu, latah atau kebutuhan. Yang jelas, pada saat itu ruas jalan dari perempatan Polwil Kedu / CPM hingga pertigaan Apotik Sumbing tertutup untuk kendaraan umum. Kesempatan itu digunakan warga untuk beraktivitas, dan terkonsentrasi di alun-alun Magelang. Dan acara ini tidak bertahan lama, hanya berlangsung beberapa bulan saja.
Ya, mungkin penggagas acaranya hanya latah, ikut-ikutan kota lain yang telah mengadakan event yang sama. Penentuan lokasinya juga tanpa disertai pertimbangan yang matang dan manajemen lalu lintas yang baik. Belum lagi niat yang dijalankan tanpa konsistensi, hanya berujung pada kegagalan. Dan bukan gengsi yang didapat, tetapi rasa malu.
Padahal, dengan acara hari bebas kendaraan bermotor, warga kota dapat bertemu dan beraktivitas bersama. Hal yang sudah jarang terjadi, bahkan di kota sekecil Magelang. Ya, mengingat sangat minimnya ruang publik yang tersedia di Magelang, hanya Taman Badaan dan Alun alun Magelang, itu juga harus berbagi tempat dengan pedagang yang ada. Warga kota haus akan ruang publik. Cara yang paling murah, ya dengan mengadakan hari bebas kendaraan bermotor. Tentu saja dengan pengendalian yang ketat, agar tidak diterobos oknum pengendara kendaraan bermotor, dan tentu saja okupansi pedagang kaki lima Perlu diketahui HBKB di berbagai kota mulai terjadi kesemrawutan karena pedagang kaki lima yang tidak terkendali, sehingga mulai timbul ketidaknyamanan.
Semoga di masa mendatang pemerintah Kota Magelang dapat kembali mengadakan acara hari bebas kendaraan bermotor, yang lebih terencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar