Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Selasa, 06 Juli 2010

Sesame Street

Sampai sekarang, aku masih suka serial TV ini. Memang, segmen yang disasar adalah anak-anak, tapi entah mengapa, aku tetap suka, dan kadang merasa sayang untuk melewatkannya. Bahkan ada yang bilang, seumurku menonton acara seperti ini terlalu kekanak-kanakan.

Pertama kali aku menonton acara ini kira-kira tahun 1990an awal. Waktu itu, acara ini disiarkan oleh RCTI, masih pakai dekoder pula. Kalau tidak salah, acara ini disiarkan siang hari sekitar pukul 1400.

Dulu, acara ini impor utuh dari AS, dengan tambahan subtitle Bahasa Indonesia, berbeda dengan tayangan sekarang, yang sudah diadaptasi dengan memasukkan konten lokal. Meski acaranya sama-sama berbobot, tapi versi aslinya dapat menjadi sarana belajar bahasa Inggris maupun mempelajari kebudayaan lain.

Ya, dengan tokoh boneka seperti Elmo, Grover, Oscar the Grouch yang hidup di tong sampah, Ernie dan boneka bebek karetnya, Bert, Count von Count yang suka berhitung, Cookie Monster, Big Bird, dan sejumlah tokoh lainnya mengajarkan kepadaku bagaimana menghargai perbedaan, belajar alfabet, berhitung, dan kata benda dalam bahasa Inggris, dan berbagai pelajaran lainnya yang sampai saat ini belum pernah aku terima dari bangku sekolah. Bisa dibilang, Sesame Street mengajar tapi tidak menggurui.

Yah ... kapan lagi yah, televisi kita punya program bermutu semacam ini. Memang sih sudah ada program seperti Cita-Citaku, Bolang, sampai Jalan Sesama yang merupakan adaptasi lokal dari Sesame Street. Tapi tetap saja kalah sama tayangan yang nggak bermutu .... 

Courtesy gambar: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/thumb/0/08/Sesame_Street_logo.svg/230px-Sesame_Street_logo.svg.png

Tidak ada komentar:

Posting Komentar