Halaman

Waktu menunjukkan

Pencarian

Kamis, 02 Juni 2011

Turangga Tinitihan Sesekaring Bawono

Patung Diponegoro
(koleksi pribadi)
Bagi yang pernah tinggal di Magelang, ataupun memiliki kenangan dengan kota Magelang hampir semua tahu tetenger kota yang satu ini. Patung Pangeran Diponegoro di alun-alun kota Magelang. Tetapi seberapa banyak yang memperhatikan tulisan di landasan patung tersebut?

Foto di samping adalah foto yang diambil sebelum tahun 1983. Di kaki patung tersebut bertuliskan "Turonggo Tinitihan Sesekaring Bawono". Apabila tulisan tersebut diartikan letterlijk berarti kuda yang dinaiki bunga bangsa.

Apakah tulisan tersebut hanya bermakna seperti itu saja? Ternyata jauh lebih dalam artinya. Tulisan tersebut adalah sengkala, yang memiliki makna yang dalam. Sengkala ini dijadikan penanda kapan patung ini didirikan. Sengkala yang dipakai adalah surya sengkala, yang didasarkan pada kalender matahari


Prasasti Patung
(courtesy Soli Saroso)
Secara singkat, sengkala dapat diartikan sebagai deretan kata berupa kalimat atau bukan kalimat yang mengandung angka tahun, dan disusun dengan menyebut lebih dahulu angka satuan, puluhan, ratusan, kemudian ribuan. (sumber: permenkaretmolor.multiply.com). Setiap kata yang memiliki nilai tertentu dari 0 sampai dengan 9. Awalnya kata yang dipakai adalah kata-kata dalam bahasa Sansekerta. Adapun cara mengartikan sengkala ini dengan membacanya dari belakang.

Ketika diartikan, sengkala "Turangga Tinitihan Sesekaring Bawono" bernilai 1977, sesuai dengan prasasti pembangunan patung ini seperti foto di sebelah kiri. Cara membaca sengkala tersebut adalah Turangga bernilai 7, Tinitihan 7, Sesekaring 9, Bawono 1. Karena dibaca dari belakang, maka menjadi 1977.

Turonggo Seto Titiane Sesekaring Bawono
Courtesy: Soli Saroso
Beberapa waktu lalu, patung ini direnovasi dengan bantuan dari salah satu produsen rokok terkenal. Renovasi tersebut juga ikut merenovasi tulisan sengkala yang sempat beberapa saat hilang entah ke mana. Yang mengejutkan, tulisan sengkala tersebut berubah menjadi "Turonggo Seto Titiane Sesekaring Bawono". Artinya sih tidak salah, kuda putih tungganggan bunga bangsa. Tetapi dengan penggantian tulisan ini telah menghilangkan keaslian patung ini.

Tulisan sebelumnya yang berupa sengkala, digantikan dengan serangkaian kata-kata biasa, yang mengaburkan nilainya. Semoga pemerintah kota Magelang mau melakukan revisi atas tulisan tersebut, dengan mengembalikan tulisan ke aslinya.

Patung Diponegoro
courtesy Soli Saroso
.

4 komentar:

  1. Sharing info :
    Sudah direvisi seperti semula. Perlu di update tulisan ini.

    BalasHapus
  2. Semoga kita tidak melupakan sejarah

    BalasHapus
  3. Waktu diresmikan thn 1977, saya kelas 3 sd, diboncengin Bapak dari Mertoyudan untuk melihat patung Diponegoro dan relief-reliefnya. Setelah itu makan tahu pojok di seberang alun alun.

    BalasHapus